Kronologi Kampung Guyangan Sleman Diserang Puluhan Orang

Kampung Guyangan Sleman Diserang puluhan orang dari kampung tetangga. Kepolisian diterjunkan untuk meredam aksi balasan.
Petugas TNI dan Polri disiagakan di kampung di Padukuhan Guyangan, Sleman, usai kampung tersebut diserang puluhan orang. Petugas membersihkan serpihan fasilitas warga yang dirusak. (Foto: Tagar/Evi Nur Aviah)

Sleman - Kampung di Padukuhan Guyangan, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, diserang oleh puluhan orang. Akibat penyerangan itu, gerbang kampung, rumah dan sejumlah fasilitas umum milik warga setempat mengalami kerusakan.

Ketua RT 07 RW 03 Guyangan, Muh Haris Mustofa mengatakan, rombongan pelaku diduga berasal dari dusun tetangga, pimpinan seorang warga berinisial M. Mereka menerobos masuk ke kampung, kemudian melakukan pelemparan dengan batu dan sejumlah botol anggur.

“Tidak ada korban Jiwa namun hanya kerugian material. Mereka merusak gerbang, genting rumah warga pecah, dua CCTV pecah, kaca mobil dan motor milik warga pecah. Kerugian sekitar Rp 10 juta,” kata Muh Haris kepada wartawan ditemui di lokasi kejadian, Senin, 14 Desember 2020.

Haris menuturkan kronologi penyerangan yang terjadi pada Minggu, 13 Desember 2020 sekitar pukul 23.00 WIB itu. Bermula dari Padukuhan Guyangan yang didatangi dua orang remaja dari padukuhan sekitar. Mereka berboncengan mengendarai sepeda motor.

Mari kita jaga kota ini, khususnya di Sleman. Ciptakan keamanan, kedamaian dan situasi yang kondusif.

Tanpa alasan yang jelas, dua remaja tersebut melempar batu dan mengenai ketua pemuda Guyangan. Kebetulan, malam itu korban tengah mengerjakan tugas kuliah bersama teman-teman di rumahnya.

Aksi dua ABG yang masih berstatus pelajar SMA ini memancing kemarahan warga. Terlebih para pelaku juga sempat mengacungkan jari tengah dan berteriak menyebutkan kalimat bernada provokatif. Kejar-kejaran tak terelakkan. 

Hingga akhirnya, dua pelaku terjatuh saat berhasil dihentikan petugas kepolisian yang berjaga di wilayah Guyangan. Saat dimintai keterangan, keduanya hanya mengaku disuruh oleh tetangganya yang lebih dewasa.

“Mereka enggak mengaku kenapa membuat kerusuhan di wilayah kami. Tapi katanya ada orang yang menyuruh,” ujarnya.

Setelah melepaskan kedua remaja tadi, warga kembali menjalankan tugas ronda. Hanya saja tak lama, datang banyak orang ke arah kampung kemudian melakukan penyerangan. 

Menghindari bentrokan, Haris meminta warga untuk tidak melakukan pembalasan. Massa kemudian leluasa melakukan perusakan sekitar setengah sampai satu jam.

“Meski diserang, warga kami tidak ada gerakan balasan," katanya.

Baca juga: 

Belum diketahui motif para pelaku perusakan. Namun Haris mengakui ada sejarah kelam di antara dua warga dua padukuhan ini. Pihaknya berharap polisi bisa mengusut dan menyelesaikan secara tuntas perkara tersebut.

“Iya ada, tapi dulu sekali. Masalah bola,” sebut dia.

Kepala Polres Sleman Ajun Komisaris Besar Polisi Anton Firmanto menyatakan saat ini pihaknya masih fokus untuk menciptakan situasi yang aman dan menenangkan warga, supaya tidak mudah terprovokasi.

Pada malam kejadian, pihaknya sudah menerjunkan personel untuk meredam situasi dan menciptakan keamanan di antara warga. "Mari kita jaga kota ini, khususnya di Sleman. Ciptakan keamanan, kedamaian dan situasi yang kondusif,” pintanya. []

Berita terkait
Bentrok Pemuda Pancasila dan FBR, Kapolsek Ciledug Terluka
Kapolsek Ciledug Kompol Wisnu Wardana mengalami luka akibat terkena senjata tajam saat melerai bentrokan Forum Betawi Rempug dan Pemuda Pancasila.
Pawai Simpatik Pemuda Pancasila Berujung Bentrok di Bantul
Pawai Simpatik Pemuda Pancasila DIY berujung bentrok saat diserang di Bantul. Ironisnya kejadian ini bertepatan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober.
DPRD Sumut Kecam Polisi Bentrok dengan Massa GMNI di Nias
Anggota DPRD Sumut mengecam keras tindakan aparat kepolisian terhadap massa aksi GMNi di Nias.