Blind Date Cinema, Melihat yang Tak Terlihat

Blind Date Cinema, melihat yang tak terlihat. Cheta Nilawaty tidak bisa melihat, namun ia bisa menikmati film.
Blind Date Cinema, Melihat yang Tak Terlihat | Relawan dan orang-orang tunanetra dalam Blind Date Cinema. (Foto: Instagram/paviliun_28)

Jakarta, (Tagar 21/7/2018) - Cheta Nilawaty tidak bisa melihat (tunanetra), namun itu tidak menghalanginya untuk menikmati sebuah film. 

Ia mengungkapkan kesannya setelah menonton film Comic 8.

"Keren banget (filmnya), story behind the script-nya juga oke. Ngerti banget (jalan ceritanya). Tapi twist-nya tetap harus ada, kalau untuk orang (yang bisa) melihat itu emang sudah enak banget kayaknya. Dialog terakhir Indro nggak dijelasin isi flashdisk-nya, membingungkan, tapi kerasa banget kok naskahnya cerdas," ujar Cheta dalam video yang diunggah akun @niapav di Instagram.

Cheta bisa melihat yang tak terlihat berkat Dayat Mardany dan kawan-kawan yang peduli pada orang-orang seperti dirinya. Dayat menyediakan bioskop khusus yang diberi nama Blind Date Cinema, menemani orang-orang tunanetra menonton film, menerjemahkan visual ke verbal melalui bisikan sepanjang pertunjukan film.

Dayat Mardany Koordinator Relawan Blind Date Cinema menjelaskan, dalam aktivitas menonton film itu satu orang difabel didampingi satu orang relawan. Selama kurang lebih tiga jam pertunjukan film, relawan membantu menjelaskan atau membantu menerjemahkan bahasa visual menjadi bahasa verbal dengan cara menceritakan langsung saat film berlangsung melalui telinga mereka. 

Ia mengatakan, program itu merupakan sebuah usaha memberi ruang dan kesempatan bagi sahabat Tuna Netra untuk bisa menikmati film karya anak bangsa.

Blind Date Cinema tak terasa sudah berlangsung selama tiga tahun, digelar sekali dalam sebulan, hari Minggu pada pekan kedua. Tempatnya di Paviliun 28 di kawasan Jakarta Selatan, dalam sebuah bioskop mini berkapasitas 30 sampai 40 orang.

Dayat melalui media sosial aktif mengundang siapa pun yang mau jadi relawan, meluangkan waktu dan tenaga untuk berbagi kebahagaan dengan orang-orang tunanetra. 

"Kami usahakan mencari relawan berbeda tiap bulannya, tujuannya kami ingin memperkenalkan interaksi orang awam dan orang dengan penglihatan yang kurang. Jadi, kami mewadahi orang-orang yang belum pernah berinteraksi dengan orang-orang tunanetra," kata Dayat pada Tagar, Jumat (20/7).

"Jumlah relawan disesuaikan kapasitas bioskop, antara 15 sampai 20 orang sesuai jumlah orang tunanetra yang menonton film," lanjutnya.

Ia mengatakan, acara ini bersifat terbuka dan tidak dipungut biaya. Siapa pun tunanetra bisa turut serta menonton film, siapa pun yang mau jadi relawan bisa bergabung.

Dayat bercerita, kadang film yang diputar sesuai permintaan penonton.

"Filmnya beragam, tapi beberapa film yang kami tayangkan itu permintaan dari anak-anak tunanetranya sendiri. Nah pernah ada beberapa kali kami putar film horor karena mereka pengin ada film horor," tuturnya.

Berita terkait