Mengapa Tak Ada Daerah Memakai Nama Tokoh Sebagai Ikon?

Bandung populer dengan ikon Gedung Sate, Surabaya dengan Patung Sura dan Baya, Jakata dengan Monas. Kenapa tak ada ikon nama tokoh?
Ikon Kota Bandung, Gedung Sate. (Foto:idetrips.com)

Jakarta - Setiap daerah atau kota pasti memiliki ikon. Seperti Bandung dengan Gedung Sate, Jakarta dengan Monumen Nasional (Monas), Surabaya dengan Patung Sura dan Baya. Melihat hal tersebut, timbul pertanyaan mengapa tidak ada ikon dalam bentuk nama tokoh yang disematkan kepada suatu daerah atau kota?

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan ikon daerah atau kota dibuat untuk menjadi pengingat dan daya tarik bagi masyarakat lokal hingga mancanegara. 

"Ikon adalah bentuk simbolik, sebuah penanda atau branding kota," kata Yayat Supriatna saat dihubungi Tagar, Senin, 15 Juli 2019. 

Yayat mengatakan nama tokoh tidak selalu dijadikan ikon kota karena biasanya yang kerap diingat masyarakat adalah karya bangunan buatan manusia, bukan aktor di balik pembangunan itu. 

"Kalau simbolik seperti sejarah Kota Surabaya, itu pasti ada mitosnya di situ, ada mitologinya. Itu sudah digambarkan. Kalau tokoh, menurut saya, mungkin hanya sebagai aktor  yang menciptakan sesuatu, tapi jarang dijadikan simbol," ucap dia. 

"Sekarang kalau misalnya ditanya mengapa tidak muncul nama tokoh? Karena kota itu lebih membutuhkan simbol konkret berupa karya manusia atau  dalam konteks sejarah kota dan mitologinya apa. Mitologi apa yang dibangun, seperti Surabaya ada Patung Sura dan Baya, Bandung ada Gedung Sate. Nah itu kan penandanya," ujarnya. 

Ya branding dan bentuk karya monumental. Dan juga sejarah dari kota. Jadi bentuk-bentuk itu adalah bagian dari sejarah pembentukan kota. Kota itu dibentuk oleh karya-karya yang menjadi penanda sejarah terbentuknya kota.

Menurut dia, ikon kota harus ditonjolkan dalam bentuk karya, bukan dalam bentuk nama tokoh. Hal itu untuk menunjukkan branding suatu daerah tersebut. 

"Ya branding dan bentuk karya monumental. Dan juga sejarah dari kota. Jadi bentuk-bentuk itu adalah bagian dari sejarah pembentukan kota. Kota itu dibentuk oleh karya-karya yang menjadi penanda sejarah terbentuknya kota," tuturnya. 

''Jadi bentuk fisik itu adalah sebagai penanda sejarah. Seperti Bogor, yang dikenal dengan Kebun Raya yang diingat orang. Itu penandanya, ada karyanya di dalam. Jadi kota itu adalah karya buatan manusia yang membangun kota. Sehingga karya itu yang lebih mudah diingat sebagai bentuk prestasi dan sebagai bentuk hasil membangun kota," ucapnya.

Menurut dia, ikon kota dibangun tidak dalam bentuk nama tokoh hanya untuk membangkitkan memori masyarakat karena yang menjadi kebiasaan sekarang ini kebanyakan orang hanya mengingat karya yang dihasilkan dibandingkan dengan nama tokoh yang membangun kota itu.

Yayat mengatakan ikon yang merujuk pada nama gedung akan mudah diingat orang. 

"Seperti ketika orang bilang, 'Saya mau ke Gedung Sate'. Orang sudah tahu itu di daerah mana. Sudah tahu ada penanda kotanya dan ada bentuk simboliknya," tutur Yayat. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.