Mohammad Tabrani, Jurnalis Pencetus Bahasa Indonesia

Lewat rutinitasnya sebagai seorang wartawan, Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, mencetuskan bahasa Indonesia, sebagai konsep perjuangan.
Mohammad Tabrani Soerjowitjitro. (Foto: Tagar/Ist)

Pematangsiantar - Lewat rutinitasnya sebagai seorang wartawan, Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, mencetuskan bahasa Indonesia sebagai satu konsep menghimpun perjuangan Indonesia yang masih bersifat kedaerahan.

Tabrani lahir di Pamekasan, Madura pada 10 Oktober 1904. Dulunya Tabrani menjalani pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, (MULO) yang merupakan sekolah menengah pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.

Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas di Algemeen Metddlebare School (AMS), Tabrani melanjutkan studi ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA), di Bandung dan aktif di organisasi pemuda Jong Java.

Pada umur 22 tahun, Tabrani yang memiliki minat pada jurnalistik pada tahun 1926 memimpin harian Hindia Baroe bersama Haji Agus Salim.

Tabrani juga pernah menjabat pimpinan redaksi di sejumlah majalah seperti 'Reveu Politik' di Jakarta dari tahun 1930 hingga 1932, surat kabar 'Sekolah Kita' di Pamekasan dari tahun 1932-1936, surat kabar 'Pemandangan' dan menjabat sebagai Ketua Umum PERDI (Persatuan Djurnalis Indonesia) di Jakarta periode 1939 hingga 1940.

Melalui kegiatan jurnalistik, Tabrani banyak menyuarakan perjuangan kebebasan dan persatuan. Tabrani pernah mengirim Petisi Sutardjo kepada pemerintah Hindia Belanda agar Indonesia diberi kesempatan membentuk parlemen sendiri pada tahun 1936.

Kongres Pemuda IKongres Pemuda I yang berlangsung di Solo pada tahun 1926. (Foto: Tagar/Ist)

Kongres Pemuda I yang berlangsung di Solo pada tahun 1926, Tabrani dipilih menjadi pemimpin kongres. Saat itu, Tabrani menyebut bahasa Indonesia adalah salah satu konsep kebangsaan merujuk pada keberagaman manusia Indonesia yang masih bersifat kedaerahan saat itu.

Dalam Kongres Pemuda I, Tabrani berbeda pendapat dengan Mohammad Yamin yang ingin menggunakan bahasa Melayu. Tabrani mengatakan jika sudah mempunyai Tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia maka bahasa juga bahasa Indonesia.

Tujuan Kongres Pemuda I guna mencari jalan membina perkumpulan pemuda yang tunggal dan memajukan persatuan kebangsaan. Meski gagal menghasilkan kesepakatan, Kongres Pemuda I kemudian melahirkan Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 yang diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Penggunaan Kurang Tepat

Berdasarkan hasil pemantauan Balai Bahasa Sumatera Utara (BBSU), melalui unit kerja Badan Pengembangan Bahasa dan Pembukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menemukan banyak penggunaan bahasa Indonesia yang kurang tepat, baik dari aspek penerapan kaidah, pemilihan dan pemberdayaan bahasa daerah.

Manusia tanpa teknologi masih bisa disebut manusia, tapi manusia tidak mempunyai bahasa tidak bisa disebut manusia

Kepala BBSU Dr Maryanto MHum mengatakan, di tengah masifnya bahasa asing penting pemahaman dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

"Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan, bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Bahasa penghela pembangunan manusia dan persatuan bangsa Indonesia," ujar Maryanto pada kegiatan pemantapan hasil pemantauan dan pengendalian bahasa di media massa kampus, Kamis 28 November 2019 di Universitas Sumatera Utara.

Bahasa Indonesia adalah aset bangsa, karena itu sebut Maryanto, keberadaan bahasa Indonesia mutlak perlu dijaga, dibina, dan dikembangkan sehingga berperan dalam upaya membangun jati diri dan martabat bangsa.

"Penghela adalah penggerak. Lembaga pers dan penyiaran kampus merupakan ajang menumbuhkembangkan kemampuan mahasiswa untuk bersikap lebih positif bertindak, lebih ilmiah dan tidak mengusik rasa kemanusiaan sebagai bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan insan pers dan penyiaran yang berkualitas dalam praktik berbahasa Indonesia sebagai simbol negara untuk menghela pembangunan manusia Indonesia," jelas Maryanto.

Balai Bahasa Sumatera UtaraKepala Balai Bahasa Sumatera Utara, Dr Maryanto MHum pada kegiatan pemantapan hasil pemantauan dan pengendalian bahasa di media massa kampus, Kamis 28 November 2019 di Universitas Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Anugerah Nst)

Ahli bahasa USU, Dr Martin SHum, menyampaikan penggunaan bahasa Indonesia di media massa selalu mengalami perubahan. Hal ini adalah tantangan mempertahankan bahasa sebagai jati diri peradaban manusia, karena lain penulisan lain pula pemaknaannya.

"Lain tempat lain penyebutannya. Bahasa gaul katanya. Tapi lain penyebutanya lain pula nulisnya. Contoh anak Medan, bilang sepeda motor, kreta. Pasar jadi pajak, SPBU bilangnya galon. Tapi kalau disuruh nulis belum tentu begitu. Maka bahasa hadir sebagai kekuatan mempersatukan Indonesia, karena menguasai bahasa sebagai alat komunikasi," ungkap Martin.

"Manusia tanpa teknologi masih bisa disebut manusia, tapi manusia tidak mempunyai bahasa tidak bisa disebut manusia. Gunakan bahasa Indonesia ejaan, bentuk dan pemilihan kata serta struktur kalimat yang baik dan benar agar bahasa dapat menyampaikan maksud dan tujuan," tukas Martin.

Selain itu penting, penggunaan bahasa daerah, menurut Martin harus terus dilestarikan. Anak muda harus bangga menggunakan bahasa daerah.

"Setiap tahun banyak bahasa daerah yang mati. Tidak diketahui karena sudah tidak diwariskan, pengucapnya sudah tidak ada lagi. Banyak anak muda tidak tahu, bahkan malu menggunakan bahasa daerah. Padahal bahasa daerah adalah warisan kebudayaan yang sangat perlu dilestarikan," tutupnya. []

Berita terkait
Markus Makur Jurnalis Berhati Emas di Manggarai NTT
Markus Makur bukan jurnalis biasa. Wartawan Manggarai Timur, NTT ini mengabdikan dirinya untuk membantu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Adam Malik, Jurnalis dan Wapres dari Pematangsiantar
Kediaman Haji Adam Malik semasa kecil berada di Jalan Siporok, Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
Curhat Cucu Pahlawan Jurnalis Rohana Kudus
Rohana Kudus menyandang pahlawan nasional, menjadi jurnalis pertama yang berhasil menyandang predikat itu. Berikut curhatan cucunya, Janeydy.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.