Jakarta - Belum lama ini girl grup H1-KEY kembali menjadi sorotan soal debut mereka. Meski sebelum debut sudah dikecam dan membuat kegaduhan karena salah satu membernya, namun H1-KEY telah membuat prestasi yang mengejutkan.
H1-KEY telah memulai debutnya pada 5 Januari dengan single debut mereka berjudul "Athletic Girl". Kini H1-KEY melihat hasil debut yang luar biasa dengan jumlah pemirsa yang menonton video musik mereka yang melampaui 10 juta viewers di YouTube hanya dalam waktu 2 minggu setelah perilisannya.
Selain itu, video musik H1-KEY tersebut juga menduduki peringkat 1 di iTunes Video Chart Thailand dan ke-59 di Apple Music Videos Chart. Lagu berjudul "Athletic Girl" ini juga menduduki puncak iTunes Top K-Pop Songs Chart di sembilan wilayah.
- Baca Juga: Debut Emma Raducanu di Australia Terbuka 2022
- Baca Juga: Baru Resmi Debut, Kep1er Sukses Pecahkan Rekor
Misalnya Turki, Vietnam, Australia, Inggris, Kanada, Indonesia, Taiwan, dan Amerika Serikat. Lagu ini juga menempati posisi ke-2 di iTunes All Songs Chart di Thailand.
Mendengar prestasi ini menuai pro dan kontra di kalangan netizen. Bagaimana tidak, bisa dibilang H1-KEY sempat diancam untuk tidak melakukan debut karena salah satu membernya yakni Sitala telah dikecam habis-habisan akibat latar belakang sang ayah.
Secara singkat, kontroversi itu muncul karena Sitala menganggap jika ayahnya sebagai panutan di teaser pengenalannya. Terungkap bahwa sang ayah Sitala merupakan salah satu yang ikut dalam kampanye anti demokrasi di Thailand sehingga membuat masyarakat semakin sulit.
- Baca Juga: 7 Grup K-Pop yang Bubar Cepat Setelah Debut
- Baca Juga: Debut Solo, Adora Mantan Produser Ungkap Rasanya Kerja Bareng BTS
Sitala sendiri juga turut angkat bicara mengenai hal ini di hari pertama debut. Sitala bahkan mengklarifikasi sendiri bahwa dirinya tidak memihak sisi politik apa pun seperti sang ayah.
Ia juga mengakui jika dirinya masih sangat kecil untuk ikut dalam kampanye anti demokrasi dan sama sekali tidak memahami situasinya. Atas hal ini, pencapaian H1-KEY justru dinilai bahwa agensi mereka memanfaatkan kontroversi ini untuk meraup keuntungan. []