TAGAR.id, Jakarta - Perusahaan induk Facebook, Meta selama beberapa tahun terakhir memfokuskan salah satu sayap bisnisnya dalam teknologi Virtual Reality (VR) dan proyek metaverse mereka.
Proyek-proyek tersebut secara khusus dirancang Meta dalam satu divisi khusus yang disebut Reality Labs, bagian dari perusahaan yang merancang produk untuk metaverse.
Reality Labs menjadi salah satu sumber uang bagi Meta, jika bertaruh besar pada masa depan perusahaan. Namun, sayangnya mereka membukukan kerugian USD 2,96 miliar atau sekitar Rp 42,9 triliun pada hasil kuartal pertama, dibandingkan dengan kerugian USD 1,83 miliar pada kuartal pertama 2021.
- Baca Juga: Mark Zuckerberg Rugi Rp 417,6 Triliun, Ini Alasannya!
- Baca Juga: Saham Meta Anjlok, Kekayaan Mark Zuckerberg Ludas Rp 431 Triliun
Meta berencana untuk membuka toko fisik dan showroom pertama untuk teknologi headset VR, di mana pelanggan dapat membeli headset Quest 2. Mereka juga bersiap untuk headset kelas atas, yang saat ini disebut sebagai Project Cambria dan akan dirilis akhir tahun ini.
Hingga saat ini, hanya ada sedikit game VR (hanya 3 persen pengguna di platform game populer steam yang memiliki headset VR).
Konser dan olahraga juga memiliki potensi yang signifikan, tetapi belum ada pendorong nyata untuk keduanya. Bahkan pendidikan, di mana "perjalanan lapangan" kelas yang mendalam ke mana saja di dunia adalah bagian dari imajinasi kolektif tentang manfaat VR, belum berkembang secara signifikan.
- Baca Juga: Apple Salah Satu Penyebab Saham Facebook Turun
- Baca Juga: Sidang Kasus Facebook, Jawaban Mark Zuckerberg Bikin Orang-orang Ketawa
Meta bertaruh sebagai bagian dari upaya keragaman di luar pendapatan iklan dari keluarga aplikasi Facebook, termasuk aplikasi inti, Instagram dan WhatsApp, yang menyumbang 97,5 persen dari pendapatan pada kuartal terakhir, tutup menjadi USD 28 miliar.
( Iskandar Isnan )