Napak Tilas Neno Warisman, Pernah Jaya di Dunia Hiburan

Napak tilas Neno Warisman, pernah jaya di dunia hiburan. Dia merupakan penyanyi yang produktif di era 1980-an. Namun, ia menghilang dari hingar-bingar dunia hiburan dan lebih banyak aktif dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan.
Neno Warisman. (Foto: Instagram/Neno Warisman Official)

Jakarta, (Tagar 27/8/2018) - Widoretno Warisman, atau yang lebih akrab disapa Neno Warisman merupakan penyanyi yang produktif di era 1980-an.

Dekade berikutnya ia menghilang dari hingar-bingar dunia hiburan dan lebih banyak aktif dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan. Beberapa tahun belakangan, seperti halnya beberapa bekas artis lain, ia mulai terjun ke dunia politik.

Padahal, perempuan berdarah jawa itu memiliki kiprah di dunia tarik suara cukup panjang dan langgeng. Dirinya juga mengeluarkan album yang tidak sedikit yaitu, Neno dan Matahariku tahun 1983, Matahatiku tahun 1984, Kulihat Cinta Dimatanya tahun 1985, Katakan Cinta Padaku tahun 1986, Pujaan Dewi tahun 1987, serta Sebuah Obsesi tahun 1988.

Bahkan beberapa lagunya banyak yang terkenal hingga kini, seperti lagu "Matahariku", begitu pun duetnya dengan Fariz RM, "Nada Kasih", dan juga lagu religi "A Ba Ta Tsa".

Ternyata, bakatnya dalam seni sudah terlihat sejak Neno kecil. Saat itu, ia kerap menunjukkan kesukaannya pada puisi dan deklamasi. Bahkan pada tahun 1978, Neno terpilih sebagai juara baca puisi se-Jakarta.

Neno juga merupakan lulusan Sastra Perancis di Universitas Indonesia. Sebelum benar-benar mendalami kariernya di dunia hiburan, Neno memiliki latar belakang pendidikan yang baik.

Di akhir tahun 80-an lah Neno mulai merambah dunia akting. Tidak tanggung-tanggung, beberapa film layar lebar Indonesia diperankannya pada saat itu.

Judul yang paling terkenal adalah Sayekti dan Hanafi pada tahun 1988. Dalam film tersebut, Neno berperan sebagai Sayekti. Ada juga beberapa peran besar lain yang dilakoninya, yakni Rindu Kami Padamu, Ketika Cinta Bertasbih 2, Dalam Mirhab Cinta dan Iqro yang tayang pada awal tahun 2000-an.

Bahkan, dalam filmnya yang berjudul Semua Sayang Kamu tahun 1989, Neno berhasil masuk nominasi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia di tahun yang sama.

Pencapaian menarik lain yang diraih perempuan 54 tahun ini adalah film Rindu Kami Padamu yang diperankannya berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik Asia di Osian’s Cinefan Festival ke-7 di New Delhi, India pada tahun 2005.

Karier menyanyi Neno memang tak menggema lagi di era 1990-an. Tapi ada hal luar biasa yang dilakukan Neno di akhir 1980-an. Neno berani mengenakan sesuatu yang belum bisa direstui secara resmi oleh Orde Baru: jilbab.

“Pemerintah Orde Baru selalu menghalang-halangi umat Islam untuk menerapkan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melarang para perempuan memakai jilbab untuk menutupi auratnya,” tulis Merle C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008) seperti dikutip dari Tirto.

Jilbab sempat dilarang dikenakan di sekolah, tetapi larangan itu menghilang setelah 1992. Setidaknya Neno sudah terlihat berjilbab sejak 1989. Majalah Panji Masyarakat (20/1/1989) pernah memuat bagaimana Neno Warisman berani menggunakan jilbab.

“Saya senang banget lihat wanita berjilbab. Padahal dulu, sebelum saya umrah saya merasa biasa-biasa aja,” kata Neno seperti dikutip Panji Masyarakat.

Neno pun tergolong generasi artis awal yang mengenakan jilbab. Jauh sebelum musim hijrah artis beberapa tahun terakhir ini.

Kemudian, Neno lebih banyak menghabiskan waktunya untuk dunia religi, sosial dan pendidikan serta aktif membantu sosialisasi program Pendidikan Anak Dini Usia (PAUD) Departemen Pendidikan Nasional.

Neno juga sering diundang untuk berbicara di seminar-seminar para ibu. Berbicara terutama tentang pengasuhan anak yang benar, pendidikan negeri, dan kesehatan.

Pada ulang tahunnya yang ke-40 pada 21 Juni 2004 lalu, Penerbit Syaamil menerbitkan buku Neno bertajuk Izinkan Aku Bertutur. Kemudian tahun 2006, dengan penerbit yang sama, Neno merilis buku berjudul Matahari Odi Bersinar Karena Maghfi.

Buku pertama dari trilogi opera keluarga ini adalah sebuah refleksi batin yang tulus dan amat mendalam dari seorang Neno tentang keajaiban keajaiban jiwa yang ia alami dan saksikan dari anak-anaknya sendiri.

Pada 1992, Neno menikah dengan Widiono Doni Wiratmoko. Saat itu usia Neno sudah 28. Mereka menikah di Masjid Pondok Indah, Jakarta.  Dari pernikahan tersebut, Neno melahirkan tiga anak, yakni Giffari Zakka Waly, Maghfira Izzani Maulania, serta Raudya Tuzzahra Ramadhani.

Pernikahan Neno dengan Widiono telah berakhir. Kini ia menjadi single parent dalam menghidupi ketiga anak-anaknya yang tengah beranjak dewasa.

Neno juga membuka usaha biro perjalanan haji dan umrah sejak 2013 silam. Bisnis ini ia tekuni sejak berhenti dari dunia hiburan, wanita bersuara merdu tersebut fokus mengurus usahanya.

Meski sempat tersandung laporan kasus penipuan, tetapi Neno Tour & Haji masih bertahan dan jadi salah satu pilihan terpercaya hingga saat ini. []


Berita terkait