Materi Buku PJJ dari Pengalaman Guru di Yogyakarta

26 kepala SMP di Yogyakarta menyusun buku panduan pembelajaran jarak jauh untuk siswa mereka. Buku itu disusun selama 4 bulan.
Sebanyak 26 kepala SMP di Yogyakarta menyusun buku Pembelajaran dari Rumah pada Era Covid-19 di Yogyakarta. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Yogyakarta- Buku dengan sampul berwarna hijau putih itu terlihat cukup tebal. Gambar beberapa aparatur sipil negara (ASN) sedang duduk di depan layar komputer terpajang di sampul buku.

Seorang perempuan berhijab yang mengenakan masker garis-garis hitam putih, senada dengan warna pakaiannya, memegang buku itu di depan dadanya. Hanya wajah bagian atasnya yang terlihat, di balik kacamata berbingkai merah marun.

Buku itu adalah “Buku Pembelajaran Dari Rumah Pada Era Covid-19 di Yogyakarta”, yang diterbitkan berdasarkan pengalaman baik kepala-kepala SMP di Kota Yogyakarta.

Buku karya beberapa kepala SMP di Yogyakarta itu menjadi media pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk mereka.

Sementara, perempuan yang memegang buku adalah Siti Arina Budiastuti, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 15, Yogyakarta, salah satu penulis dalam buku tersebut.

3 Bulan Menulis

Arina mengaku dirinya membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk membuat materi tulisan yang ada dalam buku. Sementara satu bulannya untuk mengedit dan menyusun tulisan yang dikumpulkan dari para guru.

Cerita Buku PJJ Yogyakarta (2)Siti Arina Budiastuti, salah satu penulis Buku Pembelajaran Dari Rumah Pada Era Covid-19 di Yogyakarta ‘Pengalaman Baik Kepala-Kepala SMP di Kota Yogyakarta dan Media Pembelajaran Jarak Jauh’ Karya Kepala SMP se Kota Yogyakarta menunjukkan karyanya dan ke-25 guru SMP/MTS lainnya usai peluncuran buku tersebut di Balai Kota, Selasa, 8 September 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

“Isinya memang beragam karena semua berdasarkan dari pengalaman masing-masing guru saat pembelajaran daring. Jadi tiap-tiap sekolah kan berbeda maka pelayanan ke murid-muridnya juga berbeda,” kata Siti Arina, Selasa, 8 September 2020.

Menurutnya, buku itu disusun untuk mengatasi kejenuhan para siswa. 

Dia mencontohkan metode pembelajaran yang ada di sekolahnya, yakni Learning Management System. Siti mengakui ada kejenuhan yang dialami para murid dalam belajar. 

Setiap Senin hingga Kamis pihaknya memang melakukan pembelajaran, yang dilakukan secara daring. Pada hari Jumatnya, mereka diberi materi lain yang cukup menyenangkan. Pengalaman itu juga ditulisnya dalam buku.

Di tempat kami setiap Jumat memang tetap ada pelajaran, tapi tidak murni belajar karena disisipkan dengan memunculkan kreativitas pasang prakarya, tentang membuat masker, dan keterampilan lainnya.

Sebagai salah satu penulis, Siti berharap buku itu dapat menginspirasi rekan-renaknnya di seluruh Indonesia untuk melakukan hal yang sama.

“Harapannya dengan buku ini bisa menginspirasi teman-teman guru di seluruh Indonesia terutama, tetap bersemangat berjuang, dan saling mendukung,” harapnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Santoso Asrori menjelaskan, buku setebal 418 halaman itu disusun oleh 26 kepala sekolah berdasarkan pengalaman baik mereka dalam PJJ selama enam bulan terakhir. Mereka tergabung dalam Musyarawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP/MTS se Kota Yogyakarta.

Dia berharap, selain menjadi referensi pembelajaran, buku itu juga menjadi sejarah bagi generasi yang akan datang. Sebab, menurutnya PJJ hanya terjadi pada generasi saat ini, yang menuntut berbagai hal baru.

Cerita Buku PJJ Yogyakarta (3)Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti berada di tengah-tengah sebagai penulis Buku Pembelajaran Dari Rumah Pada Era Covid-19 di Yogyakarta ‘Pengalaman Baik Kepala-Kepala SMP di Kota Yogyakarta dan Media Pembelajaran Jarak Jauh’ Karya Kepala SMP se Kota Yogyakarta usai peluncuran buku tersebut di Balai Kota, Selasa, 8 September 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

“Banyak cerita dan pengalaman yang layak untuk dijadikan referensi. Kami sangat mengapresiasi kiprah 26 kepala sekolah yang membagikan pengalaman baiknya bagi dunia pendidikan,” kata Budi Asrori.

Dia melanjutkan, materi PJJ jenjang SMP di Kota Yogyakarta itu juga dirangkum dari berbagai sekolah agar bisa saling berbagi. Selain materi dalam bentuk buku, siswa maupun orang tua siswa dapat mengunduh materi melalui laman pendidikan.jogjakota.go.id dengan mencari menu ‘PJJ’.

“Sehingga bagi sekolah yang memiliki keterbatasan SDM tetap bisa menjamin kualitas belajar anak didik meski harus PJJ,” ujar Budi lagi.

“Kami ingin menjaga Jogja tetap menjadi kota pendidikan yang berkualitas meski ada keterbatasan dalam pembelajaran dalam era pandemi saat ini.”

Dimotori 10 Guru

Ketua MKKS SMP/MTS se Kota Yogyakarta Widayat Umar mengaku lega buku tersebut akhirnya dapat diluncurkan. Sebab, tak mudah untuk menyatukan puluhan guru untuk diajak menulis.

“Tentu kami tak luput dari kendala selama penyusunan. Kalau kendala lebih pada kurangnya kepercayaan diri dari Bapak/Ibu Guru yang belum pernah menulis. Mereka masih ragu-ragu apakah bisa melakukannya,” kata Widayat.

Maka tak mengherankan, dari ide awal ini bermula hanya 10 guru yang menyanggupinya. Namun kemudian mereka saling member dukungan, sehingga mereka pun percaya diri untuk menulis.

“Lalu kami saling support dan secara sederhananya adalah menuliskan pengalaman setiap guru saat melakukan pembelajaran jarak jauh itu seperti apa ya ditulis saja. Nanti kan ada yang mengeditnya,” kata dia.


Gayung bersambut, ternyata setelah mereka mulai menulis, belasan guru lainnya menyatakan diri siap untuk turut mengisi materi dalam buku itu.

“Ide awalnya disaat kita mengalami kesulitan dalam pembelajaran, maka semuanya dibutuhkan kreativitas termasuk dalam pelayanan pembelajaran. Dan ternyata memang belum ada panduan untuk pembelajaraan daring ini. Dari diskusi di MKKS akhirnya tercetus untuk mendokumentasikan apa yang telah dilakukan para guru selama pembelajaran daring di era pandemi ini,” tambah pria yang juga Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Yogyakarta itu.

Peluncuran buku itu dilaksanakan pada Selasa, 8 September 2020, dan dihadiri oleh Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.

Haryadi hadir mengenakan kemeja batik lengan panjang. Dia sedikit menghela nafas sebelum menuliskan kesan dan pesan dalam lembaran buku itu.

Haryadi mengawalinya dengan tulisan bahasa Arab berbunyi Bismillahhirahmanirahim. Setelah itu di bawahnya, orang nomor satu di Pemerintahan Kota Yogyakarta itu menuliskan kalimat ‘Motivasi & Apreasiasi atas buku ini, semoga bisa menjadi refrensi pembelajaran daring. Salam’. Diakhiri tanda tangan Haryadi Suyuti pada lembar kertas berbingkai itu.

Cerita Buku PJJ Yogyakarta (4)Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti memperlihatkan Buku Pembelajaran Dari Rumah Pada Era Covid-19 di Yogyakarta ‘Pengalaman Baik Kepala-Kepala SMP di Kota Yogyakarta dan Media Pembelajaran Jarak Jauh’ Karya Kepala SMP se Kota Yogyakarta usai peluncuran buku tersebut di Balai Kota, Selasa, 8 September 2020. (Foto: Tagar/Gading Persada)

Kata Haryadi, buku semacam itu belum ada di Indonesia. Yogyakarta menjadi daerah pertama yang meluncurkan.

“Buku seperti ini belum pernah ada di Indonesia. Kita bangga, karena dari Yogyakarta semua diawali untuk Indonesia. Bisa ditanyakan, sampai saat ini apa pernah ada juknis resmi untuk pembelajaran daring. Nah, Yogyakarta sudah punya. Harapannya buku ini bisa jadi semacam buku saku pembelajaran daring,” papar Haryadi usai meluncurkan buku itu.

Haryadi menjelaskan, banyak persoalan muncul dengan adanya metode pelajaran jarak jauh (PJJ) ini. Dahulu awalnya ketika diterapkan, banyak yang suka dengan metode pembelajaran daring, tapi lambat laun, pembelajaran tersebut sangat memberatkan.

Pasalnya, perlu kesiapan sumber daya sarana dan juga manusia mulai dari kesiapan guru, para murid dan juga orang tua.

“Bahkan terpenting juga ketersediaan kuota dan masih banyak anak-anak yang belum memiliki HP termasuk orang tua mereka. Tak hanya itu, mereka sudah rindu untuk bertemu dengan rekannya, rindu bertemu dengan gurunya atau rindu dengan sekolahnya,” jelas Haryadi.

Meski demikian, berbagai persoalan dalam PJJ juga terus dicarikan solusi oleh pemerintah. Justru kondisi ini juga memunculkan daya kreativitas bagi para guru. Salah satunya hasil karya pengalaman para kepala sekolah yang dituangkan dalam sebuah buku.

“Nah, buku ini bukti kreativitas guru. Bisa menjadi referensi pembelajaran dari rumah. Apalagi belum ada daerah lain yang menyusun buku seperti ini,” ucap dia..

Kehadiran buku hasil pengalaman 26 kepala SMP di Kota Yogyakarta ini, ungkap Haryadi, bahkan akan dijadikan suvenir bagi kepala daerah lain yang tengah berkunjung ke kotanya. Tak hanya itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI berikut pejabat terasnya akan diberikan buku tersebut secara langsung oleh wali kota yang berencana berkunjung ke Jakarta akhir pekan ini.

“Buku ini bagus nanti. Buku ini dibaca terutama teman-teman stakeholder pendidikan dan orang tua juga perlu baca buku ini,” ucap Haryadi penuh harap. []

Berita terkait
Cerita HUT Ke-91, "Bali Ning Omah Bali Ning PSIM"
Tim sepakbola kebanggaan warga Yogyakarta merayakan ulang tahun yang ke-91. Salah satu rangkaian acara adalah pameran memorabilia di Museum PSSI.
Layangan Mataraman Berdayakan Warga di Yogyakarta
Seorang remaja di Yogyakarta memberdayakan tetangga di sekitarnya dengan memroduksi layang-layang bermotif khas Mataraman.
Mantan Nakhoda Ubah Sekapuk Jadi Desa Miliarder (1)
Abdul Halim, seorang mantan nakhoda kapal yang kini menjabat sebagai Kepala Desa Sekapuk, Gresik, berhasil mengubah wajah desanya.
0
Uni Eropa Perpanjang Sertifikat Covid-19 di Tengah Lonjakan Kasus
Negara-negara Uni Eropa (UE), 28 Juni 2022, menyetujui perpanjangan penggunaan sertifikat Covid-19 satu tahun hingga akhir Juni 2023