Kota Tangsel Panik dan Gagap Tangani Corona Covid-19

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) dianggap panik dan gagap menangani virus corona atau Covid-19.
Gedung Balai Kota Tengerang Selatan (Tangsel) di Ciputat (Foto: Tagar/Alfi Dinilhaq).

Tangerang Selatan - Dua tempat yang disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) yakni Rumah Sakit (RS) Aria Sentra Medika, Kedaung, Pamulang untuk transit pasien dalam pengawasan (PDP) sebelum dirujuk ke RS rujukan, dan Kawasan Pertanian Terpadu (KPT) Tandon, Ciater, Serpong tempat karantina bagi pasien orang dalam pantauan (ODP) virus corona (Covid-19), mendapat pertentangan dari warga sekitar.

Bahkan, warga Kedaung sempat protes dan menanyakan kepada Pemkot Tangsel. Tidak hanya itu, warga Ciater juga menggelar aksi menentang KPT Tandon Ciater yang dijadikan tempat pasien ODP oleh Pemkot Tangsel, karena tidak adanya sosialisasi ke masyarakat.

Akhirnya kepanikan-kepanikan itu yang membuat tiap tahapan tidak sempurna prosesnya.

Baca juga: Dua Pasien Positif Covid-19 Kota Tangsel Sembuh

Pengamat Kebijakan Publik Djaka Badranaya melihat Pemkot Tangsel dalam menangani wabah Covid-19 belum siap, atau bisa dibilang tergagap-gagap.

"Saya melihat secara keseluruhan, baik level Pusat maupun Pemkot, bukan tidak siap yah. Ada kegagapan dalam merespons wabah ini hampir rata-rata di kabupaten atau kota, sehingga kegagapan ini memang dicerminkan dari banyak hal," kata Djaka saat dihubungi Tagar, Selasa, 7 April 2020.

Kegagapan itu, kata dia, dapat dilihat dalam anggaran yang digelontorkan Pemkot Tangsel dalam menangani Covid-19 sebesar Rp 47 miliar.

"Satu memang soal anggaran. Anggaran itu katanya sudah keluar Rp 47 miliar, tapi apakah itu anggaran sudah dieksekusi. Belum ada yang dieksekusi satu pun, karena memang teman-teman di Pemkot agak khawatir soal misalkan prosedur pencairan dan sebagainya, termasuk ketersediaan alat yang dibelinya juga tidak gampang, meskipun prosedurnya katanya tidak perlu lelang," ujarnya. 

Anggaran itu menurutnya penting untuk bisa menopang semua kebijakan dan aksi pemerintah. Seharusnya, kata dia, Pemkot Tangsel sudah bisa memetakan wilayah, terlebih Jakarta Selatan (Jaksel) yang berbatasan dengan Tangsel menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

"Kedua, harusnya ini Pemkot Tangsel lebih cepat untuk mitigasi wabah ini, kenapa? Ketika Jaksel terbukti menjadi episentrumnya, ini kan kita berbatasan langsung dan ini terbukti bahwa daerah yang berbatasan langsung seperti Pondok Aren, kecamatan yang paling banyak jumlahnya (pasien Covid-19). Jadi menurut saya, pemkot gagap dan lamban menghadapi ini, karena jumlah laju penyebararan lebih cepat dari tindakan dan aksi," ucapnya.

Apalagi Tangsel yang sudah membuat gugus tugas, dirasa sumber daya manusianya (SDM) sangat terbatas. Terbukti, saat warga menghubungi gugus tugas, selalu dijadikan 'bola ping pong' dalam artian saling lempar.

"Sudah ada gugus covid-19 tapi kita evaluasi daya responsnya dan sumber dayanya terbatas. Saya kasih contoh bocoran masyarakat panik, ketika panik menelepon gugus, gugus sumber daya terbatas, dokter yang stand by terbatas, RS terbatas. Nah, akhirnya kepanikan-kepanikan itu yang membuat tiap tahapan tidak sempurna prosesnya," ucapnya terheran-heran.

Misalkan, kata Djaka, terkait penunjukan Kedaung dan Ciater untuk ODP dan PDP Covid-19 juga seharusnya sudah siap. Namun, realitas berkata lain.

Baca juga: Pemkab Tangerang Sediakan Makam Gratis Pasien Corona

"Ini kan harusnya ada komunikasi yang matang dan melibatkan warga sekitar supaya tidak ada penolakan, terbukti kan di Tandon seperti itu," ucapnya.

Djaka menganggap apapun kebijakan yang dikeluarkan Pemkot Tangsel dapat diterima oleh masyarakat, mengingat situasi darurat Covid-19 telah menerjang wilayah Tangsel.

"Mungkin ini asumsi yang diambil pemerintah, masyarakat bisa menerima karena kondisinya seperti ini. Sama seperti di Natuna persoalan komunikasi koordinasi di lapangan yang kurang mateng. Pemkot pun ambil alih ingin langkah cepat. Saya yakin penunjukan dua tempat ini karena respons cepat, karena RSUD tidak memenuhi, Puskesmas Pamulang yang ditunjuk juga tidak memenuhi. Akhirnya dipersiapkan dua tempat yang baru itu. Tapi persoalannya lagi-lagi, soal tempat tidak ada komunikasi atau belum optimal komunikasi di lapangannya," kata dia.

Melihat situasi itu, Djaka menjelaskan, ini menjadi tantangan Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Dianya sebagai pemimpin untuk menangani situasi karut marut

"Kesimpulan akhirnya, menurut saya inilah sebetulnya tantangan kepemimpinan seorang walikota, justru dalam situasi normal itu kepemimpinan belum teruji. Ujian kepemimpinan wali kota diuji dalam kondisi krisis begini," kata Djaka. []

Berita terkait
Selebgram Tangsel Galang Donasi Bantu Ojol
Salah satu selebgram Tangerang Selatan (Tangsel) yang juga pebisnis online menggalang dana untuk membantu ojol.
Update Covid-19 Tangsel, 40 Positif dan 20 Meninggal
Juru Bicara Satgas Penanganan Virus Corona atau Covid-19 Tangsel Tulus Muladiyono mengatakan ada penambahan kasus positif corona sebanyak 40 orang.
Bilik Sterilisasi Warga Pamulang Kota Tangsel
Warga Pamulang Tangsel membuat bilik steril di pintu masuk claster dan menyediakan refill disinfektan untuk warga.
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban