Menkominfo: Medsos untuk Angkat Program Kandidat Gubernur

“Jangan adu, apalagi bawa nama agama. Wong yang bersaing di Jateng, calon gubernur dan calon wakil gubernur dua-duanya muslim dan muslimah, apalagi gitu loh."
Pagelaran seni lintas budaya oleh Kemenkominfo di kampus Universitas Semarang, Senin malam 18/2. (ags)

Semarang, (Tagar 19/2/2018) – Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara berpesan agar masyarakat Jateng bijak memanfaatkan media sosial di masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jateng 2018. Medsos jangan digunakan sebagai sarana untuk menyebar informasi fitnah, adu domba maupun menjelekkan pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur.

“Jangan adu, apalagi bawa nama agama. Wong nanti yang bersaing di Jateng, calon gubernur dan calon wakil gubernur dua-duanya muslim dan muslimah, apalagi gitu loh,” kata Rudiantara di acara Harmoni Indonesia di kampus Universitas Semarang, Senin malam (18/2).

Sebelumnya muncul akun @ganjar2periode yang menyampaikan informasi black campaign bernada adu domba. Akun tersebut memposting dua foto Sudirman Said dengan kicauan ‘Jangan pilih Sudirman Said. Dia ternyata merupakan keturunan Kristen yang berkedok Islam!’. Salah satu foto menampilkan wajah Sudirman dengan latar bendera Israel. Kicauan itu sudah 39 kali dibagikan dengan 112 komentar dan mendapat 40 like. Postingan tersebut juga di-screenshoot dan tersebar di sejumlah grup WhatsApp.

Terkait hal itu Rudiantara meminta masyarakat lebih baik menggunakan medsos untuk mengangkat program-program pembangunan yang diusung Ganjar Pranowo - Taj Yasin Maimoen maupun Sudirman Said - Ida Fauziyah.

“Jaga ketenangan, pilih sesuai hati nurani dan diyakini dapat membawa masyarakat Jateng pada kehidupan yang lebih baik, gemah ripah loh jinawi,” tutur dia.

Pada kegiatan yang berlangsung hingga Selasa (19/2) dini hari, Rudiantara menegaskan seluruh agama tidak memperkenankan penyebaran informasi yang tidak benar. Sebelum meneruskan informasi yang diterima masyarakat perlu melakukan tabayun (konfirmasi) tentang kebenaran informasi yang diterima.

Majelis Ulama Indonesia (MUI), lanjut dia, juga sudah mengeluarkan panutan bagi umat Islam dalam memanfaatkan medsos. Yakni hindari informasi bersifat fitnah dan adu domba. Rudiantara juga memaparkan ciri-ciri informasi yang tidak benar dan tidak perlu diteruskan via medsos.

“Kalau dapat informasi di grup WA dari grup sebelah atau mengatasnamakan kelompok atau ada ajakan ayo viralkan, kalau saya menerima yang demikian, saya pastikan tidak benar, saya hapus, tidak saya share, ngapain buang-buang pulsa untuk informasi yang tidak benar,” tukasnya. (ags)

Berita terkait
0
Permadi Arya Pelesetkan ACT dengan Kepanjangan Aksi Cepat Tajir
ACT bisa bermacam-macam kepanjangannya. Aktivis media sosial Permadi Arya memilih kepanjangan Aksi Cepat Tajir. Apa maksudnya.