Makassar - Mantan CEO Gojek Nadiem Makarim ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi menteri di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju. Terpilihnya Nadiem mendapat banyak sorotan baik pro maupun kontra. Salah satu yang pro dengan keputusan Jokowi adalah Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib.
"Sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0. Era ini menunjukkan jika pengalaman, usia dan lainnya itu tidak mutlak menjadi penentu atau menjadi leader, kita butuh gagasan baru terobosan baru dan langkah awal ditunjuknya Nadiem Makarim merupakan pintu awal dari era itu," kata Erwin, Sabtu 26 Oktober 2019.
Menurutnya, jika melihat latar belakang usia dan pengalaman menteri termuda di Indonesia ini, pasti akan muncul keraguan dari berbagai kalangan. Sosok Nadiem juga cukup relevan dengan tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini. Ia menyatakan tantangan dunia pendidikan saat ini berbeda dengan tantangan pendidikan pada dekade-dekade sebelumnya.
"Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya. Kita butuh sosok leader di bidang pendidikan yang memahami zaman baru ini," ujarnya.
Erwin secara pribadi mengaku sangat optimis akan adanya inovasi dan terobosan dalam dunia pendidikan di bawah kendali Nadiem Makarim. Akan tetapi dia juga mengingatkan bahwa ingin menata lembaga pendidikan, mulai TK hingga perguruan tinggi, tidaklah mudah. Terlebih mendikbud harus memimpin puluhan ribu guru dan dosen, termasuk para guru besar yang tersebar di berbagai perguruan tinggi.
Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya.
"Analoginya, Kemendikbud ini pesawat Boeing, besar dan banyak penumpang. Bukan pesawat tempur seperti F-16. Jika ingin melakukan perubahan, harus betul-betul dengan kajian matang, agar sesuai dengan kebutuhan semua stakeholder. Bukan pula kebijakan yang sekedar bersifat sensasional," jelasnya.
Secara khusus di level pendidikan dasar dan menengah, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan dan masalah yang harus ditangani Mendikbud, mulai dari masalah-masalah klasik hingga kontemporer.
"Pak Nadiem harus menjawab soal nasib guru honorer, maksimalisasi sertifikasi guru, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, serta sebaran tenaga pendidik," tambah Erwin.
Nadiem juga harus mendorong pemerataan akses teknologi dan informasi bagi seluruh jenjang pendidikan, khususnya di kawasan 3T. Pengembangan dan penguatan SMK (vocational school) juga perlu mendapat dukungan maksimal dari Nadiem Makarim. []
Baca juga:
- Pertemuan Pertama Nadiem Makarim dengan Para Guru
- Kedekatan Nadiem Makarim dengan Jokowi
- Menteri Nadiem Makarim Salat Jumat di Kemendikbud