Kediri - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar terus mendorong wacana agar mahasiswa mengabdi di masyarakat desa sebagai ganti skripsi. Hal tersebut agar memberikan dampak positif pembangunan desa.
Abdul Halim menilai kegiatan ini sangatlah bermanfaat bagi kehidupan masyarakat banyak, terutama yang tinggal di perdesaan. Wacana program ini nantinya diperuntukan khusus bagi mahasiswa semester akhir, yang akan menempuh skripsi di kampus.
"Jadi bukan penghapusan skripsi. Saya usul kepada rektor agar mahasiswa boleh mengganti kewajiban skripsi dengan pengabdian ke desa selama satu semester dengan program kerja yang jelas,"ujarnya kepada Tagar usai .
Kakak kandung dari ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menilai, wacana program yang ia gagas teraebut sangat berbeda dengan kuliah, kerja, nyata (KKN) di kampus .
Jadi bukan penghapusan skripsi. Saya usul kepada rektor agar mahasiswa boleh mengganti kewajiban skripsi dengan pengabdian ke desa selama satu semester.
"Beda dengan KK, dia mengabdi ke desa selama satu semester nanti dinilai, sama dengan skripsi. Dengan demikian mahasiswa tidak lagi dipaksa untuk menulis. Akhirnya apa, searching di google dan pesan skripsi," ujar Abdhul Hakim usai kegiatan Bahtsul Masail FMPP ke-34 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri Rabu, 12 Febuari 2020 malam.
Ditambahkan Abdhul Hakim, kebijakan ini nantinya bersifat tidak mengikat dan sepenuhnya diserahkan kepada keputusan perguruan tinggi masing masing.
"Diserahkan kepada perguruan tinggi masing masing, karena kearifan lokal," tuturnya.
Dalam pembangunan masyarakat desa, Abdul Halim mengaku pihaknya juga memiliki program lain yang diusung oleh Pemerintah. Program ini dinamakan Forum Pemuka Agama Cinta Desa yang di dalamnya melibatkan pondok pesantren. Para pemuka agama ini memliki tugas atau peranan untuk memberikan dakwah dipenjuru pelosok desa.
"Kita Indonesia raya, ketika itu basisnya Islam ya kita pondok pesantren. Ketika basisnya nonmuslim yang kita gunakan tokoh pemuka agama non muslim, kita sesuaikan kondisi di daerah. Misalnya daerah daerah trans yang ada mayoritas Islam kebetulan dari Jawa di sana ada Islamic Center, ada kiai dan pondok pesantren," ucapnya. []