Jakarta - Putri bungsu Presiden ke 4 KH Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid mengenang KH Maimun Zubair semasa hidupnya. Inayah menyebut Mbah Mun adalah sosok ulama yang memiliki keistimewaan.
Mbah Mun, dalam kenangan Inayah tidak seperti kyai pada umumnya yang menjaga jarak dengan orang awam.
"Saya merasakan kebesaran Mbah Mun karena humble beliau. Mbah Mun melepas batas dengan santrinya. Mau bertanya ke santri, bahkan orang yang belum dikenalnya," ucapnya pada acara doa bersama 'Mbah Moen Ulama Lintas Zaman" di Griya Gus Dur, Matraman, Jakarta, Jumat malam, 9 Agustus 2019.
Kemudian Mbah Mun mau mendobrak itu semua.
Inayah menceritakan dalam tradisi pesantren sangat jarang ada kyai pengasuh pesantren yang kemudian mengajak bicara tamu ketika sowan ke rumahnya. Terlebih ketika tamunya belum dikenal sebelumnya, maka sang kyai biasanya hanya menunggu jika tamu memulai obrolan.
"Kemudian Mbah Mun mau mendobrak itu semua. Itu kebesaran Mbah Mun," ujarnya lagi.
Selain dikenal egaliter, Mbah Mun juga dikenal sederhana. Meski hampir setiap tahun berangkat haji atas undangan Kerajaan Arab Saudi, tidak membuat Pondok Pesantren Al Anwar itu ingin diistimewakan.
Inayah mengatakan, dirinya pernah berangkat haji bersama Mbah Mun. Ketika sampai di Mekah ternyata hotel belum siap untuk ditempati. Saat itulah dengan sabar beliau menunggu dengan sabar menunggu petugas hotel menyiapkan kamar.
"Jam 11 malem (Mbah Mun) datang bersama 2 santrinya, tapi pada saat sampai di hotel ternyata kamar hotelnya belum siap. Iya nggak apa apa kamarnya ditunggu (kata Mbah Mun). Kita yang belingsatan, dan menunggu hampir satu jam," katanya lagi.
Senada dengan itu, Founder Alif.id, Hamzah Sahal menyebut dahulu-dahulu nama Mbah Mun tidak ditemukan dalam literasi struktural Nahdlatul Ulama. Namun ketika Mbah Mun wafat seolah terbuka semua satir kebesaran yang selama ini menutupi.
"Ini merupakan keistimewaan. Generasi yang lahir tahun 2000an mendapat berkah dari Mbah Mun. Bisa mengenalnya melalui Youtube misalnya," katanya. []
Baca juga:
