OK OCE Jakarta Saja Gagal, Siapa yang Percaya Mau Diterapkan se-Indonesia

OK OCE Jakarta saja gagal, siapa yang percaya mau diterapkan se-Indonesia, kata Anggota DPRD DKI Jakarta.
Warga beristirahat di depan gerai OK OCE Mart yang tutup karena tidak mampu membayar sewa lahan, di Jalan Warung Jati Barat, Kalibata, Jakarta, Senin (3/9/2018). Program One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK OCE) dengan gerai OK OCE Mart, merupakan janji kampanye program Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. (Foto: Ant/Galih Pradipta)

Jakarta, (Tagar 17/10/2018) - Anies Baswedan setahun menjadi Gubernur DKI Jakarta, program-programnya dalam membangun Jakarta menjadi sorotan publik. Apalagi salah satu programnya yang dikenal dengan OK OCE selalu menjadi andalan saat berkampanye untuk menarik simpati warga Jakarta di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menyoroti program OK OCE itu hingga sekarang ini, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai program yang dicanangkan Anies-Sandi tersebut adalah program yang gagal. Itu karena hingga sampai saat ini, program tersebut belum mampu menciptakan wirausahawan baru.

"OK OCE ini program gagal, tidak sebanding dengan alokasi anggaran yang kita keluarkan untuk menciptakan wirausahawan baru di Jakarta. Memang hingga sampai hari ini juga belum tercipta wirausahawan baru," kata Gembong Warsono saat dihubungi Tagar News, Rabu (17/10).

Baca juga: Setahun Anies Jadi Gubernur, Jakarta Bagaimana?

Gembong mengatakan program OK OCE diperkenalkan oleh Sandi kepada warga Jakarta yang kurang mampu atau memiliki mata pencaharian relatif kurang. Sehingga dengan program ini diharapkan dapat membangun warga menjadi seorang pengusaha.

Namun dalam membentuk wirausahawan baru, kata dia, harus melewati beberapa tahapan, yaitu sosialisasi, pelatihan, perizinan, permodalan, dan lain-lain. Akan tetapi selama ini semua tahapan itu tidak bisa dipenuhi oleh calon wirausahawan itu.

"Pak Sandi itu kan ingin menciptakan warga DKI Jakarta yang kurang mampu dan kurang beruntung atau mata pencariannya relatif kurang menguntungkan bagi keluarga, maka dialih profesikan jadi pengusaha. Maka ada tahapan-tahapannya, yaitu sosialisasi, pelatihan, perizinan, permodalan, dan lain-lain. Baru sampai tahapan sosialisasi dan pelatihan saja sudah putus," ucap Gembong.

"Setelah mereka pelatihan dan sosialisasi, sampai soal mengurus izin banyak calon wirausahawan baru ini, mereka tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan izin. Kalau mereka tidak bisa memenuhi persyaratan izin, maka tahapan keempat (permodalan) tidak akan didapat. Soal permodalannya ini juga jadi persoalan, kenapa jadi persoalan karena bunga yang diberikan oleh Bank DKI ini cukup besar. Jadi ini tidak menjanjikan juga bagi wirausahawan baru," ucap dia.  

Kehilangan Roh

Untuk program OK OCE ini, Gembong mengatakan pihaknya sudah mengalokasi anggaran sekitar 100 miliar rupiah untuk penyediaan kantor OK OCE di 44 Kecamatan se-DKI Jakarta, biaya pelatihan dan sebagainya.

"Yang awal itu kan 100 miliar untuk penyediaan kantor OK OCE di 44 kecamatan, kemudian biaya pelatihan dan sebagainya. Tapi hanya sebatas pelatihan dan sosialisasi kan yang dilakukan sampai hari ini, hanya dua hal itu. Satu pelatihan dan sosialiasasi. Soal pelatihan sudah dilakukan oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebelumnya. Jadi sebetulnya OK OCE itu hanya penyempurnaan program UMKM sebelumnya," ujarnya.

Melihat kondisi program ini, Gembong menyebutkan OK OCE seperti sudah kehilangan roh sejak ditinggalkan oleh Sandiaga Uno. Oleh karena itu dia juga meragukan keberhasilan program ini.

Baca juga: Pengamat Pertanyakan Jaminan Subsidi Rumah DP 0 Rupiah

"Kalau jalan harusnya jalan (OK OCE), tetapi tidak akan mencapai target karena OK OCE itu sudah kehilangan rohnya. Rohnya OK OCE ini kan ada di Sandi. Tapi ketika Sandi pergi kan rohnya sudah hilang. Jadi kehilangan roh. Target itu kan lima tahun, 200 ribu (wirausahawan baru) yang dicanangkan Anies lewat OK OCE bagaimana. Tapi kalau melihat pondasi awalnya seperti ini saya pesimis, Fraksi PDIP sangat pesimis terhadap keberhasilan program itu," ungkapnya.

Tak bisa dipungkiri OK OCE ini memang identik dengan Sandiaga Uno yang kini menjadi calon wakil presiden (Cawapres) mendampingi Capres Prabowo Subianto. Akan tetapi, jika memang program ini akan dibawa ke tingkat nasional, Gembong juga tak mempersoalkannya. 

"Itu boleh-boleh saja, Pak Sandi mau bawa ke nasional juga boleh, tidak masalah. Tapi kan kuncinya di Jakarta. Kalau Jakarta tidak berhasil, bagaimana orang bisa percaya terhadap program dia. Gitu saja," ungkapnya.

Anies Tidak Menguasai OK OCE

Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahadiansyah menilai setahun kinerja Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, program OK OCE tidak berjalan dengan baik sesuai yang dijanjikan Anies-Sandi saat kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

"Jadi begini, program itu awalnya kan untuk melatih orang-orang menjadi entrepreneur (wirausahawan). Mereka juga dilatih tujuh tahap latihannya itu mulai dari mengelola uang, dan lain-lain. Setelah itu kan harusnya mereka mendapatkan modal untuk melakukan bisnis itu. Waktu itu dijanjikan awalnya 300 juta rupiah pertamanya, tapi ternyata hanya dapat 10 juta rupiah dari Bank DKI. Artinya apa ini semua? Ini semua bahwa program itu memang sebenarnya tidak berjalan sesuai yang direncanakan karena tidak ada payung hukumnya, tidak ada dukungan infrastruktunya juga. Jadi banyak persoalan menyangkut teknis dalam pelaksanaannya," ucap Trubus Rahadiansyah saat dihubungi Tagar News, Rabu (17/10). 

Kata dia, program OKE OCE ini terlalu dipaksakan karena perencanaanya tidak matang dan terburu-buru. "Terburu-buru kemudian dipaksakan, kemudian pada ujung-ujungnya cuma untuk memberi harapan kepada orang-orang. Perencanaannya pun belum matang karena persoalannya ketika janji itu dibuat jadi program, nah itu ternyata harus memerlukan syarat-syarat salah satunya payung hukum, infrastruktur, terus lembaga siapa yang melaksanakan, kemudian dukungan finansial. Kalau itu tidak ada, tidak bisa," kata Trubus.

Maka dari itu jika OK OCE ingin dibawa ke tingkat nasional, Trubus menegaskan perencanaannya harus matang dan mempersiapkan semuanya dengan baik. "Bisa saja (OK OCE) dengan perencanaan yang matang dan mempersiapkan semuanya dengan baik, dari payung hukumnya juga harus jelas, sasarannya harus tepat. Yang paling pokok itu dukungan perbankan atau lembaga keuangan. Itu kan modalnya dari siapa kan dari lembaga keuangan atau perbankan, artinya dia harus berkoordinasi dengan Otoritas jasa Keuangan (OJK)," tutur dia.

Ia juga mengatakan program yang telah dijanjikan Anies saat kampenye lalu bersama Sandi, itu gagal. "Iya (gagal). Kalau Pak Anies tidak terlalu menguasai itu karena memang itu programnya Sandi saat itu. Maksud saya harusnya kalau memang Pak Anies mau melaksanakan, iya dia (Anies) juga harus koordinasikan dengan UMKM. Kita kan juga sudah ada UMKM nya juga kenapa tidak dijadikan satu saja. Sampai hari ini juga beliau (Anies) tidak mendorong program ini. Apalagi setelah ditinggal Sandi, beliau tidak pernah bicarakan tentang OK OCE," paparnya. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.