Luhut Bicara Polemik Limbah Baterai Kendaraan Listrik

Penanganan yang salah akan mengakibatkan limbah tersebut menjadi ancaman baru bagi lingkungan hidup.
Ilustrasi baterai kendaraan listrik (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Jakarta - Permasalahan terkait pengelolaan limbah baterai di era kendaraan berbasis listrik (KBL), saat ini tengah menjadi salah satu sorotan di dunia otomotif.

Pengelolaan limbah baterai tentunya tak terlepas dari pengembangan KBL ke depannya. Penanganan yang salah akan mengakibatkan limbah tersebut menjadi ancaman baru bagi lingkungan hidup.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menkopolhukam), Luhut Binsar Pandjaitan meyakinkan bahwa saat ini Indonesia sudah bisa mengatasi permasalah tersebut.

"Investasinya sudah datang. Sudah tanda tangan juga 4 miliar dollar Amerika Serika (AS) untuk recycle baterai lithium di Morowali (Sulawesi Tengah)," kata Luhut saat menghadiri Indonesia Electric Motor Show (IEMS) di Jakarta, Rabu, 4 September 2019.

Kemarin nikel ore sudah di-banned.

Luhut menambahkan, datangnya investasi kerjasama pengelolaan limbah baterai tersebut merupakan akibat dari pemberhentian ekspor nikel Indonesia ke negara lain.

"Kemarin nikel ore (bahan baku nikel) sudah di-banned, mereka enggak bisa bikin lagi di tempat lain, ya bikinnya di Indonesia," ucap Luhut.

Menkopolhukam juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nikel terbesar. Nikel sendiri menjadi material utama pembuatan lithium battery. Kandungannya hingga 80 persen.

Baca juga: Transportasi di Pulau Jawa Akan Diubah ke Mobil Listrik

Senada dengan Menkopolhukam, Peneliti Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jarot Raharjo menjelaskan bahwa proses pengolahan limbah terdapat dua cara, yakni biometalurgi dan hidrometalurgi. Dalam hal ini, BPPT masih mengkaji penggunaan proses hidrometalurgi.

"Biometalurgi menggunakan smelter dengan suhu 1.400 derajat. Hidrometalurgi kami menggunakan kimiawi untuk memisahkan (kandungan) bahannya," kata Jarot ketika ditemui di Jakarta, Kamis 5 September 2019.

Hidrometalurgi, lanjut Jarot, merupakan metode yang digunakan untuk memeroleh bahan-bahan yang dibutuhkan menggunakan reaksi kimiawi.

Proses ini akan memurnikan limbah baterai tersebut. Setelah pemurnian, akan dihasilkan bahan berharga, seperti nikel, kobalt, mangan, hingga lithium carbonat. []


Berita terkait
Kendaraan Ibu Kota Baru, Moeldoko: Harus Mobil Listrik
Moeldoko mendorong upaya menekan polusi udara di ibu kota baru menggunakan mobil listrik sebagai alat transportasi.
Sulap VW Kodok Jadi Mobil Listrik, Segini Biayanya
Baterai menjadi komponen termahal untuk mengubah mobil kuno menjadi listrik. Untuk menyulap VW kodok menjadi mesin listrik butuh dana Rp 60-80 juta
Soal Mobil Listrik, Ini Bukti Dukungan PLN
PLN punya bukti seirama dengan fokus pemerintah menyiapkan infrastruktur pendukung mobil listrik. Apa saja rencana PLN?
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.