Menristek: Alat Skrining Covid-19 GeNose, Langka di Dunia

Menristek/BRIN Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, inovasi telah menghasilkan alat skrining Covid-19, GeNose yang termasuk langka di dunia.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro. (Foto:Tagar/Kemenristek/BRIN)

Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, yang penting dari inovasi indonesia adalah kita harus memberikan penghargaan kepada proses R&D dan proses Inovasi itu sendiri. Hal ini, diungkapkannya untuk menjawab pertanyaan Tagar terkait komponen yang digunakan dalam alat skrining Covid-19, GeNose.

Kalau kita bicara lokal konten itu jangan hanya terbatas kepada material atau alatnya, tetapi kepada hasil R&D dan inovasi yang ternyata melahirkan alat GeNose yang barangkali termasuk langka di dunia.

“Jadi jangan terpaku hanya kepada materialnya. Karena kalau sudah material tentunya ada yang bisa diproduksi dalam negeri tapi pasti masih ada yang masih di impor,” jelas Bambang dalam acara Rapat Koordinasi Riset dan Inovasi Nasional Tahun 2021 di Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan pada hari Rabu, 27 Januari 2021.

Menurut Bambang, yang paling penting adalah memberikan penghargaan lebih. Apalagi konteks dalam riset teknologi dan inovasi, adalah ide dan konsep yang akhirnya dikembangkan menjadi alat tersebut. Sehingga GeNose sudah seharusnya diberikan perhitungan lebih.

“Kalau kita bicara lokal konten itu jangan hanya terbatas kepada material atau alatnya, tetapi kepada hasil R&D dan inovasi yang ternyata melahirkan alat GeNose yang barangkali termasuk langka di dunia tidak hanya di Indonesia dan sangat bermanfaat untuk melakukan screening,” tegasnya.

Meski demikian, berdasarkan informasi dari penemunya diketahui memang masih ada komponen yang harus diimpor khususnya adalah terkait sensor. Sebab, untuk teknologi sensor Indonesia masih harus bergantung kepada produk impor.

“Tetapi sisanya yang lainnya, kebanyakan sudah bisa di produksi dalam negeri. Jadi pada dasarnya ada memang, masih ada beberapa yang diimpor tetapi yang paling penting yang saya tekankan yang membedakan antara produk buatan Indonesia dengan inovasi indonesia adalah, kalau inovasi indonesia yang harus dihitung adalah inovasinya bukan materi yang dipakai di dalam alatnya,” jelas Menristek.

“Kalau bisa 100% indonesia, tentu kita sangat bersyukur, tapi tentunya dengan melihat industri kita saat ini belum memungkinkan kita untuk 100% materialnya itu dari Indonesia,” tambahnya.

Sehingga dalam hal ini Menristek kembali menegaskan bahwa Indonesia sudah menghasilkan inovasinya dan mengupayakan semaksimal mungkin materinya diambil dari dalam negeri. Kecuali memang belum bisa diproduksi seperti sensor dan sebagian peralatan yang terkait artificial intelligent (AI). []

Berita terkait
Kemenristek/BRIN Gelar Rakor Riset dan Inovasi Nasional 2021
Kemenristek/BRIN Gelar Rakor Riset & Inovasi Nasional 2021 selama tiga hari 27-29 Januari 2021.
Kemenristek/BRIN Jalin Kerjasama dengan YPTI
Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional jalin kerjasama dengan Yayasan Pengembangan Teknologi Indonesia.
Menristek Beri Lampu Hijau Unair Kuliah Tatap Muka Awal 2021
Menristek mendukung pelaksanaan kuliah luring di Unair pada Februari 2021 dengan menerapkan Hybrid Online dan offline.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura