Klaten - Warga Dukuh Ngipiksari, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dikejutkan suara gemuruh dari puncak Merapi, Sabtu, 14 November 2020. Sejumlah warga bergegas turun, mengungsi ke wilayah yang masuk zona aman.
Pantauan Tagar di lapangan, aktivitas Merapi yang sempat membuat warga beramai-ramai segera turun meninggalkan rumahnya terjadi sekitar pukul 11.55 WIB. Sinyal seismograf yang dipancarkan di frekuensi handy talky di Pos Pantau Merapi Induk Balerante menunjukkan adanya getaran cukup kuat selama beberapa detik.
Sejumlah warga yang mendengar langsung bergegas keluar rumah dan turun menuju lokasi yang lebih aman. Sejumlah warga perempuan mengendarai sepeda motor sambil membawa barang bawaan, seperti tas berisi pakaian hingga bantal dan kasur busa.
Tampak pula beberapa warga laki-laki yang mengendarai sepeda motor sambil mengangkut tanaman untuk pakan ternak.
"Ayo-ayo turun, jangan menyepelekan sinyal yang ada," ungkap seorang ibu kepada warga yang masih berada di depan rumah sambil mengendarai sepeda motor dengan memboncengkan dua orang anaknya.
Hari ini dua kali terdengar gemuruh dari puncak Merapi. Pertama sekitar pukul 08.00 WIB dan yang kedua siang ini sekitar pukul 12.00 WIB tadi.
Meski demikian, di depan Pos Pantau Merapi Induk Balerante, beberapa pria tampak masih tenang duduk-duduk sambil terus mengamati Merapi. Saat itu bagian atas Merapi agak tertutup awan sehingga tak terlihat jelas aktivitas yang terjadi di puncak.
"Ada aktivitas getaran di puncak beberapa detik yang terdeteksi seismograf. Dan sinyal getaran seismograf ini kemudian didengar warga dari radio komunikasi yang kemudian bergegas untuk turun dan menjauh," kata Agus Sarnyata, Koordinator Pos Pantau Merapi Induk Balerante.
Hanya saja, lanjut Agus, kondisi Merapi kembali normal beberapa saat kemudian. Dia menyatakan aktivitas itu memang beberapa kali ditunjukkan Merapi, mengidikasikan geliatnya yang fluktuatif.
Hal yang sama disampaikan warga bernama Marji Haryanto. Pria berusia 40 tahun warga Dukuh Ngipiksari ini mengaku mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi.
"Hari ini dua kali terdengar gemuruh dari puncak Merapi. Pertama sekitar pukul 08.00 WIB dan yang kedua siang ini sekitar pukul 12.00 WIB tadi. Namun memang yang kedua adalah lebih lama gemuruh yang terdengar," kata Marji.
Dia menjelaskan, saat dia keluar rumah untuk melihat puncak Merapi, awan tebal masih menyelimuti puncak gunung teraktif di Indonesia itu. "Biasanya, saat sinyal seismograf bergetar dan suara ada gemuruh, artinya ada guguran yang terjadi di puncak," ucap dia.
Baca juga:
- BPBD Magelang Tambah Kapasitas Pengungsian Warga Merapi
- Begini Perkiraan BPPTKG Terkait Erupsi Gunung Merapi
- Kebersamaan Ratusan Pengungsi Gunung Merapi di Boyolali
Beberapa saat kemudian, kala awan tak lagi menutupi puncak Merapi, terlihat jelas tidak ada aktivitas yang perlu dirisaukan. Itu yang membuat Marji dan beberapa warga yang sudah keluar rumah mengurungkan niatnya turun ke lokasi yang lebih aman.
Marji menambahkan posisi dusunnya berjarak lima kilometer dari puncak Merapi atau masuk dalam Kawasan Rawan Bencana III. Itu sebabnya sudah banyak warga yang mengungsi, khususnya warga dengan kategori kelompok rentan, seperti lansia, balita, ibu hamil, anak-anak dan penyandang disabilitas.
"Sudah banyak warga yang mengungsi di Balai Desa Balerante yang berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak. Namun memang saat siang hari, banyak juga warga yang memilih kembali ke rumah masing-masing untuk menjalankan aktivitas keseharian," tandasnya. []