Nikmatnya Coto Makassar Daeng Tata

Sajian kuliner Coto Makassar Daeng Tata ini bisa memanjakan lidah dan menggugah selera makan, jika sudah mencicipi cita rasanya.
Semangkuk Hidangan Coto Makassar Daeng Tata. (Foto: Tagar/ Aan Febriansyah)

Makassar - Sajian kuliner Coto Makassar Daeng Tata bisa memanjakan lidah dan menggugah selera makan kamu, jika sudah mencicipi cita rasanya. 

Bagi wisatawan yang akan berkunjung ke kota ini, hidangan makanan tersebut sangat mudah dijumpai hampir semua sudut kota. 

Memang terlihat unik mendengar nama kuliner ini. Tetapi, jangan diragukan dengan rasa makanannya yang kaya rempah-rempah. 

Jika ingin menikmati hidangan Coto Makassar, kamu bisa datang ke Jalan Batua, Kecamatan Panakkukang. 

Di Makassar, kuliner ini cukup mudah didapatkan karena berada di jalan poros menuju kantor Camat Panakkukang. Kamu bisa berkunjung ke Coto Makassar Daeng Tata. 

Hidangan Coto Daeng Tata, memang tidak terlalu tersohor dari segi namanya, jika dibandingkan dengan tempat kuliner lainnya yang sudah melegenda. Namun, soal cita rasanya tidak perlu diragukan. 

Saat Tagar mengunjungi tempat kuliner ini, aroma kuah coto ini langsung tercium. Di warung Coto Makassar Daeng Tata ini memang selalu ramai pengunjungnya. Jadi, kamu jangan datang di saat jam-jam awal buka pada pukul 10.00 pagi.

Sebab pada jam itu, sudah sangat banyak penikmat makanan ini yang sudah antre. Bahkan, sebelum warungnya buka pun, para pecinta kuliner coto sudah tampak menunggu untuk memburu kenikmatan dari kuliner tersebut.   

Jika warung makan itu sudah dibuka, pengunjung harus segera bergegas masuk, supaya mendapatkan tempat duduknya. Terlambat sedikit saja, kamu harus terpaksa menunggu giliran karena tidak ada lagi kursi yang kosong. 

Warung hidangan Coto Daeng Tata ini tidaklah besar, hanya berukuran sekitar 5 meter saja. Selain itu, kondisinya juga panas, cuman ada dua buah kipas angin disisi kiri dan kanan atas kepala. 

Bau asap kayu hasil pembakarannya, terkadang bisa masuk karena terbawa oleh angin.

Potongan Daging Yang Besar

Salah satu yang membuat warung Coto Daeng Tata ini menjadi daya tarik bagi penikmatnya adalah potongan daging sapinya yang lebih besar dari yang di tempat lain. Kuahnya juga kental dan sangat terasa rempah-rempahnya. 

Pemilik Warung Coto Daeng Tata Muhammad Ali mengatakan kenikmatan yang tertuang dalam semangkuk coto yang dibuatnya tersebut, karena dipengaruhi dengan cara memasaknya yang berbeda dengan yang lain. 

"Kami di sini memasak kuah coto menggunakan kuali dari tanah liat, karena dengan menggunakan kuali tanah liat, rasa yang dihasilkan akan lebih kuat dibandingkan menggunakan tempat memasak yang berasal dari bahan aluminum," kata pria asli Galesong, Kabupaten Takalar itu kepada Tagar.

Kami selalu menggunakan daging lokal, setiap harinya.

Dia juga mengatakan dalam mengolah makanannya, selalu menggunakan kayu khusus untu memasak. "Kayu yang kami gunakan ini adalah jenis kayu bakau. Jenis kayu ini sangat baik karena memiliki panas api yang bertahan lama, tak seperti kayu-kayu pada umumnya," kata Ali. 

Untuk pemilihan daging, Saenab Dg Lu’mu, istri dari Muhammad Ali mengambil alih pembicaraan, sebab suaminya sedang sibuk-sibuknya memotong daging sapi kepada pelanggannya. 

Menurut Saenab, sejak 10 tahun menjual coto, mereka selalu menggunakan daging lokal agar kenikmatan coto lebih terasa.

"Kami selalu menggunakan daging lokal, setiap harinya. Kami bisa menghabiskan sekitar 70 kilogram (kg) daging sapi dan jeroan untuk disajikan. Pernah juga kami menjual sekitar 100 kg dalam satu hari," ujar Saenab.

Saat ditanya perihal rasa kuah cotonya yang begitu nikmat, Saenab mengungkapkan hanya menggunakan rempah-rempah dasar, ditambah dengan bumbu rahasia yang tidak bisa dibagikan ke muka publik.

Dengan potongan daging sapi yang besar dan kuah yang nikmat, hidangan Coto Daeng Tata tidak dibanderol mahal dan masih terjangkau untuk hampir semua kalangan.

"Di sini harganya dibanderol hanya Rp 20 ribu saja, baik untuk yang makan langsung maupun dibungkus pulang. Sementara harga ketupatnya Rp 2 ribu untuk satu buah," tuturnya.

Wajib untuk Menambah

Salah seorang penikmat Hidangan Coto Daeng Tata Rusman mengatakan, hampir setiap pekan dirinya menyempatkan diri untuk singgah menikmati hidangan kuliner ditempat ini.

"Kalau makan di sini, satu mangkuk saja itu tidak cukup, pasti akan tambah minimal akan tambah kuahnya, karena salah satu coto yang nikmat itu bisa kita rasakan dari kuah cotonya,” ujar Rusman.

Pegawai swasta ini menambahkan saat makan coto di tempat ini, dirinya selalu memesan paket lengkap yang terdiri dari daging beserta jeroan-jeroannya. "Kalau makan coto memang harus lengkap semua potongan, kalau tidak lengkap berarti bukan makan coto," kata dia sambil tertawa.

Bagi dia, meski telah mencoba berbagai macam coto di tempat yang berbeda-beda, Coto Daeng Tata inilah yang paling diingat rasanya. "Disini itu, rasa kuahnya selalu konsisten, kalau ditempat lain itu kadang enak kadang juga rasanya agak kurang nikmat," ujarnya.

Dia menyebutkan jika sudah menikmati makanan yang satu ini, dirinya tidak cukup dengan semangkuk saja. Itu karena rasanya yang selalu membuat ketagihan. 

"Saya kalau makan di sini, makannya dua mangkuk coto dengan lima ketupat. Kalau sudah makan begitu, bisa-bisa kenyangnya tahan sampai malam hari," ujarnya.

Sejarah Singkat Coto Makassar

Kuliner khas Makassar yang paling mudah ditemui adalah Coto Makassar. Kuahnya dibuat dari rebusan jeroan bercampur daging sapi yang diiris-iris kecil-kecil. Biasanya soto ini dinikmati bersama ketupat atau burasa khas Makassar.

Coto Makassar atau yang kadang disebut dengan nama Coto Mangkasara merupakan kuliner khas kebanggaan masyarakat di sana. 

Sajian soto ini sebenarnya tak berbeda jauh dengan jenis soto dari daerah lain di Nusantara. Tapi memang, Coto Makassar memiliki kekhasan berupa bumbu rempah dan kacang untuk membuat kuah yang kental.

Kenikmatan coto Makassar tak terlepas pula dari tradisi peramuannya menggunakan kuali tanah yang disebut dengan korong butta atau uring butta.

Coto Makassar sudah ada sejak masa Somba Opu yang merupakan pusat Kerajaan Gowa ketikaa mengalami kejayaan pada 1538. Saat itu Coto Makassar menjadi hidangan di Kerajaan Gowa. Demikian ditulis situs Halo Wisata.

Pada masa itu, para pengawal kerajaan menjadikan masakan ini sebagai menu makan pagi sebelum menjalankan tugasnya. Masakan yang terpengaruh oleh kuliner Tiongkok ini diperkirakan masuk Gowa pada abad ke-16.

Warung Coto Makassar pertama yang ada di Makassar adalah warung coto milik H. Dg. Sangkala. Warung coto yang sekarang tinggal nama tersebut dibangun pada 1940-an. Karena terkenalnya warung ini, para pejabat penting di negeri sering mengundangnya dalam berbagai acara-acara penting. Ribuan mangkok bisa dipesan dalam satu kali pemesanan.[]

Baca juga: 

Berita terkait
Soondae dan Empat Kuliner Khas Korea Utara
Salah satu hal yang menjadi daya tarik adalah makanan khas Korea Utara, seperti Soondae.
Lima Kuliner Pedas Menggugah Selera
Selain dikenal sebagai surga dunia, Indonesia juga identik dengan kuliner yang mempunyai cita rasa nikmat dan juga pedas.
Babi Guling dan Empat Kuliner Bali Kegemaran Wisman
Babi guling menjadi kuliner favorit wisatawan mancanegara (wisman) yang menghabiskan waktu di Bali.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.