Menikmati Lezatnya Palai Bada Khas Pesisir Selatan

Palai bada khas Pesisir Selatan pantas dicoba dan dinikmati saat berbuka dan makan sahur.
Emi Dalti melihat penyangraian palai bada di warungnya di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan. (Foto: Tagar/Teddy Setiawan)

Pesisir Selatan - Siang menjelang. Kedai di tepi jalan Padang-Batangkapas itu mulai dikunjungi warga. Asap dari sangrai tungku masak seolah memanggil orang untuk singgah.

Sangat membuka selera. Pedas dan gurihnya begitu pas terasa.

Kedai itu menjual palai bada (pepes ikan dan teri) Batang Kapas di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat. Rasa gurih dan asam pedasnya begitu menggoda selera. Para pelanggan terlihat tak sabar ingin menikmatinya.

"Ini untuk buka puasa dan sahur nanti. Di hari biasa, jarang saya lewatkan untuk lauk makan siang," kata Desmawati, 46 tahun, salah seorang warga sekitar.

Palai memang identik dengan Ranah Minang, khususnya bagi warga Pesisir Selatan. Hidangan tradisional sederhana bahkan diabadikan dalam syair lagu berjudul 'Palai Bada' yang dipopulerkan sang maestro musik Minang, Elly Kasim di era 70-an. Kemudian kembali dipopulerkan Ratu Sikumbang pada 2012.

Jikok jadi tuan ka pasa, tolong balikan si gulo saka. Jikok tuan salero patah cubo makan si palai bada. Urang Rao pai ka danau, ambiak rumpuik si bilang-bilang. Yo kok tuan indak picayo, bali sabungkuih baok pulang.

Artinya "Jika tuan pergi ke pasar, tolong belikan si gula aren. Jika tuan selera patah, coba makan si palai bada. Orang Rao pergi ke danau, ambil rumput si bilang-bilang. Jika tuan tidak percaya, beli sebungkus bawalah pulang".

(pepes ikan enak rasanya makan berdua).Yo palai bada lamak rasonyo, makan baduo (pepes ikan enak rasanya makan berdua).

Begitulah penggalan lirik lagu Palai Bada yang mengiaskan lezatnya palai bada. Apalagi, jika dimakan berdua dengan si pujaan hati.

Asap di tungku sangrai terus saja mengepul, mengitari ruang terbuka itu. Ia menggiring aroma khas rempah dan wanginya daging ikan segar berbalut daun pisang, menyapa indera penciuman setiap pembeli.

Empat orang pekerja tengah sibuk dengan keahliannya masing-masing. Cekatan. Mengaduk adonan, melipat daun yang telah diisi hingga mengipas bara. Memastikan semuanya terpanggan dengan rata dan matang sempurna.

Hari mulai menunjukkan pukul 14.30 WIB. Matahari mulai mengarah ke barat. Sinarnya mulai meredup, merambat pelan menuju peraduannya di ufuk barat, namun seakan enggan beranjak meninggalkan aroma khas panggangan palai.

Menjelang masuknya waktu berbuka puasa, pembeli terus datang silih berganti. Tak hanya warga sekitar, mereka juga datang dari berbagai kecamatan lain di Pessel. Bahkan, ada dari kabupaten lain yang kebetulan lewat di Batangkapas.

"Setiap saya lewat di sini, pasti selalu saya sempatkan untuk membelinya. Bagi saya ini paling pas buat penganan di kala sahur. Sangat membuka selera. Pedas dan gurihnya begitu pas terasa," kata Rita Susandra.

Perempuan yang juga salah seorang ASN di Dinas Sosial Pessel itu mengaku sering menjadikannya sebagai buah tangan. Apalagi jika hendak bepergian keluar daerah. Palai bada sangat cocok untuk oleh-oleh bagi orang rantau. Pelepas rindu pada kampung halaman.

Usaha palai bada Batangkapas mulai eksis sejak 8 tahun silam. Emi Dalti, 58 tahun, seorang wanita paruh baya itu memulainya pada 2012. Awalnya ia mencoba sesuatu yang baru, di tengah banjirnya masakan siap saji.

Hari terus berlalu. Bulan berganti tahun. Berkat keyakinan dan ketekunan bersama sang suami, usahanya berkembang begitu pesat. Kualitas dan rasa merupakan kunci utama baginya.

Setiap hari, rata-rata penjualan mencapai 250 sampai 300 palai bada. Tak sekadar pasar lokal, palai Batangkapas mulai merambah pasar nasional, bahkan internasional. Jakarta, Pekanbaru, Batam, Bengkulu dan Bahkan Malaysia, misalnya.

Untuk ke luar daerah, biasanya dibawa para perantau yang hendak balik ke perantauan. "Ada dua jenis palai yang kami sediakan, ikan dan teri basah. Harga tetap sama, Rp 10 ribu per buah," katanya.

Di ujung perbincangan dengan Tagar, Emi membeberkan bumbu rahasia dan adonan palai bada. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan mmebuat palai adalah ikan teri basah segar, kemiri, cabai merah.

Bawang putih, daun kunyit, garam, lengkuas, serai dan jeruk nipis. Semuanya diaduk rata dengan parutan kelapa. Setelah adonan merata, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan siap untuk disangrai di atas tungku.

Untuk menyangrai, dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. "Setelah benar-benar matang, palai siap dipasarkan," tuturnya. []


Berita terkait
Resep Aneka Sambal Lezat Pelengkap Buka Puasa
Aneka sambal Nusantara bisa menjadi menu tambahan berbuka puasa yang dapat membuat nafsu makan bertambah.
Menu Santap Sahur Kilat Ramadan: Makaroni Keju
Makaroni keju menjadi satu dari banyak pilihan hidangan yang dapat disajikan kilat untuk menu sahur Ramadan Anda.
5 Resep Mengolah Udang Menjadi Santapan Lezat Sahur
Menghidangkan makanan yang bergizi untuk sahur sangat penting agar tubuh selalu kuat. Berikut rekomendasi resep mengolah udah lezat saat sahur.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.