Menghitung Kerugian Akibat Kebakaran di Pelabuhan Muara Baru

Sebanyak 20 kapal hangus terbakar di Muara Baru merupakan kapal pengangkut ikan berkualitas tinggi, beromzet miliaran rupiah.
Bangkai kapal hangus terbakar di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (23/2/2019). (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Jakarta, (Tagar 24/2/2019) - Kebakaran menghanguskan 20 kapal di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (23/2) sore. Petugas keamanan PT AW Indo, Billy (35) mengatakan peristiwa kebakaran ini diduga akibat pengelasan yang berasal dari salah satu kapal.

Lebih lanjut ia menerangkan, tiba-tiba saja pada Sabtu sekitar pukul 15.30 WIB terjadi kebakaran hebat yang merembet ke kapal-kapal lain yang sedang bersandar di pelabuhan Muara Baru.

"Total yang saya ketahui hingga kini bahkan lebih dari 20 kapal hangus terbakar, tidak bisa beroperasi lagi alias jadi bangkai karena kerusakannya sangat-sangat parah," ucapnya pada Tagar News, Minggu (24/2) siang.

Billy membeberkan, puluhan kapal yang hangus dijilati si jago merah, Sabtu (23/2) kemarin, merupakan kapal pengangkut ikan berkualitas tinggi, yang beromzet miliaran rupiah.

Kapal-kapal itu biasa mengangkut ikan tongkol, ikan tuna, ikan marlin, cumi yang bukan hanya menyuplai kebutuhan konsumsi masyarakat Jabodetabek, bahkan meladeni pula ekspor ikan ke penjuru Eropa dan Asia.

Menurut dia, dengan terjadinya peristiwa kelam ini, ditengarai banyak pihak swasta mengalami kerugian puluhan hingga ratusan miliar rupiah.

"Sekarang kita berhitung. Kapal sepanjang 25 meter yang terbakar itu berbahan dasar kayu, itu kalau beli baru seharga Rp 2 miliar. Itu pun belum dihitung dengan beli jaring-jaring penangkap ikan yang mahal banget, harga jaring hampir sama dengan satu harga kapal. Kalau mesin sih Rp 200-300 juta dapat," kata dia.

Lebih lanjut Billy menceritakan, bos dia mengalami kerugian besar lantaran kapalnya sebanyak 7 unit yang tadinya bersandar di pelabuhan Muara Baru, kini nampak karam di lautan, setelah dijilati si jago merah yang berkobar semalaman dalam peristiwa kebakaran di Jakarta Utara.

Beberapa badan kapal yang terlihat rusak berat, nampaknya tidak bisa dibenahi lagi, hanya menyisakan puingan arang yang terdorong arus laut di pinggir pelabuhan.

Jadi, dapat diestimasi, bila satu kapal saja dapat dinominalkan seharga Rp 3 miliar, maka dengan terbakarnya 7 kapal tentu saja kerugian ditaksir bisa lebih dari Rp 20 miliar.

"Itu baru dihitung dari kerusakan kapal, jaring dan mesin saja lho yaa. Kan kapal-kapal ini ada juga yang sudah diisi BBM solar juga oli, serta logistik untuk 1 bulan berlayar. Jadi kira-kira menurut saya kerugian materiil justru mencapai Rp 4-5 miliar per kapal," tuturnya.

Senada dengan Billy, Manurung (60) warga Muara Baru membenarkan, bukan lah ongkos kecil untuk membuat 1 kapal berukuran 30 GTO - 100 GTO atau dapat dikatakan kapal-kapal yang spesialis pengangkut ikan-ikan berukuran besar.

Menurutnya, pihak swasta yang kapalnya terbakar bila dijumlah total dapat merugi hingga ratusan miliaran rupiah. Tentu saja angka tersebut harus dijumlahkan lagi dengan terhentinya perputaran bisnis pascakebakaran.

"Itu jelas mahal, kapal, alat dan mesin saja bisa Rp 3-4 miliar sendiri yang berbahan dasar kayu. Belum lagi solar dan sebagainya, itu jelas tekor banget kalau sepengamatan saya. Otomatis bisnisnya terhenti," ucapnya.

Ia menyimpulkan, bila dihitung sebanyak 20 saja kapal yang rusak parah terdampak kebakaran di Muara Baru, maka kerugiannya akan mencapai ratusan miliar rupiah.

Lebih lanjut Manurung mengatakan, belum lagi dengan kerugian bisnis yang harus membeku seketika, sampai bos pemilik kapal bisa membeli kapal baru lagi untuk kembali melanjutkan bisnis jual beli ikan.

"Rugi besar, itu jelas rugi banget bisa sampai ratusan miliar kalau menurut saya. Saya juga ingin kritik sih, selama ini kapten kapal atau bos-bos swasta, saya lihat mereka mau untungnya doang, sementara dia gaji kecil itu karyawan," ucap Manurung.

"Termasuk saat ngelas kapal itu saya duga ABK juga yang kerjakan. Padahal jelas ABK tugasnya bukan jadi tukang las, dia tambah-tambahin itu tugas kerjaan orang, gak mau rugi banget. Nah hancur lah bisnis itu kan, harus mulai dari nol lagi. Tuh lihat, kalau sudah kebakaran gini apa dia mau salahkan ABK juga, semestinya kan bos nya dong yang bertanggung jawab," pungkasnya. []

Baca juga:

18 Kapal Hangus Terbakar di Muara Baru Penjaringan, Apa Penyebabnya? 

Foto: Sampai Malam, Pelabuhan Muara Baru Masih Terbakar

Berita terkait
0
Sri Lanka Bangkrut hingga Kekurangan Pasokan BBM
Krisis ekonomi dan energi membuat pemerintah Sri Lanka melarang para pengguna mobil, motor pribadi membeli bahan bakar minyak (BBM).