Masjid Dekat Rumah Novel Baswedan

Masjid yang menjadi saksi bisu ketika dua orang mencurigakan datang, menyiramkan air keras ke wajah Penyidik KPK Novel Baswedan.
Masjid Jami Al-Ihsan berdiri kokoh di Jalan Deposito, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dekat rumah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, Selasa, 23 Juli 2019. (Foto: Tagar/Moh Irkhamni)

Jakarta - Masjid Jami Al-Ihsan didominasi warna putih, berkubah dua, berdiri kokoh di Jalan Deposito, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di dekat masjid itu ada pasar jongkok, banyak penjual buah-buahan dan sayuran. Pasar itu buka setiap hari pukul 05.00-12.00.

Tapi bukan pasar itu yang membuat masjid tersebut menarik perhatian. Terutama yang istimewa karena tak jauh dari situ, hanya jeda empat rumah, masjid itu sederet dengan kediaman Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.

Dua Tahun Lalu

Selasa, 11 April 2017, pagi masih buta, pukul 04.35, dua pemuda mencurigakan mengendarai sepeda motor, berboncengan melintasi Masjid Jami Al-Ihsan.

Berhelm cakil, berbadan agak gempal, pria yang dibonceng tampak memegang sebuah botol air mineral, membukanya, menyiramkannya ke wajah Novel Baswedan. Isi botol itu adalah air keras yang kemudian hari merusak mata kiri Novel Baswedan.

Saat itu Novel baru saja salat subuh di masjid, sedang berjalan menuju rumah.

Novel Baswedan menjadi warga Pegangsaan Dua, sesudah Masjid Jami Al-Ihsan berdiri kokoh di tempat ini.

Masjid Al IhsanMasjid Jami Al-Ihsan tampak samping. (Foto: Tagar/Moh Irkhamni)

Sikap yang baik, selalu ramah, dan rajin beribadah membuatnya cepat dikenal di lingkungan ini.

Sambil berteriak minta tolong, Novel berlari kembali ke masjid dengan tangan menempel di mata. Ketika berlari, tanpa sengaja Novel menabrak pohon nangka. Sempat membasuh muka, Novel Baswedan kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Setelah insiden penyiraman air keras, pengamanan kawasan tempat tinggal Novel Baswedan ditingkatkan. 

"Setiap hari dijaga dua anggota, dari pihak Polisi satu, pihak KPK satu, selama dua puluh empat jam," kata Rachlan Suwarlan 72 tahun, mantan Ketua RT penjaga Masjid Jami Al-Ihsan saat ditemui Tagar, Selasa, 23 Juli 2019.

Masjid Jami Al-Ihsan diresmikan pada 8 Oktober 1983 oleh Direktur Utama Bank Bumi Daya, H. Omar Abdalla, SE. Awalnya adalah musala dengan bangunan berukuran sedang. 

Rachlan bercerita, kawasan ini dulunya adalah kawasan banjir, dari tahun 2002-2007. "Kalau sekarang sudah gak lagi, "katanya.

Masjid menjadi pusat aktivitas ibadah warga sekitar. Masjid ini pula yang sering didatangi oleh Novel Baswedan untuk beribadah salat lima waktu.

Novel kalau sedang berada di rumah, nyaris selalu salat di masjid ini. Seperti pada Jumat, 19 Juli 2019, Novel salat Jumat di masjid, asar dan magrib juga di masjid. Novel ditemani tiga pengawal.

"Novel Baswedan menjadi warga Pegangsaan Dua, sesudah Masjid Jami Al-Ihsan berdiri kokoh di tempat ini," kata Rachlan.

"Sikap yang baik, selalu ramah, dan rajin beribadah membuatnya cepat dikenal di lingkungan ini," lanjutnya.

Sebelum kejadian penyiraman air keras, kata Rachlan, Novel Baswedan ikut arisan bulanan bersama warga Pegangsaan RT sini.

"Setelah kejadian tak pernah mengikuti lagi," katanya.

Setiap hari dijaga dua anggota, dari pihak Polisi satu, pihak KPK satu, selama dua puluh empat jam.

Masjid Al IhsanMasjid Jami Al-Ihsan bagian dalam. (Foto: Tagar/Moh Irkhamni)

Penjaga Masjid Al-Ihsan

Penjaga Masjid adalah salah satu pekerjaan dari sekian pekerjaan yang ada di dunia. Tugasnya adalah menjaga dan mengurusi masjid.

Selasa siang itu, sesudah salat duhur, cuaca cukup cerah tak terlalu panas. Dari depan terlihat sebagian orang beristirahat di teras Masjid Jami Al-Ihsan. Tidak sedikit jemaah yang sehabis dagang atau ngantor, melepaskan lelah sehabis salat duhur di masjid tersebut, sekadar untuk tiduran.

Tak ada penjaga masjid siang itu, saat Tagar mencari keberadaanya. Seorang warga memberitahu sang penjaga sedang pulang ke mesnya, tidak jauh dari lokasi masjid. Begitu disambangi ke rumahnya, ternyata penjaga masjid itu sedang tertidur lelap. Hal ini disampaikan istrinya.

Sore itu angin sepoi-sepoi berembus ke arah pepohonan yang berada tak jauh dari Masjid Al-Ihsan, membuat nyaman pengunjung yang sedang beristirahat.

Seorang pria tua berkaus biru, berpeci warna-warni, memegang sapu, membersihkan halaman masjid. Ia bergerak di antara mobil dan motor yang terpakir di sekitar masjid. 

"Lagi bersih-bersih, banyak daun, disapuin malah terbang ke mana-mana, kena angin, "kata Kamsuri, nama pria tua berkaus biru itu.

Kamsuri 64 tahun, penjaga Masjid Jami Al-Ihsan, dengan sigap dan cepat menyapu halaman dari ujung ke ujung sampai bersih.

Ia telah 20 tahun menjadi penjaga masjid tersebut. Ia adalah saksi mata kejadian penyiraman air keras yang menimpa Novel Baswedan.

Novel Baswedan dulu pernah jadi imam di sini, tapi sebelum musibah menimpannya.

Masjid Al IhsanMasjid Jami Al-Ihsan bagian depan. Banyak pengunjung mampir ke masjid ini untuk salat dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. (Foto: Tagar/Moh Irkhamni)

Saat Malam Tiba

Semua menjadi gelap. Sorotan sinar dari segala penjuru memanjakan mata yang melihatnya. Tak seperti sore tadi, kini Kamsuri lebih terbuka untuk diajak berbicara. 

Pria asal Semarang ini mengatakan, "Pas kejadian (Novel disiram air keras) saya lagi di atas, mendengar suara teriakan tolong-tolong, saya kira orang kesurupan," katanya.

Mendengar itu, Kamsuri serta-merta turun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. 

"Sesampainya di bawah, ternyata sudah ada yang nolongin, dibawa ke tempat wudu, tak lama kemudian dibawa mobil ke rumah sakit," kata Kamsuri.

Penjaga masjid lain adalah Nur Salim 39 tahun seorang pria berperawakan agak gemuk. Malam itu ia memakai baju warna kuning, berpeci putih. Ia memegang sapu, membersihkan lantai masjid.

Nur Salim baru empat tahun menjadi penjaga masjid. Merasa dirinya junior. Ia mengingat Novel Baswedan dalam keadaan sempoyongan sesaat sebelum dibawa ke rumah sakit.

Khudori 47 tahun juga adalah penjaga masjid dan saksi mata kejadian Novel.

"Novel Baswedan dulu pernah jadi imam di sini, tapi sebelum musibah menimpannya," kata khudori. "Sekali saja pas salat asar."

Suatu hari sesudah kejadian, Novel Baswedan berbicara di depan para jemaah Masjid Al-Ihsan, memohon doa untuk kesembuhan matanya. []

Baca juga:

Berita terkait