Menghentikan Kebangkitan Ekstremisme di Kalangan Militer Amerika

Pentagon mengeluarkan aturan terperinci baru yang melarang anggota militer secara aktif terlibat dalam kegiatan ekstremis
Juru Bicara Pentagon, John Kirby, berbicara dalam konferensi pers di Pentagon, pada 20 Desember 2021 (Foto: voaindonesia.com - AP/Alex Brandon)

Jakarta – Keterlibatan pasukan militer dalam kegiatan berbau ekstremisme yang meningkat membuat pihak Pentagon pada Senin, 20 Desember 2021, mengeluarkan aturan terperinci baru yang melarang anggota militer secara aktif terlibat dalam kegiatan ekstremis.

Pedoman baru itu disampaikan hampir setahun setelah beberapa anggota dan mantan anggota militer turut serta dalam kerusuhan di gedung Kongres AS, Capitol, pada 6 Januari 2021 lalu yang memicu peninjauan luas di departemen pertahanan.

Menurut Pentagon, kurang dari 100 anggota militer diketahui terlibat dalam kasus-kasus aktivitas ekstremis penting pada tahun lalu. Tapi Pentagon memperingatkan jumlah itu mungkin bertambah mengingat lonjakan kekerasan domestik ekstremisme yang terjadi baru-baru ini, terutama di kalangan veteran.

pentagonPentagon di Washington, DC, 27 Maret 2008 (Foto: File-voaindonesia.com - AP/Charles Dharapak)

Para pejabat mengatakan kebijakan baru itu tidak banyak mengubah apa yang sebelumnya dilarang tetapi lebih merupakan upaya untuk memastikan tentara mengetahui jelas mengenai apa yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan, sambil tetap melindungi hak Amandemen Pertama mereka untuk kebebasan berbicara. Dan untuk pertama kalinya, peraturan ini jauh lebih spesifik menjangkau aktivitas di media sosial.

Kebijakan baru tersebut menjabarkan secara rinci kegiatan yang dilarang, yang meliputi advokasi terorisme, mendukung penggulingan pemerintah, penggalangan dana atau unjuk rasa atas nama kelompok ekstremis, atau "menyukai" atau memposting ulang pandangan ekstremis di media sosial.

Aturan tersebut juga menetapkan bahwa agar seseorang bisa dimintai pertanggungjawaban, komandan harus menentukan dua hal yaitu bahwa tindakan tersebut merupakan kegiatan ekstremis, sebagaimana didefinisikan dalam aturan, dan bahwa anggota militer "berpartisipasi aktif" dalam kegiatan terlarang itu.

Kebijakan sebelumnya melarang kegiatan ekstremis tetapi tidak menjelaskan secara rinci. Kebijakan tersebut juga tidak merinci proses dua langkah untuk menentukan apakah seseorang bertanggung jawab.

tentara asTentara Amerika Serikat memasuki helikopter Chinook menuju ke Afghanistan, 15 Januari 2019 (Foto: voaindonesia.com/Reuters).

Apa yang sebelumnya tidak diperbolehkan, sekarang masih tidak diperbolehkan, kata seorang pejabat senior pertahanan. Tetapi beberapa pejabat mengatakan ketika sebuah kelompok studi berbicara dengan anggota militer tahun ini, mereka mendapati banyak anggota militer yang menginginkan definisi yang lebih jelas tentang apa yang tidak diperbolehkan (my/pp)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Target Pentagon Cegah Ekstremisme Dalam Jajaran Militer

Biden ke Pentagon di Tengah Rasisme dan Ekstremisme Militer

Amerika Hadapi Perkembangan Ancaman Ekstremisme Domestik

Pentagon Menerima Tentara Transgender

Berita terkait
Amerika Hadapi Perkembangan Ancaman Ekstremisme Domestik
AS hadapi ancaman ekstremis domestik yang semakin berkembang, menurut strategi yang dirilis pekan ini oleh pemerintahan Presiden Biden
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.