Mengenal Lebih Dekat Aliansi NATO

Di tengah-tengah ketegangan di perbatasan antara Ukraina dan Rusia, NATO menjadi salah satu isu dan aktor penting
Kantor Pusat NATO di Brussel, Belgia (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Di tengah-tengah ketegangan di perbatasan antara Ukraina dan Rusia, NATO menjadi salah satu isu dan aktor penting. Bagaimana asal-usul NATO (North Atlantic Treaty Organization – Pakta Pertahanan Atlantik Utara) dan apa tujuan pembentukan aliansi keamanan itu? Rob Mudge melaporkannya untuk DW.

NATO dibentuk pada tahun 1949. Tujuan utamanya adalah untuk menghadapi ancaman ekspansi Uni Soviet di Eropa setelah Perang Dunia II berakhir. Setelah pasukan sekutu dan Uni Soviet bersama-sama mengalahkan rezim NAZI di Jerman tahun 1945, memang terjadi persaingan dan perebutan pengaruh antara Uni Soviet dan aliansi Barat. AS sebagai negara adi kuasa saat itu berusaha mendorong integrasi politik di Eropa barat, setelah Uni Soviet melebarkan pengaruhnya di Eropa timur.

Cikal bakal aliansi pertahanan dan keamanan itu adalah perjanjian antara Inggris dan Prancis dari tahun 1947, yang dikenal sebagai perjanjian Dunkirk. Ketika itu, Inggris dan Prancis sepakat akan membentuk aliansi pertahanan, seandainya Jerman bangkit lagi dan memulai serangan lagi, seperti yang terjadi pada Perang Dunia Pertama dan Perdang Dunia Kedua.

Atas prakarsa AS, Inggris dan Prancis, dibentuklah North Atlantic Treaty Organisation, selanjutnya lebih dikenal dengan singkatannya, NATO. Ada 12 anggota pendiri NATO: Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Belgia, Denmark, Islandia, Italia, Kanada, Luksemburg, Portugal, Prancis dan Norwegia. Tahun 1952, Yunani dan Turki bergabung dengan NATO.

Negara anggotanya sepakat untuk bertindak sebagai aliansi keamanan kolektif, artinya menjamin keamanan dan pertahanan bersama melalui sarana militer dan politik, jika salah satu negara anggotanya mendapat ancaman dari luar.

Prinsip ini tercantum dalam pasal 5 piagam NATO tentang klausul pertahanan kolektif. Disebutkan di sana: "Para pihak setuju bahwa serangan bersenjata terhadap satu atau lebih dari anggotanya di Eropa atau Amerika Utara akan dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota." Setiap anggota akan membantu pihak yang diserang dan bersama-sama membentuk "pertahanan kolektif" dan mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu, termasuk penggunaan angkatan bersenjata, "untuk memulihkan dan menjaga keamanan di wilayah Atlantik Utara." Penerapan Pasal 5 ini misalnya pernah diminta oleh Amerika Serikat setelah serangan teror 11 September 2001.

Perkembangan NATO dari masa ke masaPerkembangan NATO dari masa ke masa (Foto: dw.com/id)

1. Dijawab dengan pembentukan Pakta Warsawa

Pembentukan NATO dijawab Uni Soviet dengan menciptakan aliansi pertahanannya sendiri dengan tujuh negara komunis di Eropa timur pada tahun 1955. Aliansi itu kemudian dikenal sebagai Pakta Warsawa. Selama puluhan tahun, NATO dan Pakta Warsawa berhadapan sebagai dua blok militer yang saling mengintai dan saling bermusuhan.

Namun perubahan di Eropa timur akhir 1980-an, runtuhnya Tembok Berlin dan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 mencerai-beraikan Pakta Warsawa. Negara-negara Eropa timur, termasuk negara pecahan Uni Soviet, kemudian berorientasi ke sistem demokrasi Barat. Di Rusia, Partai Komunis kehilangan kekuasaan, era Perang Dingin antara blok Barat dan Timur di Eropa pun dianggap berakhir.

Begitu lepas dari kekuasaan Uni Soviet, sejumlah negara bekas Pakta Warsawa lalu menjadi anggota NATO, pertama-tama Hungaria, Polandia dan Republik Ceko bergabung pada 1999. Lima tahun kemudian, pada 2004, NATO menerima Bulgaria, Estonia, Latvia, Lituania, Rumania, Slovakia, dan Slovenia. Albania dan Kroasia bergabung pada 2009. Penambahan terbaru adalah Penambahan terbaru adalah Montenegro pada 2017 dan Makedonia Utara pada 2020. Sehingga sekarang anggota NATO menjadi 30 negara. Selain itu, tiga negara disebut-sebut sedang melamar menjadi anggota baru: Bosnia-Herzegovina, Georgia dan Ukraina.

Pasukan dan persenjataan NATO di Eropa timurPasukan dan persenjataan NATO di Eropa timur (Foto: dw.com/id)

2. Kebijakan pintu terbuka

Dalam Pasal 10 Perjanjian NATO memang dimuat prinsip keterbukaan aliansi itu. Di sana disebutkan: "Negara-negara yang bercita-cita menjadi anggota NATO juga diharapkan untuk memenuhi tujuan politik, ekonomi dan militer tertentu untuk memastikan bahwa mereka akan menjadi kontributor keamanan Aliansi serta penerima manfaat itu."

Prinsip itulah yang kemudian digunakan untuk menerima negara-negara Eropa timur sebagai anggota baru, segtelah negara-negara itu menyatakan komitmennya untuk memperbarui dan meningkatkan kapasitas militernya sesuai standar NATO.

Pada pertemuan puncak NATO di Bukarest tahun 2008, aliansi tersebut secara resmi menyatakan "menyambut baik" aspirasi Ukraina dan Georgia untuk menjadi anggota baru, tetapi tanpa memberikan agenda dan jadwal kapan hal itu akan terlaksana.

Bagi Rusia, gagasan bahwa makin banyak bekas negara satelit Uni Soviet di perbatasannya yang akan bergabung dengan NATO, terutama Ukraina dan Georgia, merupakan tamparan keras. Sebagai jawabannya, Rusia menduduki Krimea, yang merupakan wilayah teritorial Ukraina, pada tahun 2014 dengan mengerahkan pasukan tanpa lencana pengenal. Setelah menguasai Krimea, Rusia membantu kelompok-kelompok separatis di Ukraina Timur untuk memberontak dengan tujuan mendirikan negara sendiri (hp/pkp)/dw.com/id. []

NATO Tidak Akan Kirim Pasukan ke Ukraina

NATO Latihan Militer di Lepas Pantai Italia

NATO Upayakan Pertemuan Dewan NATO-Rusia pada Januari 2022

Amerika dan NATO Tolak Tuntutan Rusia

Berita terkait
NATO Latihan Militer di Lepas Pantai Italia
NATO sedang latihan di Laut Tengah dan Laut Adriatik, mengerahkan jet tempur F-18 ke Eropa utara
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.