Masjid Tertua di Surabaya yang Jadi Rujukan Azan

Masjid tertua di Surabaya ini dibangun di era Sunan Ampel. Merupakan akulturasi budaya Islam-Hindu.
Masjid Rahmad, merupakan satu dari tiga masjid tertua di Surabaya selain Masjid Ampel dan Masjid Kemayoran. (Foto: Tagar/Adi S)

Surabaya - Tempat wisata menjadi pelarian masyarakat yang ingin melepas penat. Namun, bagi yang ingin mencari ketenangan lahir dan batin, berkunjung ke masjid-masjid tua dan bersejarah bisa menjadi pilihan.

Salah satunya adalah Masjid Rahmad. Masjid yang berdiri di Jalan Kembang Kuning ini merupakan satu dari tiga masjid tertua di Surabaya selain Masjid Ampel dan Masjid Kemayoran.

Ketua Yayasan Masjid Rahmad Mansyur mengatakan Masjid Rahmat dibangun saat Raden Rahmat melakukan perjalanan dari pusat Kerajaan Majapahit di Terik Kabupaten Mojokerto ke Hujung Galuh atau Surabaya bagian utara.

Setibah di kawasan Kembang Kuning, pria yang kini dipanggil Sunan Ampel itu bertemu dengan tokoh pemuka agama Hindu, Wirasoeroyo. Pertemuan tersebut membuat keduanya saling argumen.

"Kebiasaan orang zaman dahulu kalau ketemu sama tokoh selalu adu argumen. Akhirnya Mbah Wirosoeroyo takluk tentang ketuhanannya, dan masuk Islam," kata Mansyur kepada Tagar di kantornya di Yayasan Masjid Rahmad, Surabaya.

Masjid RahmadMasjid Rahmad, merupakan satu dari tiga masjid tertua di Surabaya selain Masjid Ampel dan Masjid Kemayoran. (Foto: Tagar/Adi S)

Sejak Wirosoeroyo menerima Raden Rahmat, agama Islam mulai tersebar dan tersiar di sekitar masjid. Tak hanya itu saja, Wirosoeroyo akhirnya menjadi murid Raden Rahmad. "Meski Wirosoeroyo diajarkan agama secara singkat, tapi langsung menguasai banyak ilmu agama," tambahnya.

Wirasoeroyo yang dijuluki Ki Kembang Kuning akhirnya menikahkan putri tunggalnya, Karimah, dengan Raden Rahmad. Usai melangsungkan pernikahan, Raden Rahmat pamit melanjutkan perjalanannya ke Ampel Dento.

Pagi hari sebelum Raden Rahmad menuju Ampel Dento, berdirilah musala dari sesek (anyaman bamboo) dan rumbai. Warga sekitar kaget, pasalnya tidak ada yang mengetahui siapa membangun masjid yang berdiri abad ke-14 tersebut. Namun seiring perjalanan waktu, masyarakat mempercayai bahwa musala itu didirikan oleh Raden Rahmat, yang akhirnya dinamakan Masjid Tiban Raden Rahmat.

Masjid Tiban itu awalnya hanya dari gubuk yang beratapkan dari bambu dan jerami. Pada tahun 1967, masjid direnovasi agar dapat menampung banyak jemaah yang ingin belajar dan ibadah agama Islam. Pemugaran dilakukan oleh arsitek dari Surabaya, Abu Ali. Masjid dibuat dengan empat pilar yang penyangga, dan lima pintu pilar di serambi masjid.

Masjid RahmadPenampakan langit-langit Masjid Rahmad (kiri) dan keadaan di halamannya (kanan). (Foto: Tagar/Adi S)

Masjid diresmikan oleh Menteri Agama era Presiden Soekarno, Syaifuddin Zuhri. Saat ini total luas masjid mencapai 850 meter persegi yang terdiri dari parkir yang mampu menampung jamaah, kantor yayasan, dan tempat wudhu.

Di depan masjid terdapat sumur tua yang dibuat oleh Raden Rahmad. Konon kabarnya masyarakat mempercayai dapat menyembuhkan penyakit karena karomahnya Raden Rahmad. Kini sumur tersebut dipergunakan untuk air wudhu jamaah yang hendak beribadah.

Hingga saat ini Masjid Rahmat masih menjadi rujukan waktu adzan, termasuk waktu berbuka puasa masjid di Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya. Yayasan Masjid Rahmad sendiri tidak paham pasti awalnya Masjid Ramhat menjadi rujukan azan.

"Masjid ini menggunakan waktu salat dari Kementerian Agama. Waktu itu secara istiqomah dijaga hingga sekarang," tutur Mansyur.

Setiap hari selama bulan Ramadan masjid menyediakan sekitar 500-600 nasi bungkus untuk menu berbuka bagi yang menjalankan ibadah puasa. "Sebagian nasi itu sumbangan dari masyarakat, dan 200 nasi lainnya masak sendiri," tandasnya.

Baca juga: 

Berita terkait
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.