Ma'ruf Amin Uraikan Cara Tangkal Radikalisme

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menguraikan cara menangkal Penyebaran radikalisme, mulai dari tingkat SD dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Wakil Presiden KH Ma\\'ruf Amin saat diwawancarai wartawan seusai melakukan kunjungan kerja (kunker) di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Rabu, 27 November 2019. (Foto: Tagar/Moh Badar Risqullah)

Malang - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menguraikan cara menangkal Penyebaran radikalisme, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

"Menurut indikasi, ada bahan ajar (di lembaga pendidikan) yang masih menggunakan bahan-bahan didalamnya terindikasi ajaran radikalisme," kata Ma'ruf Amin saat melakukan kunjungan kerja di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Rabu, 27 November 2019. 

Dia menyampaikan pemerintah melalui Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan sedang melakukan penelusuran mengenai hal itu. Dengan tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada bahan ajaran yang terindikasi menyelipkan paham radikalisme itu.  

"Di SD, bahkan di PAUD juga ada cara-cara mengajarkannya (paham radikalisme). Bahkan, juga pernah muncul di bab soal ujian. Pernah muncul itu," ujar dia kepada Tagar.    

Pria kelahiran 11 Maret 1943  itu mengatakan semua pihak perlu mewaspadai persoalan tersebut. Tentunya, pemerintah juga akan gencar melakukan gerakan-gerakan anti radikalisme di semua jenjang pendidikan.

"Saya meyakini deradikalisasi harus dilakukan dari hulu sampai hilir. Harus dilakukan dari tingkat paling bawah yaitu mulai PAUD sampai perguruan tinggi," ujar alumnus Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun, Bogor tersebut. 

Suami Wury Estu Handayani itu juga menyampaikan dalam memberantas radikalisme, pemerintah juga telah berupaya melakukan penanganan lainnya yaitu selektif dalam perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Hal itu dilakukan supaya jangan sampai PNS yang direkrut pemerintah terpapar paham radikalisme.

"Tentu yang pertama kita lakukan juga saat rekrutmen ASN. Supaya jangan sampai ASN (yang direkrut) terpapar atau terindikasi radikalisme," tutur mantan Rais ‘Aam Syuriah Nahdlatul Ulama periode 2015 - 2018 itu.

Disisi lain, menurut dia, juga perlu adanya imunitas kepada masyarakat. Dengan harapan, lembaga pendidikan dan masyarakat bisa kompak menolak penyebaran paham radikalisme di Indonesia.

"Radikalisme ini kan menyangkut semua kalangan. Jadi, penanganannya harus dilakukan oleh semua pihak," ujarnya.

Ma’ruf mengungkapkan radikalisme memang sebuah penyakit yang harus diperangi bersama untuk kehidupan lebih baik. Karena, saat ini dampaknya sudah mendompleng banyak unsur di kehidupan, kenegaraan, serta kebangsaan dengan dalih agama, suku dan kelompok tertentu.

"Banyak dalil radikalisme yang dikait-kaitkan. Artinya Islam digunakan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dengan cara-cara kekerasan," tutur dia.

Dia juga meminta umat Islam harus berada di garda terdepan memerangi radikalisme. Karena, keberhasilan ditentukan dengan memerangi cara radikal di dalam umat Islam itu sendiri.

"Kita harus gunakan spirit Islam nusantara untuk menangkal radikalisme dan meningkatkan ekonomi umat," kata Ma'ruf Amin. [] 

Baca juga:

Berita terkait
Fachrul Razi Ajak Ponpes Lawan Paham Radikalisme
Kunjungan Menteri Agama Fachrul Razi ke Ponpes Lirboyo Kediri atas izin Presiden Jokowi untuk membahas terkait radikalisme.
Saat Celana Cingkrang Jadi Pemaknaan Radikalisme
MUI Kota Pematangsiantar melakukan pengkajian isu radikalisme dalam pertimbangan Islam.
Ma'ruf Amin: Elite Politik Sebaiknya Silaturahmi
Kalangan elite sepatutnya saling bersilaturahmi mengikuti apa yang dilakukan Prabowo yang telah bertemu Jokowi dan Megawati.