Lonjakan Harga Masker Picu Inflasi, Ini Jawaban BPS

Peningkatan harga masker yang sudah terlampau tinggi membuat item barang ini berpotensi memicu inflasi.
Seorang wanita memakai masker perlindungan di Bangkok, Thailand, Rabu (5/2/2020). (Foto: Antara/REUTERS/Athit Perawongmetha/wsj/djo)

Jakarta - Peningkatan harga masker yang sudah terlampau tinggi membuat item barang ini berpotensi memicu inflasi. Lonjakan nilai alat kesehatan sistem pernafasan itu terjadi pasca pengumuman resmi Presiden Joko Widodo mengenai kasus pertama virus corona di Indonesia.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, sejatinya masker merupakan salah satu barang jual yang masuk dalam sektor kesehatan. "Akan tetapi kebetulan masker itu tidak masuk dalam komoditas IHK (indeks harga konsumen). Kejadian peningkatan harga masker ini sebenarnya di luar layer dan merupakan kejadian luar biasa," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.

Yunita menambahkan, sebuah barang yang dapat masuk dalam kategori pemicu inflasi biasanya merupakan komoditas tertentu yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Itulah sebabnya, masker tidak masuk dalam struktur IHK dan dianggap sebagai barang yang kurang menimbulkan dampak signifikan terhadap pembentukan inflasi.

"Padahal, untuk menghitung dan memilih komoditas apa yang masuk dalam IHK berdasarkan survei, yaitu komoditas apa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga. Sedangkan, selama ini masker kan tidak," tutur Yunita.

Sebagai informasi, berdasarkan paparan BPS inflasi sektor kesehatan pada Februari 2020 tercatat berada di posisi 0,34 persen. Sementara sumbangan atau andil area kesehatan terhadap pembentukan inflasi umum pada periode yang sama sebesar 0,01 persen.

Sektor pembentuk inflasi paling besar dikontribusikan oleh makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,95 persen dengan andil pembentukan umum 0,25 persen. Adapun, komoditas yang dianggap sebagai penyumbang inflasi terbesar adalah bawang putih yang tercatat 0,09 persen.

Inflasi umum menurut data BPS pada Februari 2020 sebesar 0,28 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan periode Januari 2020 dengan 0,39 persen.

Dalam kesempatan tersebut, BPS juga menyebut bahwa 73 kota besar di Indonesia mengalami infasi. Sementara 17 kota lainnya dilaporkan deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Siantang, Kalimantan Barat dengan 1,21 persen. Sementara inflasi terendah berada di Parepare, Sulawesi Selatan yang tercatat 0,02 persen.

“Deflasi paling tinggi ada di Tanjung Pandang yang sebesar minus 1,2 persen, dan deflasi terendah di Padangsidimpuan minus 0,01 persen,” ucap Yunita Rusanti.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Tagar di lapangan, lonjakan harga masker sudah mencapai lima hingga 10 kali lipat. Biasanya, satu box masker isi 25 buah diperdagangkan dengan nilai Rp 30.000- Rp 50.000. Saat ini, masker dengan kualitas dan merek yang sama bisa dijual dengan harga Rp 200.000 hingga Rp 400.000.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Panduan Kementerian Kesehatan Soal Pemakaian Masker
Panduan Kementerian Kesehatan soal pemakaian masker yang tepat dan perlu diperhatikan masyarakat. Berikut ulasannya.
Terawan: Kalau Tidak Sakit Tak Usah Pakai Masker
Menkes Terawan Agus Putranto menanggapi kelonjakan dan kelangkaan masker di Indonesia.
N95 dan Empat Jenis Masker Cegah Virus Corona
Penyebaran virus corona bisa dihindari dengan masker, Berikut Tagar mengulas masker yang baik digunakan untuk cegah virus mematikan itu.