Bantaeng - Emi, Putri dan Irdan, tiga mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar (UNM) belajar mengenal tentang kopi di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Tiga mahasiswa yang mengambil program pendidikan teknologi pertanian fakultas Teknik UNM tersebut menjalani magang di Bantaeng hingga September mendatang.
Dulu tahunya kopi itu ya minuman biasa ternyata setelah mendalami kopi itu jadi semakin menarik.
Secara keseluruhan total mahasiswa yang melakukan magang di Bantaeng berjumlah 14 orang. Jumlah tersebut dibagi ke dalam dua sektor. Delapan orang melakukan praktik industri di sektor pengolahan kopi. Enam orang lainnya di sektor pengolahan rumput laut.
"Kami tertarik setelah mendapat beberapa referensi tentang Kopi Bantaeng, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan praktik industri di sini," kata Emi, saat ditemui Tagar di sentra pengolahan kopi di Banyorang Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Sulsel, Jumat, 7 Agustus 2020.
Di sentra pengolahan kopi, Emi dan kawan-kawan diperkenalkan seputar tentang kopi. Mulai dari jenis-jenis kopi, pengolahan, proses produksi, cara pengemasan dan tahap pemasarannya.
Kata mereka, banyak hal baru yang ditemukan selama berkenalan dengan dunia kopi. Kata Irdan, setelah berada di lokasi praktik ia menyadari bahwa kopi bukan sebatas seduhan air berwarna hitam dengan sensasi manis pahit.
"Kebetulan kami ketemu sama kak Aco dari brand Turaya Coffee, darinya kami belajar soal kopi dan idealisme dalam secangkir kopi," kata Irdan
Selain melakukan praktik cara meracik kopi, mahasiswa tersebut juga mendapatkan pengetahuan dalam berfilosofi seputar kopi.
"Dulu tahunya kopi itu ya minuman biasa ternyata setelah mendalami kopi itu jadi semakin menarik, saya bahkan baru tahu beberapa jenis kopi ada Arabica, Robusta dan khas Bantaeng Kopi Balanda, mengenai tehnik juga, beda tehnik beda sensasinya,"ujar Irdan
Dalam waktu dekat, mahasiswa tersebut berencana melakukan sebuah inovasi salah satu produk olahan kopi. Diketahui hal itu merupakan target yang akan dijadikan bahan seminar untuk pelaporan hasil praktik industri nantinya.
"Kami akan coba buat inovasi dengan bahan dasar kopi dan untuk saat ini tahap-tahapnya masih sementara proses, kami sementara diskusikan dengan kak Aco," jelas Irdan
Esensi sebuah kopi itu adalah komunikasi verbal yang berasal dari hati.
Aco Nuh sendiri ialah pemilik dan pengelola salah satu brand kopi di Bantaeng yakni Turaya Coffee. Kehadiran para mahasiswa di dapurnya diharapkan mampu menciptakan sebuah inovasi baru.
"Selain berbagi perihal kopi secara umum, saya mengajak teman-teman mahasiswa untuk mengenal lebih jauh agar mampu menciptakan sesuatu yang baru. Kalau secara teknis kan sebenarnya mudah karena banyak sumber informasi, tapi esensi sebuah kopi itu adalah komunikasi verbal yang berasal dari hati," kata pria kelahiran 1989 itu. []