Oleh: Saiful Huda Ems
Yang disebut “begal partai” itu bukanlah Jenderal yang bermaksud baik, membantu para pendiri dan pengurus serta semua kader Partai Demokrat, dari satu keluarga Cikeas yang mengambil alih kepemimpinan partai dan menggantinya dengan seluruh anggota keluarganya.
Pembegal partai itu bukanlah Jenderal yang “dilamar” oleh para pendiri dan pengurus Partai Demokrat, untuk kemudian dipilihnya menjadi Ketua Umum, serta diharapkannya dapat memperbaiki Partai Demokrat yang sudah sekarat, akibat dikuasai dan dikendalikan oleh seorang pelarian Mayor, yang dijadikan pemimpin karbitan oleh orang tuanya.
Namun, yang disebut begal partai adalah seseorang yang karena ketakutannya setelah menjabat sebagai presiden kemudian, nantinya tidak lagi mempunyai kedudukan, pengaruh dan kekayaan apa-apa, sehingga harus merebut Partai Demokrat, dan membuang 98 orang pendirinya serta mengganti hanya dengan namanya sendiri bersama satu orang pendiri lagi yang sudah mati, hingga tanpa malu mempertontonkan diri sebagai politisi bodoh yang tak mengerti syarat-syarat pendirian partai politik yang tertuang dalam UU Partai Politik.
Pembegal partai adalah orang yang memaksakan anaknya yang masih hijau, bau kencur alias bocil yang baru belajar bicara, untuk bersama adiknya memimpin Partai Demokrat dan menarik uang setoran sebanyak-banyaknya dari para pengurus dan Bakal Caleg (Baleg), yang akan diusung oleh partainya, mulai dari Baleg Pusat hingga di daerah-daerah seluruh Indonesia dan Dapil yang ada luar negeri.
Pembegal partai, adalah mereka: SBY, AHY, dan Ibas adiknya, yang tanpa malu menguasai pucuk-pucuk pimpinan Partai Demokrat dan “menyihir” semua peserta Kongres Partai Demokrat 2020, untuk mau memilih anaknya sebagai Ketua Umum dan mau menerima AD/ART Partai Demokrat, yang disusun-susun sendiri oleh SBY dan dimaksudkan hanya menguntungkan bagi diri dan keluarganya sendiri.
Ya, pembegal partai adalah SBY yang memaksa secara membabi buta, merubah Partai Demokrat untuk tak lagi menjadi partai yang demokratis dan terbuka, melainkan menjadi Partai Keluarga yang bisa mengokohkan kekuasaan keluarga, yakni keluarga Cikeas pimpinan SBY dan para penghambanya.
Herzaky sebagaimana Ketua Umumnya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), masihlah bocil-bocil yang masih dalam tahap belajar bicara, harusnya perbanyak wawasan politik dahulu baru kemudian tampil di berbagai media untuk bicara tentang politik.
Sebab jika mereka berdua tidak melakukan hal itu terlebih dahulu, maka kami khawatir panggung politik Indonesia ke depan hanya akan diisi oleh politisi-politisi pemula yang baru mulai belajar bicara. Kalau sudah demikian, yang merugi nantinya, ya, rakyat Indonesia ini juga. []
(*) Saiful Huda Ems adalah Lawyer dan Kepala Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat KLB Pimpinan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko.
Berita terkait