Mengenal Makam Raja-raja Mataram Islam yang Longsor Itu

Tanah yang longsor di makam yang dianggap keramat itu menimpa permukiman warga.
Tebing kompleks makam raja-raja Mataram Islam di Dusun Pajimatan, Desa Giirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupten Bantul longsor pada Minggu (17/3) lalu. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 20/3/2019) - Sejumlah kuburan di kompleks makam raja-raja Mataram Islam longsor pada Minggu (17/3) malam. Lokasinya di Dusun Pajimatan, Desa Giirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupten Bantul. Hujan terus-menerus yang menjadikan kompleks cagar budaya ini longsor.

Kompleks makam ini berada di puncak bukit yang masih satu gugusan dengan pegunungan seribu. Area yang longsor merupakan calon makam Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, raja Keraton Yogyakarta yang saat ini bertahta yang juga Gubernur DIY.

Tanah yang longsor di makam yang dianggap keramat itu menimpa permukiman warga. Dua rumah warga terkena material longsor, satu warga meninggal dunia akibat tertimbun material dan dua masih belum ditemukan.

Dalam sejumlah referensi menyebutkan, kompleks makam raja-raja ini dibangun pada 1630 oleh Sultan Mataram III Hanyokrokusumo yang tidak lain legenda Matatam Islam, Sultan Agung. Lokasinya yang berada di puncak bukit, mengharuskan menaiki 409 anak tangga untuk sampai di kompleks pemakaman.

Seperti kompleks pemakaman raja-raja pada umumnya yang berada di atas bukit. Konon, agar arwah serta doa-doa yang menyertainya lebih cepat sampai dan diterima oleh Sang Pencipta.

Kompleks makam di Pajimatan Imogiri ini terbagi dalam tiga area. Pertama, Astana Kasultan Agung. Mereka yang dimakamkan di area ini antara lain Sultan Agung, Sri Ratu Batang, Hamangkurat Amral dan Hamangkurat.

Baca juga: Kompleks Makam Raja-raja di Yogyakarta Longsor

Kedua, area makam raja-raja Surakarta. Di tempat ini menjadi pemakaman Amangkurat IV serta raja-raja Surakarta Hadiningrat mulai dari Sri Susuhunan Paku (PB) Buwono I sampai Sri Susuhunan PB XII.

Area ketiga adalah makam Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Di area ini, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I sampai Sri Sultan HB IX disemayamkan. Kelak Sri Sultan HB X yang saat ini bertakhta juga akan dimakamkan di area ini.

makam raja-raja Mataram Islam YogyakartaTebing kompleks makam raja-raja Mataram Islam di Dusun Pajimatan, Desa Giirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupten Bantul longsor pada Minggu (17/3) lalu. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Di kompleks makam ini juga banyak peninggalan Sultan Agung. Yang paling terkenal tidak lain adalah air suci empat tempayan. Keempat tempayan tersebut merupakan pemberian dari kerajaan lain, yakni Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Ngerum atau Kasultanan Turki serta Kerajaan Siam (Thailand). Pemberian tempayan tersebut merupakan bukti hubungan yang baik antar kerajaaan pada saat itu.

Setelah 400-an tahun, kompleks makam raja-raja itu longsor pada Minggu malam (17/3) lalu. Longsoran tanah mengenai permukiman penduduk. Pemda DIY merespons cepat dalam penanganan kawasan cagar budaya ini agar kerusakan tidak meluas.

Sekretaris Daerah Pemda DIY Gatot Saptadi mengatakan, penanganan darurat dengan pemasangan terpal. Tujuannya agar meminimalisir longsor susulan. Namun, setelah terpal disediakan, upaya melakukan pemasangan juga mengalami kesulitan. "Langkah darurat ada dua opsi. Pemasangan terpal kemudian melalui semen sprayer," katanya usai rapat koordinasi penanganan kerusakan Makam Raja-Raja Mataram Imogiri di Yoyakarta, Selasa (19/3) sore

Untuk penanganan permanen masih dalam perhitungan tim. Yang jelas untuk sumber anggaran bisa berasal dari beberapa alokasi. Seperti APBD, APBN atau Dana Keistimewaan atau dari Kementerian Kebudayaan mengingat kawasan tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Menurut dia, kondisi lokasi dengan kemiringan yang sangat curam, penanganannya rencananya menggunakan teknologi baru seperti geo tekstil. Pemda DIY secepatnya melakukan konsultasi ahli.

"Prinsipnya memang harus segera ditangani. Kalau ada longsor susulan bisa mengancam bangunan utama kompleks makam di sisi timur tersebut," papar dia.

Calon makam Sri Sultan HB X itu berada diatas lokasi tebing yang longsor itu. Calon makan tersebut tergolong bangunan baru. Pembuatannya pada 2016 lalu. Anggaran untuk membangun calon makam Gubernur DIY itu sebesar Rp 5,9 miliar. Anggaran tersebut dari Dana Keistimewaan yang bersumber dari APBN. Pekerjaan proyek dikerjakan oleh PT Asti Wijaya.

Menurut penjaga makam, Joko Nugroho, area tebing kompleks makam raja-raja yang  longsor sepanjang 50 meter dengan ketinggian 100 meter. "Sebelum longsor, ada retakan. Air masuk retakan itu lalu mengakibatkan longsor," kata dia.

Abdi dalem keraton ini mengungkapkan, retakan tanah akibat gempa bumi pada 2006 lalu. Retakan sudah diurug namun kurang padat. Sehingga saat diguyur hujan terus-menerus tanah urug tergerus dan air masuk di bekas retakan tanah itu.

Baca juga: Yogyakarta Jadi Destinasi Wisata Terkemuka Asia Tenggara, Mampukah?

Berita terkait