Semarang, (Tagar 25/5/2018) - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) Abdurrahman Hizbulloh menilai kampusnya sudah bijak menggelar sidang etik untuk menyikapi kontroversi Prof Suteki.
Sidang etik dalam rangka klarifikasi, mencari benar tidaknya dugaan dukungan yang bersangkutan ke organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Menurut mahasiswa semester enam Fakultas Ekonomi Bisnis yang akrab disapa Aab ini, Rektor Undip Prof Yos Johan Utama juga telah menyampaikan bahwa perilaku Prof Suteki tidak bisa disangkutpautkan dengan Undip. Bahwa apa yang disampaikan Suteki di media sosial adalah pandangan pribadi, tidak mewakili Undip.
Aab mengatakan, di sisi lain dirinya bisa paham apa yang dilakukan Suteki adalah bagian dari kebebebasan berpendapat yang diatur konstitusi. Ia yakin, sebagai seorang profesor yang juga Guru Besar Hukum Undip, hal-hal yang disampaikan ke masyarakat sudah melalui pertimbangan dan analisa matang.
"Bisa jadi juga dia punya versi lain. Mungkin dia ingin membuat sebuah gol. Dalam ranah strategi, dia saat ini ingin membuat, mengiring opini ke arah-arah tertentu yang jadi targetnya," katanya di Semarang, Kamis (23/5).
Walaupun demikian ia menyatakan tidak sepakat dengan penyampaian opini lewat media sosial.
"Secara pribadi, saya kurang setuju dengan cara-cara yang ditempuh Prof Suteki lewat sosmed," ujar dia.
Terlebih, katanya, yang dibagikan di media sosial menyangkut ideologi, paham kelompok tertentu yang menimbulkan banyak kontroversi ditengah masyarakat.
Bagi Aab, sebagai seorang akademisi, lebih baik pemikiran atau gagasan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.
"Sebagai akademisi bisa lewat jurnal, artikel yang ketika ter-publish bisa dipertanggungjawbkan secara ilmiah. Ada indikator-indikator, ada riset yang dilakukan," ujarnya.(ags)