Manurung, Mendulang Rupiah dari Peristiwa Kapal Terbakar

Di balik kebakaran hanguskan 20 kapal di Muara Baru, Manurung merasa diuntungkan. Apa yang ia lakukan?
Manurung (60) mendapat keuntungan dengan mengumpulkan minyak yang tumpah di Pelabuhan Muara Baru akibat kebakaran Sabtu (23/2/2019). Ia dengan caranya bisa memisahkan minyak dari air, mengumpulkan minyam tersebut lalu dijual, Minggu (24/2/21019). (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Jakarta, (Tagar 24/2/2019) - Selesai beribadah Minggu (24/2) pagi di gereja di sekitar kawasan Jakarta Utara, Manurung, 60 tahun, melanjutkan berjalan seorang diri menuju pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, tempat puluhan kapal terbakar.

Tepat pukul 11 siang ia mengaku sudah tiba di bibir pelabuhan Muara Baru. Di sana masih ada beberapa badan kapal melarung di laut, namun kondisinya sudah tidak utuh lagi, terkelupas menjadi arang setelah dilalap si jago merah semalaman penuh.

Manurung justru melihat ada potensi ekonomi yang bakal ia dapat dari peristiwa kebakaran Sabtu (23/2) kemarin yang menghanguskan sedikitnya 20 kapal di pelabuhan Muara Baru.

Hanya bermodalkan lilitan tali yang direkat kuat dengan busa, aktivitas dia sekilas mirip nelayan kala menjala ikan. Terhitung, empat kali dia lemparkan busa ke dalam laut, lalu ia tarik dan peras air berwarna hitam ke dalam wadah ember yang berdempetan dengan tiga jerigen minyak.

“Air laut itu tidak menyatu dengan minyak dan oli. Minyak mengambang di atas, kita peras, lumayan lah hasilnya nanti buat beli beras,” ucapnya dengan terkekeh-kekeh.

Nantinya, kata Manurung, tumpahan solar dan oli dari puluhan kapal yang terbakar, akan ia kumpulkan, karena masih laku dijual kepada pengepul.

Sebab, campuran keduanya, masih sangat layak digunakan untuk bahan baku pembakaran aspal, pembakaran kapur, pembakaran besi dan masih banyak yang lainnya.

Ia terlihat tak bekerja sendirian. Masih ada 4 warga sekitar melakukan hal sama, seperti yang Manurung lakukan.

“Rp 300.000 itu harganya kalau bisa kita kumpulkan oli dan minyak dalam satu tong. Jelas pembelinya ada. Daripada saya di rumah nonton televisi kan tidak guna. Mending saya dari pulang gereja cari duit tambahan,” bebernya.

Manurung sudah 25 tahun hidup di kawasan pelabuhan Muara Baru. Ia mengaku tidak melakoni pekerjaan tetap di atas kapal, dan ia memperjelas bahwa dirinya bukan lah seorang pegawai kantoran. Sebab, menurutnya, bila menjadi pegawai kantoran gajinya tak cukup untuk menutup biaya hidup. Manurung lebih suka membangun diri sebagai wiraswasta sejak muda.

Ia mengaku saat ini memiliki sebuah mobil kijang yang biasa ia pergunakan untuk jasa antar jemput orang, hingga antar barang dagangan. Selain itu, Manurung mengaku memiliki kemahiran juga dalam membetulkan mesin kapal yang rusak.

“Ya begini lah kalau tinggal di Jakarta kita mesti serba bisa. Kalau orang kantoran saya rasa gak cukup untuk biaya anak sekolah. Lumayan ini ada kapal terbakar kan, sisa-sisa oli dan minyak kan bisa dijual lagi, bisa lah untuk jajan-jajan anak,” serunya sambil duduk menyeruput kopi hangat.

Menurut Manurung, dengan kejadian kapal terbakar, semestinya dinas lingkungan hidup terkait bisa bertindak cepat guna menuntaskan persoalan pencemaran minyak di pelabuhan Muara Baru pasacakebakaran. Sebab, kata dia, kalau didiamkan saja tentu makin banyak ikan mati akibat keracunan minyak dan oli.

“Belum digebrak Jokowi saja, dinas lingkungan hidup justru diam saja malas bekerja. Ini berapa banyak telur ikan mati akibat tercemarnya laut akibat tumpahan minyak, Anda bisa lihat sendiri kan. Pekerjaan saya ini jelas mulia, membersihkan minyak dan oli dari laut. Sudah semestinya dinas lingkungan hidup itu memberi saya jatah satu bungkus masakan Padang lengkap dengan porsi rendang telur,” tuturnya berkelakar.

Dalam peristiwa kebakaran ini, Manurung justru berharap bangkai-bangkai kapal terus menumpahkan minyak dan oli ke bibir dermaga. Dengan hal itu, rupiah jelas makin banyak menghampirinya.

“Jelas itu, makin banyak tumpukan minyak saya makin untung. Kebakaran kan terjadi barangkali 10 tahun sekali, tapi yang ini beda, kebakaran sangat besar. Jadi, makin banyak minyak tumpah, ya saya jelas makin untung. Mungkin hari ini kalau saya giat saja dari pagi bisa dapat Rp 1 juta” pungkasnya. []

Baca juga:

Berita terkait