Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Merapi

BPPTKG mengimbau masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar Gunung Merapi waspada lahar hujan. Apalagi musim hujan sudah dekat.
Aktivitas penambangan pasir dan batu di Kali Gendol. BPPTKG mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan termasuk aktivitas penambangan pasir di sungai yang berhulu di Merapi (Foto: grup Facebook Gunung Merapi/Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengimbau agar masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Merapi meningkatkan kewaspadaannya terkait ancaman bencana lahar hujan.

Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida mengatakan bahaya banjir lahar masih menjadi ancaman terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi. "Lahar hujan masih perlu diwaspadai. Terutama masyarakat yang tinggal di sekitar Kali Gendol," katanya dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 22 November 2019.

Selain mewaspadai banjir lahar hujan, juga dampak dari hujan abu akibat terjadinya guguran lava dan awan panas. Pihaknya juga mengimbau supaya area tiga kilometer dari puncak gunung tidak ada aktivitas manusia karena Gunung Merapi masih di level II atau Waspada. Aktivitas gunung api aktif yang berada di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyaarta dengan Jawa Tengah itu selama seminggu terakhir ini masih terpantau bergejolak.

Lahar hujan masih perlu diwaspadai. Terutama masyarakat yang tinggal di sekitar Kali Gendol.

Pada 17 November 2019 pukul 10.46 terjadi letusan terekam seismogram dengan amplitude 70 mm dan durasi 155 detik. Awan panas meluncur dengan jarak kurang dari satu kilometer ke arah Kali Gendol, dengan tinggi kolom asap letusan setinggi sekitar 1.000 meter dari puncak. Hujan abu dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dominan ke arah barat sejauh 15 kilometer dari puncak yaitu di sekitar Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sementara untuk hujan dengan intensitas tertinggi terpantau di Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman pada Kamis, 21 November 2019. Curah hujannya yakni 36 milimeter per jam dengan durasi selama 50 menit. Hujan yang dialami itu masih belum berdampak terjadinya banjir lahar maupun penambahan material di sungai-sungai aliran berhulu Merapi.

Terpisah, Kepala Seksi Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Joko Lelono, mengatakan pihaknya telah melakukan mitigasi dalam upaya mengantisipasi ancaman bencana. Angtisipasi itu dari aktivitas Gunung Merapi maupun musim hujan.

Langkah yang dilakukan antara lain dengan memperbaiki alat peringatan dini atau Early Warning System (EWS) yang terpasang di tepi-tepi sungai berhulu Merapi. "Ada empat EWS yang sensor pemantau ketinggian air rusak. Sudah kami ganti dengan CCTV (Closed Circuit Television)," ucapnya.

Menurut dia CCTV tersebut untuk memantau awan panas maupun banjir lahar. Untuk banjir lahar maupun air hujan, alat itu dalam merekam mengacu pada meteran yang sudah terpasang di bendungan.

Saat ini total ada 20 EWS yang tersebar di sungai-sungai berhulu Merapi untuk memantau ancaman banjir lahar hujan maupun awan panas. Seluruh komponennya juga masih bekerja cukup baik dan sewaktu-waktu bisa digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat ketika ada ancaman bencana. []

Baca Juga:

Berita terkait
Merapi Erupsi, Magelang Hujan Tipis Abu Vulkanik
Gunung Merapi erupsi, Minggu, 17 November 2019. Kolom letusan setinggi 1.000 meter, bertiup ke barat yang mengakibatkan hujan tipis abu vulaknik.
9 Tahun Erupsi Merapi, 353 Orang Meninggal
Hari ini, 26 Oktober sembilan tahun lalu, Gunung Merapi meletus. Sebanyak 353 orang meninggal dunia, termasuk juru kunci Mbah Maridjan
Dampak Merapi 6 Kecamatan Terkena Hujan Abu di Magelang
Akibat letusan Gunung Merapi enam kecamatan di Kabupaten Magelang terdampak abu vulkanik.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.