Jakarta - Posisi Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian yang saat ini dipegang Darmin Nasution kemungkinan akan dirotasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada periode kedua pemerintahannya.
Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov berpendapat Menko Darmin kemungkinan akan diganti pada periode kedua Jokowi.
Kalau dari parpol nanti banyak conflict of interest-nya.
"Menurut saya, yang jelas baiknya nggak Pak Darmin lagi, karena sudah hampir lima tahun itu sudah cukup kesempatan buat beliau membuktikan, dan itu kita lihat hasilnya nggak maksimal, jadi harus orang baru," kata Abra pada Tagar pada Rabu, 16 Oktober 2019.
Abra mengatakan Menko Perekonomian yang baru harus memiliki latar belakang profesional atau akademisi. Menurutnya, jika posisi tersebut diisi tokoh yang memiliki latar belakang partai politik, maka akan menimbulkan konflik kepentingan di sektor birokrasi ekonomi nasional tersebut.
"Orang baru yang mengisi jabatan itu yang jelas bukan dari parpol (partai politik). Kalau dari parpol nanti banyak conflict of interest-nya," ujarnya.
Menurut Abra, profesional yang memiliki kemampuan teknokrat sosok yang cocok untuk mengisi pos Menko Perekonomian. Ia mengatakan, kemampuan teknokrat diperlukan agar memahami budaya organisasi di birkorasi.
"Kriteria yang pas menurut saya antara profesional namun dia punya kemampuan teknokratis. Bisa juga dari kalangan akademisi, namun kalau bisa jangan parpol," tutur Abra.
Abra mengatakan, Menko Perekonomian harus memenuhi sejumlah kriteria, seperti memahami dinamika ekonomi global, seperti aspek inovasi, riset dan pengembangan (research and development), dan ekonomi digital.
"Menurut saya juga tidak perlu senior. Karena ada anggapan bahwa Menko Perekonomian harus senior, tapi yang penting sosok itu punya kompetensi yang mampu me-manage kementerian-kementerian di bawahnya supaya satu frekuensi," kata Abra.
Tantangan Menko Perekonomian
Abra mencatat ada dua tantangan terbesar yang akan diemban Menko Perekonomian pada periode kedua Jokowi. Ia menilai isu investasi dan ekspor akan menjadi tugas utama Menko Perekonomian.
Menko Perekonomian tersebut kata Abra harus mampu meningkatkan investasi yang di dalamnya termasuk industri manufaktur, pertanian, dan perkembunan.
Menurut dia, peningkatan investasi di sisi industri akan mampu memperbaiki nilai ekspor nasional, dan pada gilirannya akan memperbaiki neraca perdagangan yang mengalami defisit.
"Kalau industrinya bangkit otomatis ekspornya bisa bangkit, sehingga bisa surplus dan memperbaiki neraca perdagangan kita," ucap Abra. []