Pematangsiantar - Haji Adam Malik Batubara, lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada 22 Juli 1917. Meski begitu, jejak masa kecilnya di kota kecil ini tak banyak diketahui.
Sejarawan Kota Pematangsiantar, Rizal Ginting mengatakan, kediaman Adam Malik semasa kecil berada di Jalan Siporok, Kelurahan Timbang Galung, Kecamatan Siantar Barat.
Putra ke tiga dari sepuluh bersaudara itu lahir dari pasangan Haji Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis, yang merupakan seorang pedagang.
"Kalau rumah kecilnya kan sudah lama dihuni orang lain, lokasinya di Jalan Sipirok," ungkap Rizal, Minggu 10 November 2019.
Selain belajar, Adam Malik muda juga turut menjaga toko milik ayahnya yang terletak di seberang bioskop Deli, Jalan Sutomo persis simpang Jalan Bandung, Kota Pematangsiantar.
Untuk membantu orang tuanya, Adam Malik tidak menyelesaikan pendidikannya. Dia diperintahkan sang ayah untuk kembali ke kampung halaman dan berdagang.
Pada usia menginjak 17 tahun, Adam Malik menjabat sebagai Ketua Partindo di Pematangsiantar. Perawakannya yang kecil dan sifatnya yang cerdik, membuat Adam Malik mendapat julukan si kancil.
Pada usia menginjak 20 tahun, bersama Abdul Hakim, Soemanang, Pandu Kartawiguna, dan Amir Pane mendirikan sebuah kantor berita yang diberi nama Kantor Berita Antara pada 13 Desember 1937.
Adam Malik dikenal kritis saat menjadi jurnalis era kemerdekaan. Menurut Rizal, Adam Malik adalah cerminan semangat masyarakat Sumatera dalam memerangi kolonialisme.
Diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 1998 adalah suatu kebanggaan bagi masyarakat Siantar
"Adam Malik muda mencerminkan betapa hebatnya semangat pemuda untuk bersatu dan memimpin gerakan rakyat Indonesia," ungkap Rizal.
Karier Adam Malik terus melejit saat menjabat Menteri Luar Negeri dan Duta Besar untuk Uni Soviet dan Polandia pada saat kepemimpinan Soekarno.
Kemampuannya berdiplomasi, pada 1962 dia menjadi Ketua Delegasi Indonesia dalam perundingan Indonesia dengan Belanda guna membahas pembebasan Irian Barat yang diadakan di Middleburg, Virginia, Amerika Serikat.
Adam Malik juga banyak mewakili Indonesia di berbagai konferensi internasional dan menjadi Ketua Delegasi Indonesia untuk sesi Majelis Umum pada 1966.
Adam Malik menjadi Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia dalam menghadiri Peringatan ke-25 tahun PBB pada Oktober 1970.
"Adam Malik bukan dari golongan yang kooperatif. Saat menjabat sebagai Wakil Presiden pada 1978, dirinya yang mantan wartawan bikin Soeharto merasa sulit. Selain itu dia terlibat dalam pergerakan nasional, kita harus bangga, Siantar mempunyai sosok seperti dia," ungkap Rizal.
Adam Malik meninggal dunia di Bandung pada 5 September 1984 karena penyakit kanker liver yang dideritanya.
Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan yang terletak di Kalibata, Jakarta Selatan. Kemudian, kediaman Adam Malik dijadikan museum untuk mengenang jasa-jasanya.
Museum tersebut diberi nama Museum Adam Malik yang berlokasi di Jalan Dipenogoro No 29, Jakarta Pusat. Museum Adam Malik diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada 5 September 1985 bertepatan dengan setahun Adam Malik wafat.
"Gelar kehormatan Bintang Mahaputera kl. IV pada 1971, Bintang Adhi Perdana kl.II pada 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 1998 adalah suatu kebanggaan bagi masyarakat Siantar. Untuk itu pengenalan sosok Adam Malik, harus diajarkan kepada generasi bangsa agar mewarisi api semangat kepada pemuda," tuturnya. []