Menerjemahkan Visi Nadiem Makarim di Bantaeng

Merdeka Belajar, gagasan Nadiem Makarim yang tengah berproses di dunia pendidikan Bantaeng. Seperti apa pelaksanaannya?
Konsep Merdeka Belajar bisa didapat dari suasana kegiatan belajar mengajar yang komunikatif dan menyenangkan antara guru dan murid. Konsep ini yang tengah berproses di dunia pendidikan Bantaeng. (Foto: Dok Darma Syam)

Bantaeng - Proses lebih bernilai ketimbang sekadar hasil akhir. Demikian konsep Merdeka Belajar dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang jadi acuan model pendidikan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng Muhammad Haris menyambut terbuka kedatangan Tagar, belum lama ini. Sebelumnya kami sudah berkontak untuk ngobrol santai soal konsep Merdeka Belajar lebih mendalam. Dan pejabat eselon dua itu ternyata sangat antusias untuk membeberkannya.

Setelah senyum sapa dan dua tangan kami saling berjabat, perbincangan dengan sosok kepala dinas yang belum lama menjabat ini pun mengalir hangat. Haris, begitu ia akrab disapa, mulai berbicara secara umum tentang dunia pendidikan di Indonesia. Termasuk gagasan Merdeka Belajar dari Nadiem Makarim.

Haris menerjemahkan gagasan itu di tingkat daerah, hingga akhirnya tercetus one teacher one innovation dan program Hari Bakat Minat. Menurut Haris, lewat dua program itu guru-guru harus mampu mengenali, kemudian mengembangkan bakat pelajar di Bantaeng sedari awal.

Gagasan tersebut merupakan langkah yang harus dilakukan guna menggali potensi yang dimiliki para pelajar agar tercipta sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Tentu, tidak bisa dilepaskan dengan segala proses di balik upaya mewujudkannya. 

"Yang kami pikirkan adalah proses. Kalau ada orang yang berpikir angka output di dunia pendidikan, maka dia akan menghalalkan segala cara untuk kemudian mencapai itu," kata Haris.

"Tetapi kemudian ketika kami berproses dengan baik, guru profesional dengan tugasnya, kepala sekolah profesional dengan tugasnya, murid dipancing, diberi stimulan untuk kemudian mengekspose seluruh bakat dan seluruh keterampilan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran dan proses ekstrakurikuler, dibantu dengan lembaga-lembaga pegiat pendidikan dengan fungsinya masing-masing, saya yakin akan lebih baik."

Dua kali 40 menit siswa tertekan psikologis, tertekan jiwa di ruang kelas, apa yang diharapkan? Tidak ada.

Merdeka Belajar2Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Bantaeng Muhammad Haris membeber konsep Merdeka Belajar yang tengah berproses di dunia pendidikan wilayahnya. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bagi dia, jika seorang selalu memikirkan hasil tanpa memperdulikan proses, maka kemungkinan yang bisa muncul adalah keberhasilan yang tak abadi.

"Hasilnya memang baik tapi hanya bisa baik di atas kertas. Contohnya, mungkin dia dapat angka 10 pada pembelajaran matematika, tapi dalam kondisi riil belum tentu berbanding lurus dengan hasil itu," kata dia.

Dan karena merupakan sebuah proses, maka siapa pun yang terlibat dalam proses itu akan menentukan kecepatan pembangunan SDM dalam hal dunia pendidikan.

"Siapa yang terlibat, bagaimana pelibatannya, seberapa besar kontribusi para stakeholder dalam proses pendidikan itu, itu nanti yang menentukan kecepatan pencapaian tujuan. Jadi semua berproses," tuturnya. 

Haris berpikir dalam proses dan berkegiatan belajar mengajar ini, pelajar dan pendidik sebagai pelaku langsung didorong untuk bisa memainkan perannya secara merdeka. Merdeka belajar dan merdeka mendidik.

"Kami selalu katakan, ajari kami, injeksi kami, bantu kami sesuai dengan kebutuhan kami. Jangan injeksi kami, jangan bantu kami, jangan stimulan kami, sesuai dengan apa yang jadi keinginan Anda. Ini yang dimaksud dengan merdeka," katanya.

Sebelum bicara lebih lanjut soal merdeka belajar dan merdeka mendidik dalam arti sebenarnya, Haris sedikit flashback dengan sistem pendidikan yang terjadi selama ini. Sebuah metode pembelajaran yang disebutnya sebagai proses kolot. 

Guru mencekoki murid dengan satu metode dan rancangan yang sama. Padahal banyak murid yang dididik dan masing-masing tidak memiliki kemampuan yang sama. Artinya, yang terjadi selama ini adalah tekanan secara psikologis terhadap anak melalui ruang-ruang kelas.

"Kami mencekoki mereka dengan maunya kami. Kami tahu, jangankan bakat, mau saja tidak ada. Makanya saya turun ke sekolah-sekolah, saya bilang ke kepala sekolah dan guru, pandang anak secara keilmuan," ujar dia. 

"Katakanlah ribuan anak yang harus dididik, begitu masuk (kelas) kami memandang bahwa kebutuhan anak ini semuanya sama. Itu salah besar, dan itu masih berjalan sampai sekarang." 

Sesuai dengan gagasan Menteri Nadiem Makarim, semestinya model pembelajaran murid diterapkan dengan memperhatikan minat dan bakat tiap murid, mengingat setiap individu punya hal yang beda. Artinya jika para pendidik mampu melihat para murid secara berbeda maka pasti akan dapat diberikan sesuatu sesuai kebutuhan dan porsinya. 

"Jadi, pendidik itu harus paham setiap individu. Setelah paham, berikan perlakuan berdasarkan pemahamannya. Inilah yang disebut dengan Merdeka Belajar. Lima tahun kemudian maka sudah bisa kita lihat bersama bagaimana hasil," ucapnya.

Kalau pendidik paham soal itu, lanjut dia, maka akan terjadi sebuah metode pembelajaran yang merdeka. "Apa yang diharapkan dari tekanan psikologi. Dua kali 40 menit siswa tertekan psikologis, tertekan jiwa di ruang kelas, apa yang diharapkan? Tidak ada," tegas dia. 

Hal sama juga berlaku untuk merdeka mendidik. Guru juga harus diberi ruang, berkreasi mengajar tanpa ada tekanan dari pihak pengawas sekolah, kepala sekolah bahkan dari kepala dinas sekalipun. Sebab jika guru tidak merdeka dalam mendidik, maka inovasi pendidikan hanyalah sebuah keniscayaan.  

"Yang dibutuhkan sekarang adalah guru mengajar dengan mandiri. Dia mengajar bukan karena kepala sekolah, dia mengajar bukan karena tekanan pengawas, dia mengajar bukan karena kepala dinas. Tapi dia paham benar apa yang ingin dia ajarkan. Nah inilah penyederhanaan dari keinginan Mas Menteri," bebernya. 

Siswa Butuh Wadah Ekspresi

Tidak semua anak bisa secara mandiri mengenali minat dan bakat yang dimiliknya. Karena itu butuh bimbingan, arahan dari orang sekitar, terutama orang tua dan guru. Meski bisa saja bakat dan minat anak muncul dari lingkungan pergaulannya. 

Peran sekolah, sebagai sebuah wadah dan sarana, juga sangat penting bagi pengembangan minat dan bakat si anak. Di lingkungan sekolah siswa dapat berinteraksi secara efektif dengan guru, teman di dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, guru juga dapat lebih efektif mengamati perkembangan siswa melalui proses pembelajaran yang berkesan. 

Demikian dikatakan Darmawati Syam terkait proses awal dan berkelanjutan untuk mengembangkan bakat dan minat murid dalam konsep merdeka belajar.  

Obrolan di luar kelas secara individu bisa membuat guru lebih mengenal potensi siswa dan mengembangkannya secara maksimal.

Merdeka Belajar3Suasana menyenangkan di kegiatan belajar mengajar akan memberi ruang bagi anak untuk mengenal sekaligus mengembangkan minat dan bakatnya. (Foto: Tagar/Sigit Aulia Firdaus)

Karena itu, tenaga pendidik yang mengajar di SMP Negeri 5 Mimika dan SMA DDI AD Nurul Islam Mimika ini menganggap program Hari Bakat Minat siswa sangat penting dan selaras dengan konsep Merdeka Belajar.  

Program tersebut bisa menjadi wadah yang pas untuk siswa memperdalam sekaligus mengeksplorasi potensi yang dimiliki. Sejatinya, Hari Bakat Minat yang digagas tiap akhir pekan ini sudah dan telah dilakukan sekolah. Selama ini dikenal dengan kegiatan ekstrakurikuler. 

Dari kacamatanya, Darma memandang ekstrakurikuler bukan sekadar sebagai wadah untuk anak berekspresi. "Ada hal lain yang bisa diperoleh guru, yakni mampu mengenali potensi atau mampu mengidentifikasi siswa mana yang butuh perhatian lebih. Misalnya anak yang kesulitan mengekspresikan diri karena pemalu atau rendah percaya diri," tutur dia.

Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di dunia pendidikan, Darma mengaku kerap bertemu dengan siswa yang punya bakat namun belum terangkat karena tertutup rasa malu. 

"Kalau saya, perlu cara khusus untuk menangani anak-anak yang cenderung pendiam dan pemalu. Cara utama yang harus guru lakukan adalah membangun rasa percaya diri si anak. Hal ini mungkin tidak mudah," jelas Darma.

Untuk menghadapi siswa seperti hal tersebut, Darma memiliki trik tersendiri. Pendekatan yang ia lakukan biasanya dilakukan ketika belajar di kelas telah usai. Anak diajak untuk ngobrol santai, termasuk berbicara hal yang menarik dan disukai siswa. 

"Jika di kelas, guru tak bisa melihat potensi siswa karena terlalu pendiam dan pemalu. Obrolan di luar kelas secara individu bisa membuat guru lebih mengenal potensi siswa dan mengembangkannya secara maksimal," sebut dia.

Ketika komunikasi individu sudah terjalin bagus maka membangun kepercayaan diri si anak bukan hal sulit lagi. Selain itu, usahakan tidak memberi label pada mereka yang cenderung berbeda.

"Tidak memberi label sama atau dengan kata lain siswa tidak dipermalukan di depan teman temannya," jelasnya

Tak kalah penting adalah guru juga harus peka untuk mencarikan teman yang bisa membuat siswa pendiam itu lebih nyaman. Biasakan pula untuk memberi apresiasi, setiap kali siswa pendiam tersebut melakukan sesuatu, meskipun yang dilakukannya hal kecil.

Di akhir perbincangan, Darma menekankan butuh peran dari lingkungan siswa, termasuk teman dan orang tua, untuk bisa lebih perhatian kepada anak pemalu dan pendiam agar bisa bisa berkembang selayaknya siswa yang lain.

"Terakhir dorong teman sekelilingnya untuk tidak menjauhinya. Jangan lupa menjalin kerja sama dengan orang tua siswa pendiam tersebut," papar guru berparas cantik ini. [] 

Baca juga: 

Berita terkait
Beragam Perubahan Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Kemendikbud melakukan berbagai penyesuaian pembelajaran di Inddonesia di masa pandemi virus corona.
Masukan untuk Merdeka Belajar Nadiem Makarim
Saya membaca press release Kemendikbud yang dipimpin Nadiem Makarim hari ini. Saya ingin memberikan masukan konstruktif. Opini akademisi UGM.
Radikalisme Sekolah di Tangan Nadiem Makarim
Radikalisme yang diajarkan kepada anak-anak adalah satu di antara tiga dosa besar di sekolah. Persoalan serius yang lagi ditangani Nadiem Makarim.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.