Padang - Gelaran Pilkada serentak di tengah pandemi corona memiliki tantangan dan sejumlah risiko. Apalagi, masih banyak yang tidak mematuhi protokol Covid-19.
Saat ini tentu yang lebih banyak bisa dilakukan adalah dengan sosialisasi daring.
Kondisi ini juga berdampak pada tahapan sosialisasi pada pemilih. Apalagi, angka positif Covid-19 di Sumatera Barat (Sumbar) masih terus mengalami penambahan.
Pengamat Politik dari Universitas Andalas (Unand) Andri Rusta mengatakan, sosialisasi Pilkada di tengah pandemi memaksa KPU berfikir kreatif dan inovatif.
"Kalau sekarang kan tidak bisa mengumpulkan warga untuk melakukan sosialisasi seperti dulu lagi, karena menghindari terjadinya kerumunan. Kegiatan-kegiatan di lapangan yang bersifat mengumpulkan masa juga sudah dibatasi," katanya, Senin, 21 September 2020.
Andri juga mengatakan, saat ini banyak kegiatan dilakukan serba daring. Artinya, melakukan sosialisasi melalui media daring apakah itu Facebook, Instagram, atau SMS jika diasumsikan masyarakat tidak punya smartphone, dan media sosial.
"Beberapa alternatif di atas bisa jadi solusi bagi KPU untuk mengajak masyarakat datang ke TPS atau dengan cara-cara kreatif lainnya," katanya.
Di sisi lain, di masa pandemi KPU juga harus bisa meyakinkan masyarakat bahwa mereka akan menerapkan protokol kesehatan dengan baik di setiap tahapan Pilkada.
"Kalau penerapan protokol kesehatannya tidak sesuai tentunya masyarakat akan takut datang ke kegiatan-kegiatan KPU atau datang ke TPS. Tapi kalau KPU bisa menjamin dan mensosialisasikan dengan baik pada masyarakat tentu mereka akan tenang datang ke TPS," katanya.
Namun begitu, kuncinya memang ada pada penyadaran di masyarakat bahwa pemilu tidak akan menjadi kluster baru selagi protokol kesehatan dijalankan. "Saat ini tentu yang lebih banyak bisa dilakukan adalah dengan sosialisasi daring," katanya. []