NU Tolak Bendera Hitam di Tanah NKRI

'Kerajaan Arab Saudi yang notabene negara Islam juga melarang bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid dikibarkan di sana.'
Pengunjuk rasa memprotes pembakaran bendera berkalimat Tauhid, di pusat Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (01/11/2018). (Foto: Antara/Rahmad)

Banyumas, (Tagar 17/11/2018) - Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menolak pertemuan Khilafatul Muslimin yang rencananya digelar di Bogor, Jawa Barat, hari ini Sabtu 17 November 2018.

Penolakan tersebut disampaikan Keluarga Besar NU Sokaraja saat kegiatan istigosah di Pendopo Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jumat malam (16/11), yang dihadiri ratusan nahdiyin.

Koordinator lapangan istigosah Mukatamir mengatakan, kegiatan yang digelar di Pendopo Kecamatan Sokaraja sengaja digelar sebagai wujud kepedulian Keluarga Besar NU Sokaraja terhadap kondisi Indonesia saat ini.

"Melihat situasi dan kondisi yang terjadi di Tanar Air akhir-akhir ini, dengan munculnya kelompok-kelompok massa yang menggunakan agama dan ayat-ayat suci Alquran untuk kepentingan politiknya, maka kami Keluarga Besar NU Sokaraja, Banyumas, menyatakan sikap untuk meminta kepada seluruh elemen bangsa apa pun agamanya, apa pun sukunya untuk mempererat persatuan dan kesatuan dalam tali Bineka Tunggal Ika demi terwujudnya NKRI yang kuat, aman, dan damai," tuturnya mengutip kantor berita Antara.

Ia mengatakan Keluarga NU Sokaraja juga meminta kepada aparat keamanan, baik TNI maupun Polri, untuk bersikap lebih tegas lagi dan tidak ragu-ragu menindak serta menangkap para tokoh agama garis keras yang sudah jelas-jelas melakukan pelecehan terhadap negara.

Selain itu, kata dia, meminta kepada TNI dan Polri untuk menangkap para penggerak dan pelaku aksi bela agama, bela tauhid, atau apa pun namanya yang menggunakan kalimat tauhid untuk unjuk rasa mereka.

"Kalimat Tauhid yang mereka buat bendera itu dan selama ini digunakan dalam aksinya adalah jelas identitas dari ormas HTI yang sudah terlarang di Tanah Air. Pernyataan mereka dengan menyebutnya sebagai bendera tauhid dan bendera umat Islam adalah bohong besar karena dalam Islam tidak mengenal bendera tauhid, adanya kalimat Tauhid," ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, Kerajaan Arab Saudi yang notabene merupakan negara Islam juga melarang bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid itu dikibarkan di sana.

Oleh karena itu, kata dia, Indonesia sebagai Negara Pancasila seharusnya bisa untuk jauh lebih keras lagi dalam menindak para pengibar bendera hitam yang membawa misi khilafah tersebut.

"Kami meminta kepada TNI dan Polri untuk tidak saja melarang dan kegiatan pertemuan Khilafatul Muslimin di Bogor pada tanggal 17 November 2018, juga menangkap para penggagas dan panitianya, karena organisasi itu jelas-jelas memiliki agenda ingin mendirilan Khilafah Islamiyah. Mereka mengingkari Pancasila dan undang-undang yang berlaku di Republik Indonesia," ucapnya, menegaskan.

Lebih lanjut, Mukatamir mengatakan segenap Keluarga Besar NU Sokaraja yang terdiri atas Majelis Wakil Cabang (MWC) NU, Pengurus Anak Cabang (PAC) Muslimat NU, PAC Gerakan Pemuda Ansor, PAC Fatayat NU, PAC Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, PAC Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama, dan PAC Pagar Nusa, bersumpah untuk tetap setia membela dan mempertahankan NKRI sampai kapan pun.

"Kami, khususnya Banser NU siap berada bersama TNI dan Polri dalam melawan gerakan-gerakan radikalisme yang ingin merongrong tegaknya NKRI. Kami siap berada di garis depan untuk menghalau para benalu dan pengkhianat bangsa dari Bumi Pertiwi ini sampai titik darah penghabisan," katanya. []

Berita terkait