Market Cap Telkom Disalip Unilever, Pengamat: Ada Anomali

Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali menilai ada anomali di Telkom sehingga kapitalisasi pasar menurun.
Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali, menilai rencana penggabungan usaha atau merger tiga bank syariah pelat merah oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan langkah yang tepat. (Foto: Tagar/YouTube/Siswa Rizali).

Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali menanggapi kondisi kapitalisasi pasar atau market cap PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom yang disalip oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). 

Menurut dia, kondisi yang dialami oleh Telkom ada anomali karena kinerjanya yang cukup baik.

"Saya melihat ada anomali, saat kinerjanya bertahan dan cukup baik, harga saham terus menurun," kata Siswa saat dihubungi Tagar, Kamis, 22 Oktober 2020.

Penurunan harga TLKM (Telkom) sudah terjadi sejak Q4 (Kuartal IV) tahun lalu. Bahkan sebenarnya harga TLKM sudah stagnan sejak akhir 2017.

Baca juga: Telkomsel Perkuat Potensi Santri dalam Pengembangan Digital

Selain itu, kata Siswa, harga saham Telkom juga turun sejak lama. Bahkan, sejak lama tidak ada pergerakan dari harga saham Telkom.

"Penurunan harga TLKM (Telkom) sudah terjadi sejak Q4 (Kuartal IV) tahun lalu. Bahkan sebenarnya harga TLKM sudah stagnan sejak akhir 2017," ucapnya.

Sedangkan, kata dia, Unilever sendiri meski valuasi mahal, kinerjanya memang sangat luar biasa. Menurut dia, Unilever mampu menguasai pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Indonesia.

"Dengan produk yang disukai masyarakat, efisiensi perusahaan yang sangat tinggi, laba konsisten, konsisten bagi dividen, dan kinerja bertahan di era Covid-19 ini," ujar Siswa..

Sehingga, kata Siswa, wajar bila Unilever harganya pulih lebih cepat. Menurut dia, saat saham lain masih lesu, harga saham Unilever bisa bertahan bahkan pulih kembali.

"Maka wajar market cap UNVR jadi lebih besar dari BMRI dan TLKM," tuturnya.

Baca juga: IHSG Naik 0,45 Persen, Saham Telkom dan BRI Dilepas Asing

Namun, Siswa menjelaskan kapitalisasi pasar atau market cap Unilever tidak akan berpengaruh pada kepercayaan investor terhadap emiten BUMN. Menurut dia, kapitalisasi pasar atau market cap bukan indikator kepercayaan tetapi lebih indikator harapan investor.

"Ketika harapan itu sesuai kenyataan kinerja, maka harga atau kapitalisasi naik lagi, tapi bila harapan jauh di bawah kinerja, maka harga koreksi dan kapitalisasi menurun," kata Siswa.

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjadi emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI)di tengah pandemi Covid-19 menyalip dua emiten BUMN yakni Bank Mandiri dan Telkom. Pada penutupan perdagangan Kamis, 22 Oktober 2020, kapitalisasi pasar emiten barang konsumsi tercatat mencapai Rp 299,48 triliun. []

Berita terkait
Pengamat: Wajar Kapitalisasi Pasar Mandiri Disalip Unilever
Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali menilai tersalipnya kapitalisasi pasar Mandiri oleh Unilever merupakan hal wajar.
Kapitalisasi Pasar Unilever Salip Emiten BUMN, Hanya Sesaat?
Sulit mengukur jangka waktu naiknya kapitalisasi pasar emiten yang menyalip emiten lain seperti Unilever yang mengungguli Bank Mandiri dan Telkom.
Market Cap Unilever Bukan Indikator Kepercayaan Investor
Kapitalisasi pasar Unilever yang menyalip Bank Mandiri dan Telkom tidak bisa dijadikan indikator harapan investor.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.