Jakarta, (Tagar 22/7/2018) - Hari itu lantunan musik menggema di ruangan bioskop di Paviliun 28 di kawasan Jakarta Selatan. Lantunan musik itu terasa hangat menyambut orang-orang tunanetra yang akan menonton film.
Bioskop itu diberi nama Blind Date Cinema, ruang khusus yang diadakan sejak Januari 2017, dipersembahkan bagi penyandang tunanetra untuk menikmati film.
Seperti bioskop pada umumnya Blind Date Cinema memiliki layar lebar dan kualitas suara yang bagus, hanya saja tempat tersebut cuma memiliki kapasitas 40 orang.
Saat pertunjukan film dimulai, seorang tunanetra didampingi seorang relawan yang menerjemahkan visual di layar ke dalam bahasa verbal dan membisikkan ke telinganya.
Melalui mata relawan, penyandang tuna netra bisa mengetahui adegan film yang sedang berlangsung.
"Sekarang adegannya ada sepasang kekasih sedang jalan bergandengan tangan," ujar seorang relawan pada mitra tunanetranya.
Ekspresi wajah penonton tunanetra silih berganti membayangkan adegan film melalui kata-kata yang didengarnya.
Blind Date Cinema diadakan sekali dalam sebulan, hari Minggu pekan kedua. Tak jarang film yang diputar adalah permintaan penyandang tunanetra. Seperti ketika mereka ingin diputar film horor, maka diputar film horor.
Cinta bersemi di ajang Blind Date Cinema. Seorang relawan pria bernama Kiki mendapatkan kekasih penyandang tunanetra bernama Alen dari kegiatan nontong bareng tersebut.
Mereka penyandang tunanetra yang terkesan dengan acara nonton film bareng tersebut berharap Blind Date Cinema digelar di berbagai daerah di Tanah Air, sehingga akan lebih banyak tunanetra bisa menikmati film.
Baca juga: Blind Date Cinema, Melihat yang Tak Terlihat