Mega Mendung dalam Tujuh Warna, Motif 'Masterpiece' Batik Cirebon

Motif mega mendung hanya bisa ditemukan pada batik Cirebon, sangat khas, itulah kenapa ia disebut 'masterpiece' Cirebon.
Batik tulis Cirebon dengan motif mega mendung. (Foto: Istimewa)

Cirebon, (Tagar 19/4/2018) - Motif mega mendung hanya bisa ditemukan pada batik Cirebon, sangat khas, itulah kenapa ia disebut 'masterpiece' Cirebon. 

Kekhasan mega mendung tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalamnya.

Motif ini menggambarkan sekumpulan awan di langit, konon motif ini lahir ketika seseorang melihat bentuk awan pada genangan air setelah hujan dan cuaca kala itu lagi mendung. Ia kemudian menuangkan ide awan yang ia lihat tadi dalam bentuk gelombang dalam sehelai kain putih, maka muncul batik motif mega mendung.

Mega berarti awan, dan mendung artinya cuaca sejuk, warna dasar merah, awan berwarna biru dengan tujuh gradasi warna sebagai warna orisinil yang terkenal dari Cirebon.

Warna-warna tegas itu adalah filosofi yang melambangkan seorang pemimpin, awan biru sebagai sifat seorang pemimpin yang harus bisa mengayomi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. 

Mega Mendung Cirebon(Ini perpaduan warna utama pada motif batik mega mendung)

Gradasi tujuh warna bermakna bahwa langit terdiri dari tujuh lapis, bumi juga tersusun atas tujuh lapisan tanah, jumlah hari dalam seminggu juga adalah tujuh hari.

Teori lain menyebut munculnya motif mega mendung mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Tercatat bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.

Dalam paham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas, gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transendental, melampaui pemahaman terhadap pengalaman biasa (ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16 yang digunakan kaum Sufi untuk mengungkapkan dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif mega mendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif mega mendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan, lancip dan segitiga.

Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.

Batik Mega Mendung(Batik Cirebon motif mega mendung kemudian berkembang dalam tujuh gradasi warna)

Motif mega mendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Dalam perkembangannya motif mega mendung mengalami modifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung dikombinasi motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif mega mendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi berbagai macam warna. Ada motif mega mendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.

Batik Mega Mendung(Batik Cirebon motif mega mendung mengandung nilai filosofi mendalam)

Proses produksinya yang dahulu dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, dengan pertimbangan ekonomis diproduksi secara besar-besaran dengan cara disablon di pabrik-pabrik. Walaupun kain bermotif mega mendung yang dihasilkan dengan proses seperti ini sebenarnya tidak bisa disebut batik.

Wujud motif mega mendung pun yang dulunya hanya dikenal dalam wujud kain batik, sekarang bisa ditemui dalam berbagai macam bentuk barang. Ada yang berupa hiasan dinding lukisan kaca, produk-produk interior seperti ukiran kayu maupun produk-produk peralatan rumah tangga seperti sarung bantal, sprei, taplak meja dan lain-lain.

Pada bentuk mega mendung, bisa dilihat garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun).

Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut  (naik dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Dengan demikian, bisa dilihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus.

Terlepas dari makna filosofis bahwa mega mendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah. (af)

Berita terkait
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.