Jakarta - Menghembuskan napas terakhir pada Minggu 8 November 2020, eks Ketua Umum PARFI Gatot Brajamusti sempat mengeluhkan hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak diderita masyarakat. Menurut keterangan Kementerian Kesehatan, penyakit ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.
Sedangkan data Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi pada 2015.
Nanti lama-lama dimulai dari pandangan kabur.
Jumlah penderitanya terus meningkat setiap tahun, diperkirakan mencapai 1,5 miliar orang terkena hipertensi pada 2025. Sementara setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Disebut sebagai the silent killer, hipertensi sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui sedang menyandang penyakit tersebut, dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.
Baca juga:
- Hipertensi, Gatot Brajamusti Meninggal Dunia di Cipinang
- Jenazah Gatot Brajamusti Dibawa ke Sukabumi dari Cipinang
- Melaney Ricardo Anemia saat Positif Corona, Apa Dampaknya?
Menurut pengurus (Indonesian Society of Hypertension) InaSH sekaligus dokter spesialis saraf, dr Amanda Tiksnadi, SpS (K), anak muda yang menderita hipertensi juga tidak merasakan gejala yang bersifat asimtomatik. Namun, sejumlah kerusakan sudah terjadi di dalam organ tubuh.
"Nanti lama-lama dimulai dari pandangan kabur, nyeri di daerah leher dan dada, kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, irama jantung tidak beraturan, mual dan muntah, pusing, mudah pingsan," kata Amanda kepada Tagar.
"Lalu fungsi ginjal rusak dan mengakibatkan gangguan kencing yang terjadi pada seseorang yang biasa di dalam ruangan AC, karena tidak merasa haus lalu kekurangan air minum," sambungnya.
Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres.