MUI Berantas Islam Radikalisme yang Mengakar di Bogor

Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah gencar memberantas paham radikalisme agama Islam dengan menyiarkan Halaqah kebangsaan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar "Halaqah Kebangsaan" di Pondok Pesantren Modern Darussalam Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 3 Agustus 2019. (Foto: Antara/M Fikri Setiawan).

Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah gencar memberantas serta menangkal penularan paham radikalisme agama, formulanya ialah dengan menyiarkan ‘Halaqah Kebangsaan’ di 12 titik lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Untuk perkokoh peran bagi umat dan bangsa, MUI memberi pemahaman kepada para santri di pondok pesantren (Ponpes) mengenai pentingnya menjadi Islam yang moderat. 

Ponpes Modern Darussalam yang terletak di Kecamatan Ciomas, Bogor, menjadi lokasi pertama yang disambangi oleh MUI.

Sekretaris MUI Kabupaten Bogor Saepudin Muhtar menjelaskan, melalui tema kegiatan ‘Menguatkan Nilai-nilai Islam Wasathiyah dalam Menangkal Radikalisme Agama’ ini, MUI akan memberi pengarahan kepada para santri supaya tidak kadung terpapar paham radikalisme. 

Sebab, paham ini sangat berbahaya untuk Indonesia yang majemuk. "Nilai-nilai islam moderat atau wasathiyah sangat penting disampaikan kepada para santri, agar mereka tidak terjebak ke dalam radikalisme agama," kata Saepudin di Ponpes Modern Darussalam, Sabtu, 3 Agustus 2019.

Pria yang akrab disapa Gus Udin ini menerangkan, Ciomas menjadi lokasi pertama yang ia sambangi dari target 12 lokasi di Kabupaten Bogor. 

Pemahaman seperti itu harus dihindari oleh kita semua agar menjadi muslim yang baik yang menghargai dan saling menghormati. Inilah Islam Wasathiyah.

Ke depan, 11 ponpes bakal didatangi pengurus MUI, agar para santri mampu memahami Halaqah Kebangsaan yang digagas pihaknya.

Dalam menularkan sisi Islam moderat di Kota Hujan, MUI turut melibatkan akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Puad Hasan.

Puad pun tak bisa memungkiri, jika paham radikalisme agama saat ini telah menjalar ke berbagai elemen masyarakat, ironisnya sudah menimpa kalangan pelajar dan santri ponpes.

Ia melanjutkan, radikalisme agama merupakan sikap yang cenderung menilai diri sendiri merasa paling benar. 

Padahal, kata Puad, paham tersebut berpotensi menimbulkan kerenggangan di masyarakat, karena sikap radikalisme akan menganggap apa yang dilakukan kelompok lain tidak benar.

"Pemahaman seperti itu harus dihindari oleh kita semua agar menjadi muslim yang baik, yang menghargai, dan saling menghormati. Inilah Islam Wasathiyah," ujar Puad.

Baca juga:

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.