Menjaga Tenun Kubang, Warisan Budaya Limapuluh Kota

Tenun Kubang asli Limapuluh Kota harus terus dilestarikan. Mencari generasi muda mau menenun memang cukup sulit di era modern saat ini.
Pengrajin tenun senior yang sudah berusia lanjut masih tampak cekatan mengolah benang demi benang. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

Limapuluh Kota - Pandemi Covid-19 melumpuhkan roda perekomian masyarakat. Tak sedikit usaha kecil, menenga, hingga besar pun terseok-seok dan nyaris gulung tikar. Kondisi pahit ini juga dirasaka oleh pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) Tenun Kubang di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Mereka yang bertahan dan setia merawat budaya dengan melestarikan kerajinan turun temurun itu, kini butuh dukungan berbagai Institusi Pemerintah.

Potret mirisnya keberadaan warisan budaya Tenun Kubang di Kecamatan Guguak, Kabupaten Limapuluh Kota ini terungkap dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar para peneliti Universitas Andalas (Unand) bersama stakeholder terkait melalui aplikasi virtual meeting baru-baru ini.

Sampai saat ini pihak tenun sangat kesulitan dalam hal regenerasi SDM.

Ketua peneliti, Ratni Prima Lita mengatakan, selama pandemi, konsumen kurang berminat membeli produk Tenun Kubang langsung ke toko. Hanya beberapa pelanggan saja yang masih setia membeli melalui kenalan dan media sosial.

Temuan lain, kata Ratni, bahan baku sedikit terganggu karena tidak lagi tersedia di Kota Bukittinggi. Dampaknya, produksi kian terbatas dan varian tenun menjadi terlambat.

“Bahan baku langka, otomatis terjadi kenaikan biaya produksi. Kini toko memang sudah buka lagi, tapi pengrajin belum membeli bahan baku dan lebih mengandalkan stok bahan baku yang masih ada. Sebab pemasaran yang terganggu diperparah penjualan menurun bahkan nyaris tidak ada selama Covid-19,” terang dosen Manajemen di Fakultas Ekonomi Unand itu, Minggu, 28 Juni 2020.

Melalui FGD yang digelar dalam rangka kegiatan riset terapan hibah Dikti 2020 itu, Ratni membeberkan sejumlah upaya telah ditempuhnya selama beberapa tahun belakangan. Di antaranya, membekali pengrajin tenun dengan desain digital, sehingga produk yang dimunculkan lebih inovatif.

Melalui program pengabdian masyarakat yang didanai Kemenristek Dikti kala itu, kata Ratni, pihaknya telah membantu menyediakan satu unit alat pemintal benang tenun baru. Kemudian mendorong pengusaha Tenun Kubang mendirikan museum mini dengan koleksi-koleksi alat tenun warisan turun temurun dan galeri produk yang dihasilkan.

"Kami juga sudah merancang pemasaran berbasis e-commerce. Termasuk basis data pelanggan yang dihimpun secara rapi," katanya.

Yandri Delfira dari Dinas Koperasi dan UKM Limapuluh Kota mengatakan, pihaknya pernah mengadakan pelatihan bagi SDM tenun khususnya para pengrajin. Namun setelah dilatih, pengrajin malah tidak betah dan berhenti menenun. Menurutnya, hal ini diduga disebabkan adanya pekerjaan lain yang lebih dilirik pengrajin.

Tenun lagiPengrajin tenun millenial sedang mengikuti pelatihan yang didanai Program Kemenristek Dikti. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

"Sampai saat ini pihak tenun sangat kesulitan dalam hal regenerasi SDM. Selain itu, terbatasnya anggaran juga menyebabkan pihak Dinas Koperasi dan UKM tidak bisa membantu pihak Tenun Kubang,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Limapuluh Kota, Hj Nengsi mengaku punya sederet program untuk membantu pihak Tenun kubang dalam meningkatkan promosi. Di antaranya penyesuaian produk tenun dengan selera pasar melalui inovasi produk dan mengkombinasikan warna, agar produk tenun bisa diminati wisatawan.

"Event tertentu dapat dimanfaatkan dalam mempromosikan produk-produk tenun, contohnya pada acara pemilihan Uda-Uni 50 Kota. Para peserta disuruh memakai pakaian atau busana dari tenun,” katanya.

Perempuan yang biasa disapa Buk Nang ini mengaku juga telah menjalin kerjasama dengan pengelola homestay. "Inovasi pariwisata di 50 Kota membuat wisatawan banyak berkunjung, baik wisatawan lokal maupun luar daerah. Contohnya yaitu kampung Korea dan Jepang. Sebab itu, perlu kerjasama dengan pengelola wisata dengan membuka galery produk Tenun Kubang di sekitar tempat wisata,” katanya.

Kondisi yang belum kondusif akibat Covid-19, kata Nengsi, menyebabkan terbatasnya promosi ke luar daerah. Pihak usaha Tenun Kubang harus fokus meningkatkan promosi di dalam daerah dengan memanfaatkan kunjungan wisatawan ke objek wisata lokal.

Tenun Kubang belum diminati kaum muda, karena hanya kaum tua atau ibu rumah tangga saja yang memiliki minat untuk menenun.

Di sisi lain, Amrinaldi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Limapuluh Kota mengklaim Tenun Kubang merupakan satu dari tujuh produk unggulan daerah tersebut. Namun saat ini, Tenun Kubang kekurangan SDM pengrajin.

Tenun ciekRatni Prima Lita (kedua kanan) akademisi Universitas Andalas memberikan pendampingan demi keberlanjutan Tenun Kubang. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

”Kami pernah melakukan kerjasama dengan Badan Pelatihan Padang untuk setiap pengrajin Tenun Kubang, tetapi setelah pelatihan hanya ada beberapa orang yang bertahan untuk menenun. Tenun Kubang belum diminati kaum muda, karena hanya kaum tua atau ibu rumah tangga saja yang memiliki minat untuk menenun,” katanya.

Dinas Perindustrian diakui Amrinaldi juga terkendala tidak bisa membelikan peralatan tenun bagi pihak usaha karena tidak mempunyai dana. "Selama Covid-19 belum ada penanganan karena dana ditarik di tahun 2020 untuk keperluan membeli alat protokol kesehatan. Kebijakan yang disarankan yaitu dengan menerapkan peraturan bagi setiap PNS untuk memakai busana Tenun Kubang minimal 1 stel per tahun," katanya.

Amrinaldi menyarankan Pemerintah Nagari Kubang agar aktif meningkatkan regenerasi penenun melalui peningkatan motivasi masyarakat lokal. "Jika tidak, maka terpaksa mengambil SDM di luar Nagari Kubang atau luar daerah seperti zaman dahulu," tuturnya.

Dinas Ketenagakerjaan Limapuluh Kota yang diwakili Herlina Effendi tidak menampik belum adanya kebijakan yang dilaksanakan untuk membantu pihak Tenun Kubang. Dia pun berjanji akan merekomendasikan kepada Bupati Limapuluh Kota agar pada hari Kamis dan Jumat setiap PNS di lingkungan Pemkab Limapuluh Kota diwajibkan memakai busana dari Tenun Kubang.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unand, Hasanuddin mengatakan, Tenun Kubang merupakan salah satu aset dan mempunyai potensi yang perlu diberdayakan. "Ini bisa dilakukan melalui inovasi pewarnaan produk tenun dengan memanfaatkan kearifan lokal untuk zat pewarna,” sarannya.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand, Uyung Gatot S Dinata menyebut pihaknya mendukung penuh kebijakan pemerintah daerah dalam memajukan UKM khususnya Tenun Kubang. Menurutnya, peran usaha kecil dan menengah berjuang di tengah pandemi Covid-19 patut didukung bersama, termasuk pihak kampus.

"Umumnya UKM memiliki keterbatasan dalam mengakses pasar. Karena itu akademisi harus memberi sumbang saran dan berbagi ilmu pengetahuan,” katanya.

Tim Peneliti Unand lainnya, Henmaidi yang juga bertindak sebagai moderator FGD menambahkan dengan banyaknya paparan dari peserta diskusi, diharapkan dapat attractiveness indeks masing-masing sudut pandang tentang kondisi kekinian Tenun Kubang.

"Segala upaya Pemda yang sudah bagus perlu didorong untuk terus dipertahankan. Sementara apa yang masih perlu diperbaiki, harus dicarikan jalan keluarnya secara bersama-sama. Tenun Kubang dapat diselamatkan jika semua pihak satu tujuan,” katanya.

Terpisah, Owner Tenun Kubang berlabel Haji Ridwan BY, Yulia Rahmi mengakui, sulitnya mencari tenaga kerja. Selain itu, peluang pasar masih menjadi momok dan menyulitkan.

"Mereka yang tamat SLTA dan tidak melanjutkan kuliah lebih suka menjadi penjaga toko dan pekerjaan sejenisnya,” katanya.

Wow TenunRahmi Salah Satu Owner Tenun Kubang yang mewarisi usaha itu secara turun temurun dari kakeknya. (Foto: Tagar/Rifa Yanas)

Sebelum adanya pelatihan-pelatihan yang diprakarsai sejumlah akademisi dan pemerhati tenun, Yulia Rahmi lebih banyak memasarkan produknya dalam bentuk bahan baku pakaian yang belum dijahit. Kini, ia mengubah pola dengan lebih beragam variasi. Selain bahan, juga dipamerkan sederet pakaian jadi siap pakai.

Harga jual untuk bahan baku satu stel pakaian biasanya dibanderol berkisar Rp 350 ribu atau tergantung permintaan konsumen dan motif yang diinginkan. Sementara jika sudah berbentuk pakaian siap pakai, harganya bisa meroket tiga kali lipat.[]

Berita terkait
Kisah Mistis Bocah di Tangerang Selatan, Disunat Jin
Bocah berusia tiga tahun di Tangerang Selatan (Tangsel)mengalami kejadian mistis, kelaminnya disunat tiba-tiba.
Wanita Tunarungu Sleman Ciptakan Masker Transparan
Masker transparan diciptakan wanita asal Slemen guna membantu komunikasi para penyandang tunarungu di tengah situasi pandemi Covid-19.
Lulusan SD di Tegal, Bikin Robot Bantu Atasi Covid-19
Kejutan dari Tegal, Jawa Tengah, cuma lulusan SD, bisa bikin robot canggih untuk membantu tenaga medis merawat pasien Covid-19 di rumah sakit.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.