Masker Gratis untuk Warga Bantaeng Melawan Corona

Dekranasda Kabupaten Bantaeng berjuang mencetak masker sebanyak-banyaknya untuk dibagikan gratis kepada masyarakat.
Ketua Dekranasda Kabupaten Bantaeng, Sri Dewi Yanti saat memantau proses pembuatan masker. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Hari ini, di tengah wabah virus corona (covid-19), masker menjadi sebuah kebutuhan yang dicari dan wajib dimiliki setiap orang. Terutama mereka yang masih hilir mudik memburu hidup di luar rumah.

Ironisnya, seiring masifnya penyebaran covid-19, keberadaan masker justru langka di pasaraan. Kalau pun ada, harga jualnya naik sekian kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Kondisi ini nyaris di semua daerah terjangkit di tanah air, termasuk di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Kondisi ini yang membuat risau Sri Dewi Yanti Ilham, istri Bupati Bantaeng Ilham Azikin. Dia pun berinisiatif menggerakkan jajaran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bantaeng untuk berpatisipasi memproduksi masker yang tujuannya diberikan gratis kepada masyarakat.

Kami tidak ada rencana mau buat berapa, tapi kalau bisa ya sebanyak-banyaknya karena bagaimana pun, di luar sana banyak yang membutuhkan.

Selaku Ketua Dekranasda Bantaeng, Sri bahkan merogoh kocek pribadi untuk menggerakkan produksi masker tersebut. Setidaknya, ada lima orang Dekranasda yang terlibat dalam kegiatan pembuatan masker kain.

"Yang membuat itu anggota Dekranasda, mereka bawa mesin masing-masing termasuk mesin jahit saya, terpakai juga untuk memproduksi masker," katanya ketika disambangi Tagar saat meninjau proses produksi masker di Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Rumah Kemasan dan Showroom Industri, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Bantaeng, Jumat, 3 April 2020.

Setelah lima hari berlalu, lima anggota Dekranasda yang menjahit itu telah memproduksi hampir 400 lembar masker kain. Puluhan lusin lembaran masker yang siap dibagikan itu tersusun rapi di sudut ruangan kantor UPTD.

Seperti tak kenal henti, mesin-mesin jahit manual dan modern di ruangan sahut-sahut memintal benang untuk dijadikan masker.

"Memang ada sedikit kendala, beberapa waktu lalu, dinamo mesin jahit terbakar tapi itu sudah di atasi dan produksi tetap berlanjut," katanya.

Selain persoalan mesin, ketersediaan bahan kain untuk membuat masker juga menjadi kendala. Hal ini dilontarkan Kepala UPTD Kemasan dan Showroom Industri Bantaeng, Rudi, yang sejak awal dipercaya memantau proses produksi masker tersebut.

"Saat ini kami agak kesulitan mencari tali untuk masker. Sudah cari sampai ke kabupaten sebelah dan hasilnya nihil. Tapi Ibu (Sri) menyarankan agar bagaimana kita berinovasi saja, bisa menggunakan kain itu sendiri yang dibuat sebagai tali," katanya.

Sejauh ini, kata Rudi, semangat luar biasa anggota Dekranasda yang terjun langsung dalam produksi masker tersebut masih terus terjaga. "Mungkin karena ini bergerak untuk kemanusiaan, jika bukan kita yang saling peduli lalu siapa lagi," katanya.

Menurut Rudi, secepatnya masker-masker yang sudah jadi akan segera dibagikan. Pertama mereka akan menyasar khusus ke tim-tim medis yang kekurangan masker.

Setelah itu, masker akan disalurkan ke posko-posko tanggap darurat covid-19 yang tersebar di berbagai titik di Kabupaten Bantaeng. Terakhir mereka akan membagi-bagikan kepada warga Butta Toa yang berprofesi sebagai tukang becak dan penyapu jalan.

RudiKepala UPTD dan juga anggota Dekranasda Bantaeng, Rudi, yang mengontrol produksi pembuatan masker untuk warga. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Menurut Rudi, ia bersama rekan di Dekranasda Bantaeng akan terus bergerak memproduksi masker. Meski tak ada target tertentu mengenai jumlah yang akan dibuat.

"Kami tidak ada rencana mau buat berapa, tapi kalau bisa ya sebanyak-banyaknya karena bagaimana pun, di luar sana banyak yang membutuhkan, lebih baik menyiapkan lebih daripada kekurangan," tuturnya.

Sebelum meninggalkan ruangan pembuatan masker, Sri berpesan agar tim yang bergerak mampu memaksimalkan setiap mesin yang tersedia di ruang kantor UPTD.

"Di sini mesinnya lengkap, ada mesin roti juga. Mereka juga bisa membuat roti untuk disediakan di posko-posko dan di kantor UPTD sendiri biar semua bisa dimanfaatkan dengan baik," katanya.

Untuk diketahui, kantor UPTD yang menjadi shelter menjahit masker berlokasi dekat dengan posko induk kewaspadaan atau posko dan media center gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Bantaeng.

Masker yang saat ini dibuat bukan untuk penghalau debu, melainkan yang berlapis dan bisa diselipkan tisu di tengahnya.

Setelah pembuatan masker Dekranasda berjalan, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Bantaeng turut bergerak. Sejak Kamis, 3 April 2020, belasan orang yang terdiri dari gabungan Dekranasda, Bhayangkari dan utusan Kecamatan Tompobulu membuat masker kain untuk turut dibagikan secara gratis kepada warga yang membutuhkan.

Masker yang dibuat itu menggunakan bahan dasar kain katun. Pembuatannya juga mengikuti standar kesehatan khusus untuk penanganan virus.

"Masker yang saat ini dibuat bukan untuk penghalau debu, melainkan yang berlapis dan bisa diselipkan tisu di tengahnya," kata Khairiani, trainer pembuat masker.

Gerakan bersama itu juga diapresiasi Bupati Bantaeng Ilham Azikin. Dia bersyukur semua pihak, khususnya jajaran Pemkab Bantaeng saling bersinergi meringankan beban masyarakat.

"Mudah-mudahan ini bisa terus berjalan sebagai salah satu upaya mengantisipasi penyebaran virus corona," katanya. []




Berita terkait
Kisah Suhartono, Dituding PDP, Terlambat Cuci Darah dan Meninggal
Nasib Pilu Suhartono,tidak bisa cuci darah karena dianggap PDP hanya karena demam. Ia diisolasi dan seminggu lebih tak cuci darah. Ia meninggal.
Belajar Toleransi di Ponpes Roudhatus Sholihin Demak
Ponpes Roudhatus Sholihin di Demak mengajarkan arti toleransi sesungguhnya ke para santri dan santriwatinya. Bhinneka Tunggal Ika dipraktikkan.
Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir
Hari-hari kini terasa aneh, tak bisa bebas melangkah ke mana saja. Tak ada yang tahu kapan pandemi virus corona penyebab Covid-19 berakhir.
0
Amerika Desak Israel dan Palestina Redakan Ketegangan
AS ungkapkan keprihatinan pada 27 Juni 2022 atas ketegangan yang "nyata dan berbahaya" yang terjadi antara warga Israel dan Palestina