Untuk Indonesia

Mengapa Corona Pandemi Terakhir dalam Sejarah Manusia

Tidak ada keraguan lagi bahwa pada minggu-minggu ini kita akan menemukan vaksin bagi Corona. Berkat Artificial Intelligence (AI).
Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. (Foto: jdrf.org)

Oleh: Steve Sudjatmiko

Dalam  sejarah manusia, kejadian yang membunuh manusia terbanyak terjadi pada tahun 1939 – 1945, yaitu saat perang Dunia Kedua. Sebayak 75-80 juta orang tewas, sekitar 4% dari jumlah penduduk dunia saat itu yang jumlahnya ekitar 2 miliar. Jumlah itu empat kali lipat korban perang Dunia Pertama (20 juta orang) yang terjadi 25 tahun sebelumnya.

Namun dalam membunuh manusia Perang Dunia bersaing dengan Black Death. Black Death adalah julukan penyakit pes yang ditularkan oleh kutu yang hidup di tubuh tikus. Hari ini, obatnya adalah antibiotik. Zaman itu, sekitar 700 tahun yang lalu, tidak ada obatnya. Dalam 6 tahun mulai tahun 1347 - 1353, Black Death membunuh hampir 200 juta orang di seluruh dunia. 50 juta di antaranya di Eropa yang total penduduknya saat itu hanya 150 juta.

Kalau Black Death menang dalam jumlah total, maka pembunuh massal yang bahkan lebih ganas adalah Flu Spanyol yang berlangsung hanya setahun, yaitu dari tahun 1918 saat PD I berakhir. Total korban yang meninggal adalah 50 juta orang. Dari 50 juta itu, 25 juta meninggal dalam 25 minggu pertama. Artinya, sekitar 1 juta tiap minggu.

Dari masa lalu, para sejarawan melihat bahwa epidemi terjadi 3 kali setiap abad walaupun tanpa pola yang jelas. Sebagian besar epidemi dalam sejarah manusia disebabkan oleh bakteri yang menyebar lewat kutu yang hidup pada binatang lain. Karena bakteri adalah mahluk hidup, hampir semua epidemi merebak di musim panas.

Hal ini berbeda dengan virus yang bukan makhluk hidup. Virus hanyalah sel berisi bahan genetik dengan dinding protein. Ketika hawa panas menyentuh virus, dinding protein ini leleh dan riwayat sel virus pun berakhir. Sebab itulah epidemi yang disebabkan oleh virus biasanya mengalami perlambatan ketika menghadapi hawa panas baik alamiah maupun buatan. 

Di negara panas seperti Afrika atau negara tropis misalnya, penyebaran virus jauh lebih lambat dibandingkan di negara dingin seperti Eropa atau Amerika.

Dulu Itu

Di masa Black Death  kecepatan matinya pasien membuat orang sangat sibuk merawat dan mengubur keluarga mereka. Black Death begitu cepat membunuh orang sehingga dikatakan bahwa “sakit pagi, mati sore. Sakit sore, mati pagi.” Seluruh keluarga yang tadinya bekerja bersama-sama mendadak berkurang sepertiga atau separuh sehingga banyak sekali pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan lagi.

Karena kematian yang begitu besar dan cepat, epidemi saat itu dianggap hukuman dari Tuhan. Yang masih hidup berusaha merawat yang sakit sambil berdoa penuh ketakutan menunggu kematiannya sendiri.

Tidak jarang 80-90% penduduk seluruh desa meninggal dalam waktu singkat sehingga seluruh desa penuh dengan mayat berserakan yang tak sempat dikubur. Para pendatang yang melewati daerah itu kemudian tanpa sengaja menyebarkan penyakit itu ke tempat tujuan mereka.

Apakah Anda memperhatikan bahwa tidak ada satupun pemimpin dunia yang mengatakan bahwa umat manusia akan punah oleh flu Corona?

Hari Ini

Kelebihan kita hari ini berlipat lipat kali dari nasib nenek moyang kita saat itu. Kita tahu bahwa penyakit menular bukan disebabkan Tuhan yang marah tetapi karena ada “mahluk” yang menyebarkannya. Kita punya seribu satu macam obat untuk mengalahkan mereka. Dan kita bisa membuat yang baru dengan cepat. Dan yang terpenting, kita tahu bagaimana mencegah penyakit ini berkembang cepat.

Apakah Anda memperhatikan bahwa tidak ada satupun pemimpin dunia yang mengatakan bahwa umat manusia akan punah oleh flu Corona? Adakah pemimpin yang mengatakan bahwa kita tidak akan bebas dari pandemi ini? Adakah pemimpin yang ragu bahwa kita akan menang? Tidak.

Kita bagai pasukan besar tentara profesional yang menghadapi sekelompok kecil tikus liar. Walau kita terganggu pada awalnya, tetapi kita tahu pasti bahwa kita akan menumpas mereka. Kita sudah menang bahkan sebelum kita berperang.

Kita tahu kita akan dapat mengalahkan epidemi apapun karena kita sudah mengenal sifat virus dan makro organisme lain. TInggal tunggu waktu saja. Apalagi kini kita sudah mulai menciptakan senjata pamungkas yang bahkan lebih hebat dari manusia: Artificial Intelligence.

AI Versus Corona

Ketika Wuhan diserang wabah, beberapa pakar AI di China seketika bersiap. Setiap kasus yang dialami dijadikan data untuk dimasukkan ke dalam mesin AI.

Pemerintah China juga menggunakan berbagai sistim AI seperti SenseTime dan HealthCode untuk mendeteksi para carrier yang tidak sadar bahwa mereka adalah Carrier. Perusahaan AI MegVii mendeteksi temperatur orang bukan dalam jarak dekat tetapi bermeter-meter jauhnya sambil memonitor apakah suhu tubuh orang itu akan turun atau tidak.

Perusahaan AI Interfision membantu para profesional kesehatan China dengan mendeteksi dan memonitor adanya Corona virus dalam tubuh seseorang yang merasa tidak enak badan. Alibaba melakukan hal yang sama untuk mendiagnosa Corona dengan ketepatan di atas 95%.

Perusahaan Blue Ocean Robotics mensupply makanan pada RS di Wuhan untuk pasien dan pekerjanya dengan memastikan setiap makanan di RS bersih dari virus itu lewat sinar UV.

Tapi masih ada yang lebih hebat lagi. Hanya dalam hitungan mingguan sejak pecahnya wabah di Wuhan, Akademi Damo milik Alibaba telah berhasil memecahkan kode genome dari Corona Virus. Kini TenCen, HuaWei, dan DiDi dari China serta DeepMind dari Google, Sonovia dari Israel dan BenevolentAI dari Inggris berlomba-lomba untuk menemukan vaksin secepat mungkin.

Sementara Anda membaca tulisan ini, berbagai mesin AI di seluruh dunia sedang meneliti jutaan laporan bukan hanya tentang corona tetapi juga semua virus flu lainnya. Tidak ada keraguan lagi bahwa pada minggu-minggu ini kita akan menemukan vaksin bagi Corona. Tidak ada keraguan lagi bahwa dalam beberapa tahun ini kita akan menemukan pola dari semua wabah flu yang pernah terjadi.

Lalu apa? Lalu dengan visualAI di seluruh dunia kita akan dapat mendeteksi wabah sebelum terjadi. Mungkin wabah kecil-kecilan masih akan terjadi, tetapi kemungkinan besar Corona adalah pandemi terakhir dari sejarah manusia.[]

Steve Sudjatmiko adalah Pengamat AI (Artificial Intelligence). 

Berita terkait
Ciri-ciri Terkena Virus Corona Tanpa Gejala
Berikut ini tanda-tanda untuk mendeteksi orang yang terpapar virus corona atau Covid-19.
Larangan Mudik Kapolri Jenderal Idham Azis Tepat
Kapolri Jenderal Idham Azis mengambil langkah tepat: melarang anggotanya mudik demi mencegah virus Corona. Opini Lestantya R. Baskoro.
Anies Baswedan Ungkap 8 Sektor Tak Terganggu PSBB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan terdapat delapan (8) sektor yang tidak terganggu pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.