Jakarta – Di awal pandemi virus corona (Covid-19) yang terdeteksi pertama kali di Wuhan, China, seperti dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tanggal 31 Desember 2019 disebut Korea Selatan (Korsel) akan jadi episentrum pandemi setelah China. Tapi, perkiraan itu meleset karena jumlah kasus di Korsel selalu lebih sedikit dari China, tapi sejak 1 Maret 2021 Korsel justru menyalip China dalam jumlah kasus virus corona.
Ketika virus corona merebak di China pemerintahan Korsel langsung menjalankan beberapa program untuk membendung penyebaran karena Negeri Ginseng itu jadi tujuan utama pelancong dari Wuhan dan kota-kota lain di China. Apalagi waktu itu menjelang tahun baru dan hari raya Imlek.
Ratusan ribu warga China melancong ke Korsel, tapi kasus penyebaran virus corona bisa dibendung karena Korsel melarang warga yang tidak berkepentingan dengan pariwisata keluar rumah. Sedangkan warga yang kontak langsung dengan pelancong, seperti petugas di bandara, transportasi, hotel, restoran, dan lain-lain disiapkan agar tidak tertular virus corona yaitu menerapkan protokol kesehatan. Di Indonesia dikenal dengan 3M, yaitu selalu memakai masker, menjag jarak fisik dan sering mencuci tangan.
Sedangkan program lain yang dilakukan Korsel adalah tes swab dengan PCR skala nasional di 600 pusat tes. Ada pula tes drive in terhadap pengendara di beberapa kota. Selanjutnya dilakukan tracing (pelacakan) terhadap kontak kasus sampai buntu. Warga yang terdeteksi positif menalani perawatan.
Sampai 31 Desember 2020 jumlah kasus virus corona di Korsel hanya 60.740, sedangkan di China sebanyak 87.052. Dua negara yang diperkirakan jadi ‘neraka’ pandemi virus corona itu ada di ‘papan tengah’ pandemi pada peringkat 80-an dunia.
Tapi, sejak Januari 2021 kasus harian di Korsel mulai banyak sehingga pada tanggal 1 Maret 2021 jumlah kasus di Korsel mencapai 90.028, sedangkan di China 89.912.
Tanggal 7 Maret 2021 jumlah kasus di Korsel sebanyak 92.471 yang menempatkan Korsel di peringkat ke-84 dunia dan China dengan 89.975 kasus di peringkat ke-86 dunia daru 219 negara yang melaporkan kasus ke worldometer. []