Pesisir Selatan - Korban abrasi pantai di Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat mulai mengidap berbagai macam penyakit.
Suci, 24 tahun, mengaku dirinya sejak dua hari terakhir mulai pusing-pusing dan tekanan darah rendah. Apalagi, kondisinya saat ini tengah mengandung sembilan bulan.
Padahal, pemerintah daerah memiliki rumah tunggu ibu hamil. "Saya jadi susah tidur. Karena kondisi yang tidak memadai," ungkapnya pada Tagar di Painan, Kamis 3 Oktober 2019.
Saat ini, lamjut, Suci dirinya merasa cemas akan kandungannya. Sebab prediksi dari hasil pemeriksaan kesehatan, ia akan melahirkan 10 hari lagi.
"Iya, saya kini sangat cemas, Pak. 10 hari lagi anak dalam kandungan saya mau lahir. Sementara tempat tinggal saya tidak bisa ditempati lagi. Semua hancur gara-gara abrasi," tuturnya sedih.
Yondri, 25 tahun, suami Suci juga merasakan kekhawatiran yang sama. Tinggal di tenda pengungsian tidak baik untuk kondisi bayinya jika nanti istrinya melahirkan.
"Meskipun perlengkapan bayi sudah dibantu oleh pemerintah, tentu tidak mungkin bayi kami ditidurkan di sini," ujarnya.
Yondri berharap pemerintah daerah segera mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat pengungsi. Berlama tinggal di tenda pengungsian bisa menimbulkan penyakit.
Surya Mega, 32 tahun, salah satu tim medis dari Puskesmas Batangkapas yang bertugas di posko pengungsian mengatakan beberapa warga yang mengungsi ada yang demam dan asam lambung naik.
Kalau BPBD menyatakan statusnya ini bencana, maka secara kewenangan kami siap memfasilitasi pendirian dapur darurat dan lainnya
"Demam biasa, sesak nafas karna asam lambungnya naik. Umumnya seperti itu," terang Mega.
Sejak warga tinggal di tenda, kata Mega, sebanyak 49 warga pengungsi sudah memeriksakan kondisi kesehatannya.
Mega mengaku bakal melaksanakan kewajibannya untuk rutin memeriksa kesehatan warga yang sudah lima hari tidur di tenda-tenda pengungsian.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Zulfian Afrianto mengatakan, pihaknya sudah menyalurkan bantuan logistik kepada warga pengungsi.
"Beras, sembako, selimut, makanan siap saji dan termasuk perlengkapan bayi bagi ibu hamil telah kami sediakan," ujarnya.
Dia menjelaskan secara kewenangan Dinas Sosial akan mengoptimalkan peranannya dalam membantu soal kemanusiaan itu. Namun hal ini juga tidak lepas dari Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai leading sektor dari sisi kebencanaan.
Dinasnya juga belum mengetahui apakah kejadian yang menimpa warga Kampung Muaro sudah ditetapkan sebagai status bencana daerah.
"Ya, tergantung BPBD nantinya. Karena bencana alam tanggung jawabnya di situ. Kalau BPBD menyatakan statusnya ini bencana, maka secara kewenangan kami siap memfasilitasi pendirian dapur darurat dan lainnya," tutupnya.
Seperti diberitakan Tagar sebelumnya, 30 keluarga di Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan kehilangan tempat tinggal akibat abrasi pantai. Sebagian besar warga kini harus tinggal di tenda pengungsian.
Selain perumahan penduduk, ombak juga mengikis satu bangunan milik badan usaha milik nagari (BUMNag) dan satu gudang penyimpanan ikan. []