Legenda Hutan Terlarang Cilacap yang Dihindari Pejabat

Hutan terlarang di Bukit Awi Ngambang Cilacap menjadi daerah terlarang bagi pejabat pemerintahan karena pernah ada kisah kelam dari Kerajaan Galuh.
Hutan Awi Ngambang di Cilacap pada Rabu 2 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid).

Cilacap - Hingga kini masih abu-abu sebab musabab mengapa Kecamatan Dayeuhluhur di Kabupaten Cilacap menjadi daerah terlarang untuk dikunjungi pegawai pemerintah, pejabat, bahkan dihindari pengawas Perhutani. 

Ada yang menerka, hal tersebut dilakukan demi menghindari penyelidikan Pemerintah Hindia Belanda menyoal hilangnya Tuan Sakoci, seorang pegawai pemerintah saat itu yang diberi misi namun tak kunjung kembali.

Namun, ada pula bisik-bisik warga sekitar yang menyebut dari era Kerajaan Galuh sampai sekarang, Bukit Awi Ngambang dan Hutan Larangan di Desa Hanum, Kecamatan Dayeuhluhur, memang menjadi lokasi teka-teki penuh misteri.

Kecamatan Dayeuhluhur merupakan kecamatan ujung barat di Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sisi Utara dan berbatasan dengan Ciamis dan Banjarpatroman di sisi barat.

Hutan Terlarang Menjadi Cerita Rakyat

Hutan terlarang di CilacapHutan terlarang Awi Ngambang di Cilacap pada 2 Oktober 2019. (foto: Tagar/Abdul Wahid).

Bila ditarik ulur ke belakang, menurut tokoh adat Desa Hanum Ceceng Rusmana, untuk menggali kisah tersebut tentu harus mengulas kisah Ciung Wanara versi Desa Hanum yang ceritanya sangat panjang.

Sebab, tempat ini digadang-gadang menjadi lokasi disembunyikannya Dewi Naganingrum oleh Patih Purawesi dan Jaksa Puragading. Padahal, Kerajaan Galuh saat itu menghendaki Dewi Naganingrum dihabisi nyawanya. 

Kuburan Tuan Sakoci masih ada batu-batunya, berada di dalam areal hutan Perhutani. Sementara kuburan Ki Tambaga telah hilang bekas-bekas nisannya dan telah jadi kebun penduduk.

Dia memandang, legenda hutan terlarang di Bukit Awi Ngambang juga tidak terlepas dari kisah Tuan Sakoci dan Ki Tambaga. 

Sesepuh masyarakat Desa Hanum, Ki Sunardi menimpali, Tuan Sakoci yang merupakan seorang pegawai Pemerintah Hindia Belanda sengaja dijebak oleh Ki Tambaga. 

Tuan Sakoci saat itu mendapat tugas mengeksplorasi, mencari minyak bumi di perbukitan Awi Ngambang, Desa Hanum. 

Pria berusia 79 tahun ini menuturkan, minyak bumi di tempat itu memang ada, meski jumlahnya kurang melimpah dan kualitasnya kurang baik. 

Belakangan, masyarakat sekitar merasa risau dan terusik dengan kedatangan orang pemerintahan. Seandainya benar bakal dilakukan penambangan di sana, maka sumber mata air dikhawatirkan akan rusak. 

"Akhirnya, seorang tokoh masyarakat yang dikenal dengan nama Ki Tambaga sengaja menjebak Tuan Sakoci dengan membawanya masuk ke dalam hutan terlarang," kata Ki Sunardi kepada Tagar pada Rabu, 2 Oktober 2019.

Tokoh adat CilacapKi Sunardi dan Ceceng Rusmana di Cilacap pada 2 Oktober 2019. (foto: Tagar/Abdul Wahid).

Tetapi terjadi masalah ketika Tuan Sakoci hendak pulang. Dia berhari-hari bahkan berminggu-minggu tidak bisa keluar hutan karena ditahan dedemit daerah tersebut, sehingga hanya berjalan dalam labirin tanpa pintu keluar. 

Dia tersesat terlalu lama di sana hingga mengalami kelaparan dan meninggal di lokasi tersebut. 

Tuan Sakoci, kata Ki Sunardi, akhirnya dikubur di areal hutan terlarang oleh Ki Tambaga. Setelah itu Ki Tambaga tidak berani menunjukkan lagi batang hidungnya, karena takut menjadi sasaran Pemerintah Hindia Belanda. Dia takut dituduh lalai dalam menjaga Tuan Sakoci.

Akhirnya Ki Tambaga memilih untuk menetap di daerah perbukitan ini hingga maut merenggutnya. Dia dikebumikan di sana oleh penduduk sekitar. 

"Sekarang kuburan Tuan Sakoci masih ada batu-batunya dan berada di dalam areal hutan Perhutani. Sementara kuburan Ki Tambaga telah hilang bekas-bekas nisannya dan telah jadi kebun penduduk," ujarnya.

Hutan Awi Ngambang di CilacapHutan Awi Ngambang di Cilacap pada Rabu 2 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid).

Menurut Ki Sunardi, asal-usul Awi Ngambang tidak berdasarkan dari kejadian di masa lalu atau masa kini, tetapi berdasarkan isi ramalan masa depan Ebuk Dayaluhur. 

Ramalan tersebut menggambarkan, suatu saat nanti lembah Tarik Kolot (Kota Dayeuhluhur sekarang) akan menjadi sebuah danau dengan terbendungnya Sungai Cibaganjing, dan dari bukit tersebut orang-orang akan membuat rakit bambu (Awi Ngambang).

Bahkan sampai saat ini daerah tersebut masih menjadi magnet kesesatan, di antaranya kejadian teranyar adalah tersesatnya dua orang petapa asal Cirebon dan Cianjur

Menurut Ki Sunardi, keduanya bermaksud bertapa di lokasi hutan terlarang Awi Ngambang, namun tengah malam mereka malahan nyasar ke Kampung Cisagu yang jaraknya sangat jauh. Akhirnya mereka diselamatkan ke Dusun Sukanegara oleh petugas keamanan Cisagu.

Ceceng menyelak pembicaraan, kisah daerah Awi Ngambang juga berkaitan dengan kisah Gunung Geulis sebagai tempat pembuangan Dewi Naganingrum, ibu Ciung Wanara. Kisah ini yang menjadi benang merah banyaknya larangan di daerah tersebut.

Menurut dia, nama Desa Hanum dan Gunung Geulis juga diambil dari episode sejarah Ciung Wanara. Awi Ngambang dan Gunung Geulis menjadi bukit yang berdekatan tetapi beda desa dan beda kecamatan.

"Gunung Geulis itu tempat pembuangan Dewi Naganingrum, istri yang tua atau ibu dari Ciung Wanara. Sedangkan (Desa) Hanum tempat pembuangan Dewi Pangrenyep, istri muda, yang dibuang oleh Raja Ciung Wanara setelah dia jadi raja di Kerajaan Galuh," kata Ceceng. 

Dia menuturkan, legenda Ciung Wanara, lokasinya ternyata berada di hampir semua desa di Kecamatan Dayeuhluhur, yang dilewati sungai Cikawalon, Cijolang, Cibaganjing, dan Sungai Citanduy. 

"Inilah daerah dan tempat di Kecamatan Dayeuhluhur dan sekitarnya yang memiliki hubungan dengan Raja Sang Manarah 736-783 M, Raja Hariang Bangga 736-766 M," kata dia.

Hutan Awi Ngambang di CilacapHutan Awi Ngambang di Cilacap pada Rabu, 2 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Abdul Wahid).

Selain hutan terlarang Awi Ngambang, terdapat beberapa titik lain yang dilarang dikunjungi pejabat di Dayeuhluhur, di antaranya: 

1.Kampung Cibeubeura, Desa Cilumping. 

2. Keramat Batu Ki Jaban, Curug Beureum, Gunung Ketra di Desa Datar. 

3. Keramat Gunung Dayeuhluhur, Desa Hanum. 

4. Keramat Gunung Kutaagung, Desa Kutaagung. 

5. Keramat Cikancah Desa Panulisan Barat.

6. Hutan Awi Ngambang, Desa Hanum.

7. Hutan Gunung Geulis Tambaksari Wanareja. []

Berita terkait
Kuntilanak Intai Pengendara Motor di Semarang
Pengendara motor di Semarang ditampakkan kuntilanak berambut panjang berwajah hitam. Wanita itu mengenakan daster corak batik yang sudah kumal.
Kuntilanak Penculik dari Bantaeng Sulawesi Bernama Anja
Menjadi cerita turun-temurun Anja sosok kuntilanak menakutkan di Banteang, Sulawesi Selatan, karena kerap menculik anak kecil selepas magrib.
Setan Geunteut, Usai Magrib Culik Anak Kecil di Aceh
Hantu geunteut boleh saja dianggap sebagai mitos belaka. Namun, kesaksian korban yang diculik di Aceh, membuktikan jika makhluk gaib ada di sana.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.