Jakarta - Chili merupakan negara yang terletak di selatan Benua Amerika. Meski mayoritas masyarakat Chili beragama Katolik, tapi terdapat sekitar 5000 rakyat Chili yang menganut agama Islam.
Dilansir dari buku Islam En Latina America karya Fitra Ismu Kusumo, ajaran Islam masuk ke Chili seiring dengan kedatangan dua orang muslim asal Turki. Hal tersebut dibuktikan dari laporan sensus penduduk yang dilakukan pada 1865 dan 1875.
Gelombang kedatangan orang Islam ke Chili terjadi tahun 1856 oleh imigran asal Arab yang melarikan diri dari wilayah Kekaisaran Ottoman.
Orang-orang Arab tersebut berasal dari beberapa daerah yang saat ini menjadi negara Suriah, Lebanon, dan Palestina. Saat itu, terdapat sekitar 27 orang asal Arab yang bermigrasi ke Chili.
Jumlah orang Islam di Chili terus mengalami perkembangan. Hingga tahun 1907, dilaporkan terdapat sekitar 1.498 orang muslim imigran yang mendiami Chili atau sekitar 0,04 persen dari total penduduk Chili saat itu.
Secara kelembagaan, organisasi Islam pertama di Chili berdiri pada 25 September 1926 yang bernama Sociedad Union Musulmana. Kehadiran organisasi tersebut kemudian diikuti dengan pembentukan organisasi Islam lain oleh komunitas muslim di Chili. Pada 16 Oktober 1927, sebuah komunitas muslim di Chili membentuk Badan Amal Islam.
Umat Islam di Chili menyebar di beberapa kota di Chili, seperti di ibu kota Santiago, provinsi Antofagasta, Coquimbo, Valparaiso, O'Higgins, Concepcion, Malleco, Cautin dan Valdivia.
Tahun 1988 menandai perkembangan umat Islam di Chili. Saat itu, masyarakat Islam di sana dipimpin oleh Syekh Taufiq Rumie membangun mesjid yang diberi nama Mezquita As-Salam (Mesjid As Salam).
Saat ini, masyarakat muslim di Chili semakin berkembang seiring dengan perdagangan internasional, migrasi, dan masyarakat Chili yang beralih keyakinan memeluk Islam.
Setidaknya, terdapat tiga organisasi muslim di Chili yang eksis saat ini, yaitu Komunitas Muslim Sunni Chili, Masyarakat Muslim Syiah Chili, dan Kelompok Islam Ahmadiyah Chili. []