Opini: Bipang Ambawang

Saya yakin Jokowi tidak tahu Bipang Ambawang itu babi panggang. Kalau tahu, ia pasti tidak pidato seperti itu. Orang di sekitarnya yang jahat.
Jokowi. (Foto: Tagar/Facebook Presiden Joko Widodo)

Apakah Bipang Ambawang itu babi panggang? Saya tidak mau memasuki wilayah ini, karena sensitif, dan subjektif. Saya lebih tertarik mengomentari redaksional pidato kenegaraan Presiden Jokowi yang berpotensi bias secara politik. Siapa anak buah Presiden yang harus bertanggung jawab?

Saya bisa memahami maksud pidato kenegaraan Presiden Jokowi soal Bipang Ambawang. Pidato itu diarahkan bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam konteks mencintai kuliner dalam negeri, untuk menghidupkan sektor ekonomi mikro dan demi kesejahteraan rakyat. Jelas pidato kenegaraan Presiden tidak diarahkan ke substansi Bipang Ambawang. Presiden Jokowi tidak salah.

Saya tidak tertarik membahas soal Bipang Ambawang. Saya tertarik mengapa pidato kenegaraan seperti itu bisa terjadi? Saya yakin Presiden tidak tahu apa itu Bipang Ambawang. Yang jahat adalah orang di sekitar Presiden. Kalau Presiden Jokowi tahu, tidak akan Presiden menyampaikan pidato kenegaraan kontroversial seperti itu.

Bagi saya, pidato kenegaraan Presiden Jokowi soal Bipang Ambawang sangat kontroversial, karena substansi Bipang Ambawang yang sangat sensitif bagi umat muslim, yang memang harus dihormati, dalam konteks pembicaraan secara terbuka di ruang-ruang publik.

Istilah-istilah keagamaan tidak pantas disampaikan di ruang-ruang publik, dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara yang plural ini. Demikian juga hal-hal yang sensitif, seperti Bipang Ambawang, bagi kelompok umat muslim.

Saya terbiasa berpikir dengan pola pikir sekuler. Namun, sebagai muslim, saya risih mendengar isi pidato kenegaraan Presiden Jokowi soal Bipang Ambawang, karena itu hal sensitif, tidak layak dan etis disampaikan secara terbuka di ruang-ruang publik.

Saya yakin Presiden tidak tahu apa itu Bipang Ambawang.


Klarifikasi Menteri Perdagangan justru memperkuat kontroversi pidato kenegaraan Presiden Jokowi. 

Ada orang yang jelas-jelas ingin menjerumuskan Presiden Jokowi. Kasus Bipang Ambawang bukan kali pertama, sebelumnya banyak hal konyol yang pernah terjadi, yaitu sebagai berikut.

1. BIN ditulis singkatan dari Badan Intelijen Nasional, padahal yang benar Badan Intelijen Negara. Kesalahan fatal hanya diargumenkan dengan salah ketik.

2. Omnibus Law, sama, salah ketik, padahal sudah terlanjur ada demo besar-besaran dan brutal.

3. Kontroversi PP Impor beras, salah komunikasi politik.

4. Dan sekarang Bipang Ambawang.

Muluk-muluk bicara digitalisasi platform birokrasi, kenyataannya kesalahan konyol empat hal di atas masih saja terjadi. Terlalu remeh untuk sebuah kesalahan.

Sekali lagi, saya tidak membahas dan memasalahkan substansi Bipang Ambawang. 

Bagi saya kesalahan-kesalahan di atas konyol. Sinergitas antara kebodohan dan perilaku jahat.

Banyak orang pendek di negeri ini, bukan hanya pendek fisik, namun juga pendek nalar, pendek moral, dan pendek etika.

Ketika menghadapi Pileg dan Pilpres 2014, ada seseorang tiba-tiba turun panggung dari kursi jabatannya di instansi bergengsi dan bersejarah, gabung Jokowi yang kala itu maju jadi Capres. Dia melakukan manuver politik dengan memanfaatkan posisi jabatannya, yaitu safari politik ke parpol-parpol besar, hanya untuk mengkavling jabatan jika Jokowi menang di Pilpres 2014.

Obviously, orang ini memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Etiskah?

Saya yakin, si orang ini tidak akan mundur karena kesalahan-kesalahan di atas, karena jabatan yang dia kejar, bukan prestasi bagi bangsa dan negara. Tidak ada prestasinya sama sekali.

Saya juga mendengar rumor, ada yang suka menjelek-jelekkan orang lain di depan Presiden Jokowi. Padahal orang yang dijelek-jelekkan itu tulus berjuang untuk Jokowi sejak 2014 hingga hari ini, tanpa pamrih, semata demi kemajuan bangsa dan negara. Dan juga ada orang yang hobinya menghambat surat dari seseorang untuk Presiden. Padahal surat itu berisi ide-ide brillian membangun negeri ini. Sehingga ada surat penting yang tidak sampai ke Presiden.

Bagi saya pribadi, orang semacam itu hanyalah tikus di lingkaran kekuasaan. 

*Akademisi Universitas Gadjah Mada


Baca juga: Jokowi Minta Menteri Tidak Buka Puasa Bersama, Tidak Open House




Berita terkait
Jokowi Dorong Perencanaan yang Adaptif dan Manfaatkan Iptek
Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran yang luar biasa dalam perencanaan pembangunan nasional
Ketika Presiden Jokowi Acungkan Dua Jempol untuk Tri Rismaharini
Jokowi mengacungkan dua jempol untuk Menteri Sosial Tri Rismaharini ketika jadi Wali Kota Surabaya wujudkan Pengolah Sampah menjadi Energi listrik.
Jokowi Kunjungi Pasar Ikan Brondong Lamongan Jawa Timur
Untuk memastikan situasi kehidupan nelayan selama pandemi Covid-19, Presiden Jokowi unjungi PPDI Brondong Lamongan di Jatim
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.